T.A.M 1/8: Start a Different Life.

535 51 16
                                    

Lerell POV

Apa yang harus aku lakukan sekarang?

Itu yang terus ku tanyakan pada diriku sendiri. Aku tak mengerti kenapa ayah mengusirku dari rumah, entah karena dia memang menyesal telah mengangkat ku menjadi anaknya, atau karena sikap buruk ku pada ayah dan ibu. Mungkin memang semua adalah salahku, dari awal aku yang telah memperlakukan ibu dengan buruk dan membuat masalah untuk ayah. Aku pula yang menyebabkan mereka berdua bertengkar.

Andai aku punya kesempatan untuk bicara pada ibu, dia akan mengerti dan membuat ayah membatalkan keputusannya. Bisa jadi karena ibu adalah kelemahan ayah, makanya dia dan semua orang berusaha mencegat untuk untuk bicara pada ibu. Lagipula, aku yakin ibu tak akan bisa tahan sehari pun untuk membiarkan ku tak pulang. Aku yakin saat ia bangun dan sadar atas ketidakhadiran ku, ia akan meminta ayah untuk mencari ku. Aku yakin sekali.

Tiba-tiba suara petir menyambar dari atas sana, saat ku perhatikan setitik air mengenai pipiku. Laku hujan dengan cepat dan deras turun untuk menyusahkan ku. Aku berlari dengan cepat menghindari jalanan, berteduh pada sebuah toko yang tutup. Bahkan matahari meninggalkanku, ia tenggelam, memperkenalkan gelapnya malam yang dingin.

Kemana aku harus pergi?

Ku letakkan tas besar di tanganku ke tanah. Aku berjongkok, menyandarkan tubuhku pada pintu toko. Ku tatapi jalanan yang tak begitu ramai. Dunia mulai tampak pudar tanpa warna, akh mulai kebingungan.

Kemana aku harus pergi?

Ku ambil handphoneku yang syukur sekali tak di sita ayah. Ternyata mati tak ada baterai. Aku tak bisa menghubungi teman-temanku kalau begini. Sial, baru setengah jam aku jadi anak jalanan, tapi rasanya beban sudah tertumpuk di kepalaku.

Kemana aku harus pergi?

Pertanyaan itu terus berulang, hingga bukan aku lagi yang mempertanyakan, tapi suara di kepalaku yang tiba-tiba saja ada. Meski begitu, tak satupun jawaban muncul untuk menjawabnya.

Kemana aku harus pergi?

Suara itu terus mempertanyakan hal yang aama, suara itu kian lama menggangguku. Sampai tanpa sadar aku memegang kepalaku sendiri dan menjambak rambutku agar merasakan sakitnya.

Kemana aku harus pergi?

Aku tak tau, aku tak bisa menjawabnya. Aku tak tau tempat yang harus aku datangi.

Kemana aku harus pergi?

Aku tak tau, jangan tanyakan lagi, ku mohon.

Kemana aku harus pergi?

Aku tak tau.

Kemana aku harus pergi?

Kemana aku harus pergi?

Kemana aku harus pergi?

Kemana aku harus pergi?

Kemana aku harus pergi?

"AKU TAK TAU KEMANA AKU HARUS PERGI!! BERHENTINYA BERSUARA! BERHENTI SIALAN!"

Lalu kau mendengar suara lain, suara yang lebih nyata, suara deru nafas di dekatku. Apa aku mulai tidak waras?

Ku buka mata dan menoleh ke samping, sebuah manik mata di sampingku tengah melihat ke arahku, seperti melihat ke dalam jiwaku. Aku pun mengedipkan mata sekali, agar tersadar kalau aku masih hidup. Ku bangun dari jongkok ku dan berusaha mengenali siapapun itu yang mendatangiku di tengah hujan badai begini.

They Are Mine (BXB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang