Tak butuh waktu lama Jordan untuk mendapatkan penanganan di rumah sakit. Dia hanya di rawat inap 2 hari tiga malam disana .
Namun tiap malam tidak ada yang menjaganya karena sang mama menghukumnya dengan alasan kecelakaan itu adalah kecerobohannya sendiri.Hari-hari rasanya cepat berlalu, hari ini Jordan sudah kembali ke sekolah setelah 3 hari di rawat.
"Jo" seorang pemuda memanggil Jordan dengan langkah sedikit berlari menghampirinya.
"Iya.."
"Jadinya masuk hari ini?"
"Seperti yang Lo lihat."
"Emang udah bisa nih kaki?" Ucap Daniel lalu menepuk lutut Jordan sedikit keras yang membuat sang empunya lutut meringis dan mendorong Daniel menjauh darinya.
"Setan lu ah" kesal Jordan.
"Biasa aja kali. Yuk gue antar ke kelas"
"Awas aja Lo nanti yah" kesal Jordan namun tetap menerima bantuan Daniel.***
"Udah sampe nih. Bilang apa?" Ujar Daniel sesampainya di kelas Jordan.
"Mmmm. Terimakasih Daniel"
"Anak pintar. Sama-sama" balas Daniel penuh kemenangan.Sebelum Daniel meninggal kelas Jordan, kedatangan Micell dan Satria berhasil menarik perhatian orang-orang yang ada di kelas.
Interaksi keduanya selalu berhasil menarik perhatian orang-orang, terutama saat ini.
Kabar burung yang mengatakan mereka sudah putus berhasil ditepis oleh fakta yang mereka lihat sekarang.Lagi dan lagi Jordan tidak bisa membohongi hatinya. Dia cemburu melihat interaksi keduanya. Daniel yang memang mengetahui perasaan sahabatnya itu tanpa pernah memberitahukannya. Menyadari raut wajah Jordan.
"Ngeri memang yah, kalo frienzone" ujar Daniel yang membuat Jordan mengalihkan perhatiannya dan menatap Daniel Dengan wajah seakan bertanya.
"Udah kali Jo. Ungkapin aja dulu urusan lain-lain nanti aja."
"Sok tau Lo"
"Heran banget sih gue liat lu. Bisa-bisanya ada cowok sebaik Lo tapi jomblo dan frienzone lagi"
"Apa kabar dengan Lo?"
"Kalo gue jadi cewek. Mungkin gue akan suka sama Lo"
"Untungnya gak. najis"
"Serah Lo aja. Gue cabut malas ikut liatin yang gitu" pamit Daniel .Daniel yang memang melewati Satria dan Micell tidak menyapa sama sekali. Melihat Daniel yang melewati mereka tanpa menyapa, menyadari keberadaan Jordan yang sudah duduk di kursinya yang sedang menyiapkan bukunya.
"Hari ini kamu Uda mulai masuk Dan?"
"Iya." Jawab Jordan singkat.Satria yang memang tidak sekelas dengan mereka memilih pamit untuk pergi.
"Aku senang ka-..." Belum sempat Micell bicara Jordan sudah terlebih dahulu berbicara menggunakan ponselnya.
"Gas. Buku Catatan gue mana?"
"...."
"Kebiasaan banget Lo"
"...."
" Yaudah. Gue yang kesana"
"Kamu mau kemana?" Tanya Micell yang menahan tangan Jordan yang sudah berdiri dari kursinya.
"Kelas Bagas "
" Minta buku catatan kan? Biar aku aja kaki kamu masih sakit""Gak separah yang kamu pikirkan "
Jordan tau kalo Micell sangat susah dibantah kalo sudah keinginannya sendiri.
"Kenapa Jo? Gue aja. Kebetulan gue mau ke kelas Bagas juga nih?" Tanya Dion yang baru datang tak sengaja mendengar obrolan mereka.
"Oh gitu. Yaudah tolong bawain catatan gue tadi udah gue telpon "
"Ok. Ditunggu yah bentar doang soalnya cuman ketemu ayang" ujar Dion lalu senyum dengan cengengesan.
"Baru juga gebetan " sahut Cika lalu menarik tangan Dion yang sepertinya mereka akan pergi ke tujuan ayang sama.
"Thanks bro" ucap Jordan sebelum Dion dan Cika benar-benar pergi.
***
Jam istirahat berbunyi. Semua penghuni kelas bergegas meninggalkan kelas setelah sepeninggalnya guru mereka.
"Yuk Dan ke kantin bareng. Kamu pasti kangen kan sama mie ayam Mpok Atiek kan?"
"Duluan aja Cell, nungguin Daniel aja "
"Kamu lagi marah sama aku?" Tanya Micell yang menyadari sikap Jordan"Buat apa? Kamu ngerasa punya salah?" Pertanyaan itu reflek keluar begitu saja yang membuat Micell sejenak terdiam dan membuat Jordan mengutuk kebodohannya.
Belum sempat Jordan ingin minta maaf pada Micell, suara panggilan dari pintu mengalihkan atensi mereka.
"Cell, yuk...." panggil Satria mengajaknya pergi.
"Iya ntar"
"Kita duluan ya Dan" ujar Micell dan hanya di angguk ki Jordan.
Pikiran Jordan tidak karuan dengan apa yang terjadi pada dirinya.
"Harusnya udah biasa bukan? Ini bukan kali pertama lagi Jo. Lo pengecut" batinnya"Gue memang bodoh" ucap Jordan frustasi dengan suasana hatinya.
"Lo kesurupan apa?" Suara ledekan itu bergema di ruangan. Yang membuat Jordan malas mengalihkan pandanganya.
Dia tau itu suara milik siapa, karena sepeninggalnya Satria dan Micell kelas itu hanya di huni olehnya.
"Mereka benar balikan iyakan?" Tanya Daniel
"Gak tau."
"Filing gue sih iya. Dari cara mereka aja kelihatan. Pagi diantar, istirahat ke kantin bareng "
"Menurut Lo gue harus gimana?"
"Coba buka hati buat yang lain lah. Jangan mengharapkan yang tidak mengharapkan Lo"
"Gak semudah itu Dan"
"Coba. Baru Lo bisa bilang susah""Gue kira, bakal ada kesempatan buat gue setelah yang kemarin "
"Kalo Lo gak berani ngungkapin dia gak bakal tau Jo" ucap Daniel yang lagi berusaha menyakinkan sahabatnya itu.
"Kayak nya memang Gue gak bakal bisa jujur sama dia Dan."
"Lo barusan putus asa atau putus a*su?" Tanya Daniel tiba-tiba.
" Sialan!"
"Ini nih. Kalo lagi galau kacau benar memang hidup orang "
"Lo yang mancing "
"Umpan gue memang selalu menarik perhatian mu" ujar Daniel dengan senyum kemenangan.
"Gue lapar." Ucap Jo mengalihkan pembahasan karena dia sadar akan selalu kalah jika bicara tentang perasaannya kepada Daniel.
"Yaudah. Kita ke kantin, tapi bekal Lo yang dibuatin mama Mira"
"Lo tau sih?"
"Apa sih yang gak gue tentang Lo beb?"
"Najis njing" ujar Jordan mendorong tubuh Daniel yang membantunya jalan."Sakit bego!. Kayak baru kenal gue aja Lo. Buruan gue lapar "
"Gue bisa jalan sendiri."
"Yaudah. Gue tunggu di kantin jangan sampe gak datang. bekal Lo gue yang bawa" jawab Daniel lalu berjalan mendahului Jordan tanpa mempedulikannya yang kesusahan berjalan."Dih. Bocah itu serius?" Gumam Jordan yang sudah tidak melihat sahabatnya itu di luar kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
PADAMU.
Teen Fictionkita hanya butuh waktu untuk menyadari sesuatu yg trekadang kita anggap biasa ,sampai puncak detik kesadaran datang. sama halnya hati! hati bisa mendapatkan kenyamanan dari orang baru dan bisa saja hampir melupakan orang yg selalu ada untuk kita...