2- waktu

859 109 6
                                    

Solar mengatur nafas. Tarik, buang. Tarik, tahan, buang.

Tidak dia sangka hari seperti ini akan kembali terulang. Bertengkar dengan saudaranya.

"Haih..." Solar mau menangis tapi masih rapat.

.

.

.

Sebenarnya menjadi bungsu dari kembar tujuh Boboiboy adalah sebuah privilege yang sangat besar. Bisa dibilang Solar itu kadang sangat dimanja dan didahulukan untuk apapun di saat-saat tertentu.

Hal sekecil apapun yang dia lakukan akan diapresiasi oleh saudara-saudaranya dan itu membuat mood Solar akan naik dimanapun dia berada. Solar suka dipuji apalagi itu dari kembarannya.

Tapi kadang, kalau sudah beda pendapat, Solar sudah dipastikan yang menjadi oposisi dari pendapat lainnya.

"Gak, Halilintar, coba deh kau pikir dengan otakmu yang sedang berjalan itu, bagus atau tidak kalau kita harus memperlambat jalannya misi. Ini mendesak. Terlalu lama. Bisa bahaya kalau dibiarkan," kata Solar sedikit mulai emosi.

Halilintar, di seberang, juga sama emosinya.

"Kau menyabotase misinya agar lebih cepat. Kau mau salah satu dari anggota misi jadi korban?!" Bentak Halilintar.

Solar menahan emosinya. Ya Tuhan, baru juga ketemu sudah dibentak.

"Ini bukan sabotase. Ini strategi. Jalan lain. Aku akan membuka jalan untuk kalian dan kalian bisa melanjutkan misi-"

"Lalu membiarkanmu tertangkap oleh mereka? Jadi tawanan? Apa yang lebih buruk dari itu? Disiksa?!"

Astaga...

"Bukan begitu. Tapi ini yang paling cepat. Kau tau sendiri kondisi tempat misi itu adalah markas dari kumpulan orang yang jadi buronan. Kalau gegabah-"

"Kau yang gegabah!"

"Bisakah kau tidak memotong kalau aku sedang bicara?!!"

"Kalian...apakah bisa bicara dengan santai? Kalian hanya adu urat," kata Ying menengahi.

Misi kali ini beranggotakan Ying, Halilintar, dan Solar. Taufan dan Fang ada untuk backup tapi berbeda pesawat, mereka juga masih sibuk dengan yang lain jadi Solar mengajak dua orang ini untuk memberitahukan rencananya.

Solar diam. Tapi dia masih tidak terima karena menurutnya rencana ini sudah yang paling benar dan tepat.

Halilintar memelototinya dengan tajam.

Merasa makin canggung, Ying mencoba membujuk Solar. Lagipula, rencana tadi juga gila.

"Solar, benar kata Halilintar. Rencanamu berbahaya. Kita harus cari yang lain dengan tidak mengorbankan orang lain, termasuk kamu," kata Ying memberi pendapat.

"Tidak, aku akan tetap mengajukan rencana ini. Ini sudah bagus," balas Solar teguh.

Halilintar mengernyit.

"HAH! Kalau kau tetap melanjutkan rencanamu itu, aku akan dengan senang hati mencoretmu dari kartu keluarga kita!"

Solar menatapnya tidak percaya tapi dalam dirinya ada rasa tertantang, jadi dia menjawab.

"Coba saja!"

Halilintar menatap tidak terima.

"Ya, coba saja kau lanjutkan mengajukan rencana itu. Kau akan menyesal!"

"Aku akan mencoret namamu duluan dari kartu keluarga kita sebelum kau melakukannya!" Balas Solar tidak terima.

Keduanya makin saling berteriak, meninggalkan Ying yang pusing karena harus menengahi mereka.

(Not so good) Solar's DailyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang