12- (un)organized

992 112 23
                                    

Solar menatap makhluk di depannya lama. Yang bersangkutan juga balas menatap, hm, lucu.

"Kau kenapa di sini?"

Yang bersangkutan menggerakkan kepalanya ke arah lain.

"Hei."

Tidak ada tanggapan.

"Kaktus."

"Meow?"

Kucing alien itu menatap Solar seakan tersenyum. Kemudian, kaki depannya digerakkan ke hidung Solar.

"Meow."

Solar hanya menghela nafas dengan tingkah kucing satu-satunya milik TAPOPS ini.

.

.

"Jadi bagaimana?"

"Seperti yang sudah kujelaskan. Rencana yang digunakan tetap mengirimmu ke garis depan."

Yang merah mengangguk, "Aku mengerti."

Keduanya berjalan cepat bersandingan ke arah garasi pesawat stasiun. Hiruk pikuk yang padat. Pesawat yang baru lepas landas. Pesawat yang baru masuk ke tempat. Anggota yang keluar masuk bersamaan.

"Ngomong-ngomong, kenapa kau ikut kemari, Solar?" tanya Halilintar menoleh heran ke arah adik bungsunya ini. Divisi strategi tidak perlu untuk survei anggota secara langsung, tapi Solar mengikutinya bak anak itik.

"Tidak boleh?" Solar balik menatapnya tanpa wajah berdosa.

Halilintar terdiam.

"Ya, boleh saja, sih."

Halilintar melihat apa yang ada di bahu Solar. Makhluk berbulu itu mengeluskan kepalanya, mengelus wajah Solar dengan ekornya, bahkan menjilati telinga Solar sejenak dan kembali berputar. Kaktus ada di bahu Solar.

"Hmm, gimana ya bilangnya.... Sejak kapan, kalian akrab?" Halilintar menunjuk kucing alien itu pada Solar.

Solar melirik sekilas Kaktus di bahunya. Menghela nafas kecil lalu menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Sejak aku bangun tidur dia sudah di kamarku. Entah kapan dia masuk dan bagaimana, aku tidak tahu. Dan sekarang dia tidak mau turun," cerita Solar.

Halilintar menahan tawanya.

"Ya...baiklah. Uh, aku, berangkat dulu. Jaga dirimu," kata Halilintar dan mengusap kepala Solar sekilas.

Dia berjalan menjauh dan sesekali menoleh ke belakang. Ke arah Solar. Melihat bagaimana adiknya itu berdiri (seperti gambar lucu yang pernah diberikan Taufan padanya) dengan kucing di bahunya. Wajah adiknya tetap datar dan Halilintar ingin tertawa, tapi...

"....Sana cepat berangkat dan jangan menengok ke belakang lagi, dasar TUA!"

"HAH?! KAU BILANG APA?!"

"SANA CEPAT BERANGKAT!"

Halilintar sedikit bersungut tapi tidak jadi marah saat kembali melihat ke arah Solar.

Solar menahan dirinya sejak tadi untuk tidak melemparkan sesuatu ke arah si sulung kembar itu.

Halilintar menyapa sekilas anggota timnya yang ada di depan pesawat mereka. Dia kembali melihat ke arah Solar. Kemudian dia tertawa.

"DIBILANG JUGA!"

Anggota tim Halilintar juga ikut tertawa kecil menanggapi kelakuan dua orang ini.

.

.

Mata Solar terbuka saat dia merasa grafitasi menariknya dan tangan yang kokoh menahannya.

"Woah, bangun Sol. Kau tidur berdiri."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 06, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

(Not so good) Solar's DailyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang