T.A.M 1/1O: Expression From the Heart.

348 38 16
                                    

Author POV

"Tadi wali kelasnya menghubungiku, katanya Lerell tak masuk sekolah" Lirihan Astley yang tengah mengadukan hal tersebut pada Ignatius, buat pria bermarga Tarrant itu mengepalkan tangannya.

"Bagaimana dia mau masuk sekolah? Kau tau apa yang anak itu lakukan? Dia baru saja membeli rumah di daerah sekolahnya!" Ucap Ignatius yang menatap Astley tak percaya, dia menggeleng-gelengkan kepala, "Setelah kemarin dia membeli banyak perabotan, sekarang dia malah membeli rumah. Entah berapa banyak uang yang dia tabung..."

"B-bagaimanapun kau mengetahuinya, Ignatius?" Astley pun mendekati Ignatius, dan begitu saja pria itu meraih tangannya, menarik Astley agar terduduk di pangkuannya.

Dipeluknya Astley dengan erat, dia juga menopang dagu di bahu kiri Astley seraya membuka sesuatu di layar laptop depannya untuk memperlihatkan pada Astley, "Aku menanamkan chip di belakang telinganya, sama seperti kejadian dulu saat Max berkhianat. Lihat titik merah itu, di sanalah Lerell berada."

"Lerell tinggal dengan temannya itu, 'kan?" Tanya Astley memastikan kembali.

"Iya, dan kau tak perlu khawatir lagi mengerti? Bukannya aku benar-benar melepaskannya di luar sana, aku masih mengawasinya. Lagipula dia masih anakku" Ignatius mengecup pipi Astley sekilas.

"Ignatius... Bolehkah aku menghubunginya? Aku hanya ingin memastikan dia baik-baik saja...." Pinta Astley dengan membulatkan matanya melihat Ignatius.

"Kalau kita menghubungi yg sekarang, dia akan berpikir aku tak benar-benar serius menghukumnya, sayang...."

Astley menundukkan kepalanya melihat titik merah yang berkedip-kedip di layar laptop depannya. Sementara Ignatius mulai tak tahan melihat cemberut Astley. Itulah kelemahan pria itu, makanya rencana mereka di awal, Lerell tak boleh sampai bertemu Astley. Sebab Astley akan luluh dengan mudah dan memintanya untuk membatalkan hukuman ini.

Sejak kemarin juga Astley seperti orang yang tak waras, dia sering melamun sendirian, kadang-kadang pula seakan kecarian sesuatu yang tidak ada. Meskipun Ignatius melakukan ini demi kebaikan Lerell sendiri, dia tetap tak tahan melihat istri kesayangannya sampai seperti itu.

Dia menghela nafas panjang, dan begitu saja memberikan handphone miliknya pada Astley, "Terakhir kali kau berpura-pura sakit, jadi bicaralah dengan nada pura-pura sakit juga agar dia tak curiga."

Senyum merekah di garis bibir Astley, dia segera menghubungi anaknya itu dengan cepat. Selagi menunggu panggilannya di angkat, Ignatius memutar kursinya dan membawa Astley untuk lebih dekat dengan pintu balkon. Mereka sama-sama melihat matahari terbenam dari jauh, sembari merasakan angin sejuk yang menerpa mereka.

Saat telpon itu di angkat, mereka berdua mendengar suara yang berbeda.

"Kak El! Ada telpon dari ayahmu!"

"Dia tak pernah meneleponku, coba kau angkat, kalau itu memang ayahku, katakan aku sedang sibuk."

"Eh... Astaga aku tak sengaja mengangkatnya.... Halo...?"

"Lerell... Ini ibu..." Ucap Astley dengan nada lirihnya, ia jatuh bersandar pada dada bidang Astley karena begitu deg degan.

"Oh! Maaf nyonya... Kak El!! Ini ibunya kak El yang telepon!"

They Are Mine (BXB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang