Solar membuka matanya yang terasa berat. Sekelilingnya gelap, Solar merasa ngeri.
Dia mencoba menggerakkan badannya namun gagal. Tangannya terikat di belakang. Kakinya sama saja diikat.
Nafasnya mulai menderu. Ada rasa amis di mulutnya. Kepalanya terasa sangat pening dan dia akhirnya menyadari kalau posisinya saat ini berbaring miring di lantai. Bawah kepalanya terasa sedikit basah dan bau darah dimana-mana.
Solar melirik ke lantai di bawahnya dan melihat merah.
Kepalanya berdarah, sepertinya.
Tapi mungkin karena itu juga kepalanya sangat sakit dan dia seperti berada di atas kapas walaupun dia paham dia ada di lantai.
Tidak ada siapapun di ruang ini. Kosong hanya Solar sendiri.
Solar mencoba mengeluarkan suaranya, tapi gagal. Berakhir dia terbatuk panas, paru-parunya benar-benar seperti terbakar.
Dia dimana? Kenapa dia berakhir di sini? Kemana temannya yang lain? Atau dia saja yang dibawa ke sini?
Sebelum ini dia melakukan apa?
Kepala Solar pening. Ada bunyi kuat dari dalam kepalanya, dia mengernyit sakit.
"Ap...apa ada orang...?"
Tidak ada jawaban.
Nafas Solar makin berat. Dia pusing.
Jam... Jam tangannya...
Ah, tapi saat dia meraba pergelangan yang dia yakini ada jam, kosong. Jam tangan kuasanya raib entah kemana.
Bagus. Bagus sekali. Dia diculik. Kepalanya bocor. Jam tangannya diambil.
Bagus sekali.
Jadi bagaimana dia harus keluar dari sini?
Solar menggeliat. Badannya sakit semua saat dia bergerak. Tapi dia harus bergerak daripada diam saja menunggu kematian.
'Tidak. Aku tidak mau mati di sini lah.'
Solar mengedarkan pandangannya ke segala penjuru ruangan itu walau pencahayaannya cukup terbatas.
'Hutang Kak Blaze kemaren belum dibayar.'
Fokus Solar.
Kepalanya berdenyut saat dia berhasil membuat dirinya sendiri ke posisi duduk. Solar bersandar pada dinding di belakangnya. Mengatur nafasnya perlahan.
Rasa mual menyerang. Ditambah pusing dan sakitnya badan.
Sebelum ke sini dia dipukul dengan gaya apa deh? Sakit semua tubuhnya. Apalagi belakang dan sisi kanan kepalanya.
"Haah...hah... Ini... Dimana sih?"
Solar memejamkan mata. Kacamata visornya juga sudah hilang entah kemana. Topinya, jangan ditanya, juga tidak ada.
Solar hanya berbekal badan dan bajunya yang masih tiga lapis itu.
Yah, setidaknya dia tidak terlalu kedinginan kan.
Dia mencoba mengingat-ingat apa yang dia alami sebelumnya.
Pelan-pelan...
Terakhir yang dia ingat, dia bangun di atas meja kerjanya. Kemudian ke.... Ke mana ya?
Kalau tidak salah ada panggilan darurat, makanya dia bangun mendadak juga. Ah.... Misi dengan Halilintar. Ke planet berpower shpera dan ada penjahat galaksi baru dikenal namanya yang menyalahgunakan power sphera tadi.
Tapi kalau tidak salah ingat, mereka baru observasi di daerah ramai, seperti pasar kalau Solar rasa. Tapi setelah itu kenapa dia di sini?
Di saat dia masih sibuk dengan pikirannya, pintu ruangan itu terbuka. Solar terdiam kaku. Seharusnya dia tidak bangun tadi...
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not so good) Solar's Daily
FanfictionSolar terlihat stress. Oh, memang stress. But let's have fun (ygy) . . . Boboiboy belongs to animonsta studio. Ooc, very ooc (semua di dalam sini hanya khayalan author, alias headcanon rancu yang acak-acakan) Drabbles