eleven

1K 22 0
                                    

Kini nata berjalan kedalam sebuah rumah megah bergaya barat, ia masuk dengan punggung yang terasa berat. Melihat sekeliling yang di penuhi foto keluarganya dan beberapa pelayan yang menyapanya.

"Astagaaaa anak mamah pulanggg, mamah kangen banget sama kamuu" sapa sang ibu yang berlari dari meja makan menyapa anak semata wayangnya itu.

Nata tentu senang dengan sambutan sang ibu, ia tersenyum lalu bertanya bagaimana dengan kabar ibunda tercintanya. Nata melihat sang ayah yang sedang duduk di meja makan dengan wajahnya yang masih awet muda seperti umur 30-an di usianya yang sudah masuk 43 bulan ini.

"Makan dulu ayooo, kamu pulang kok ngga ngabarin sih" sang ibu menarik tangan anaknya ke arah meja makan, menyuguhkan semua makanan yang ia buat hari itu. Sejujurnya ibunya ini adalah orang yang cerewet dan selalu menentang tentang perjodohan yang suaminya buat, ia selalu berkata bahwa terserah nata untuk mencari lelaki yang ia idamkan, namun berbanding terbalik dengan suaminya.

"Nata, ayah langsung ke intinya saja. Kamu ayah jodohkan dengan anak pak Wiranto. Anak semata wayang dari perusahaan delions"

Nata tau bahwa pemilik perusahaan itu sangat dekat dengan ayahnya, namun nata tentu saja akan menolak permintaan ayahnya itu. Nata benar-benar tak bisa dengan perjodohan yang selalu ayahnya lakukan, lagipula tidak mungkin nata menjalin hubungan dengan lelaki lain, nata masih memiliki tirta, kekasih sekaligus malesubnya.

"Maaf pah, nata ga mau. Nata ga mau di jodohin, nata punya jalan hidup nata sendiri dan nata udah punya orang yang nata suka. Aku ga mau nolak permintaan papah, tapi buat perjodohan mau sekeras apapun papah usaha aku tetap ga mau."

Percakapan itu di akhiri dengan nata yang menolak permintaan sang ayah dan sang ibu yang datang dari balik dinding dengan wajahnya yang marah, sang ibu mendengar percakapan antara anak dan ayah itu. Tentu saja sang ibu juga tak setuju dengan permintaan sang ayah, lagipula suaminya itu tak pernah membicarakan perjodohan yang entah keberapa kali ini kepadanya.

"Udah makan aja, hari ini kamu nginep aja ya nak? Mamah mau ngobrol-ngobrol sama kamu, udah lama ga ngobrol berdua. Biarin aja papamu! Adanya ngejodohin anaknya aja!" Seru ibu, dengan terus melirik sinis ke ayah yang sedang meminum kopinya. Sedangkan nata hanya mengangguk dan kembali melanjutkan acara makannya itu.

..
..
..
..
..
..
..
..

Keesokan paginya, nata membuka mata tanpa bangun dari tidurnya, hal pertama yang ia lihat adalah notifikasi chat dari Tirta yang menanyakan ia pergi kemana.

Nata membalas pesan Tirta seadanya, nata masih merasa bahwa perasaannya belum membaik saat ini. Ia tau mungkin perjodohan ini akan di batalkan, namun nata masih merasa ada yg mengganjal di dalam hatinya.

"Ah ngentod, mau ciuman sama Tirta" itu adalah ucapan pertama yang nata katakan saat membuka mata pagi ini.

Nata bangun dari tidurnya dan berjalan keluar rumah, ibu dan ayahnya sepertinya sudah berangkat bekerja, rumah terlihat sepi. Hanya ada beberapa pelayan di rumah, nata segera pulang ke rumah miliknya, di perjalanan nata sambil melakukan panggilan video dengan Tirta dengan senyum cerah andalan Tirta yang membuat nata lagi lagi terkesima.

"Tir"

"Apa kak?"

"Sange"

"Tumben, biasanya kalo di ajak selalu nolak" Tirta dengan wajah bingungnya

"Emang ga boleh?"

"Boleh, cuma bingung aja"

"Tir"

"Apaa?"

"Gatel"

"Belum mandi kali kamu"

"Bukan itu anjing"

"Terus?"

"Nenen gua"

"Bangsat" Tirta mendelik mendengar pernyataan nata, wajah nata terlihat benar-benar bergairah. Tirta terus memandang wajah nata dengan penuh puja, ia tidak mengalihkan pandangannya sedetik pun dari wanita yang ia cintai itu.

"Kakak sampe jam berapa?" Tirta mencoba mengalihkan pembicaraan yang kotor itu

"Ga tau, satu setengah jam lagi baru sampe kayaknya" nata melirik ke arah handphone yang menunjukkan wajah Tirta yang lucu menurut nata.

"Lama"

"Tir vcs yuk?"

"Jingan"

My Little Kitten. (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang