Hari ini Jo terlihat bangun lebih pagi dari sebelumnya. Dia sadar akan kondisi yang membuat pergerakannya jadi sedikit lambat. Jadi dia memutuskan untuk lebih pagi bangun.
Merasa semua sudah rapi dan yang dia butuhkan sudah lengkap, perlahan dia menuruni tangga dan berjalan menuju meja makan yang berada di dapur.
"Pagi den" sapa Bu Sum art di rumahnya.
"Pagi bi" balas Jo lalu meneguk minumannya yang sudah duduk terlebih dahulu di kursinya."Tumben lebih pagian sekarang Jo?"
"Pagi mah. Iya mah, Jo pikir karena lagi sakit harus bangun pagi biar lebih santai bersiap-siapnya""Nah.. bagus itu" ucap Mira yang setuju dengan yang dikatakan anaknya itu.
Tak berselang waktu lama setelah Jordan memulai sarapannya telinga Jordan disapa kata-kata yang membuatnya selalu ingin berkata
"bisa tidak untuk romantis -romantisan jangan di depan anak?"
Adegan peluk lalu cium kening singkat itu selalu akan terjadi di ruang makan atau di dapur tempat masak setiap paginya. Namun walaupun demikian entah mengapa itu membuat Jordan selalu malu sendiri.
Tapi sepertinya itu tidak akan berlalu untuk Abang Frans, karena jikalau Jordan perhatian Frans akan terlihat biasa saja ketika melihat orang tua mereka seperti itu. Tapi memang Frans orangnya romantis persis seperti papa mereka.
"Gimana Jo. Kaki mu udah mendingan?" Tanya papa Harry yang mulai duduk di kursinya.
"udah mendingan pah"
"Syuku.....". ucapan Harry terpotong mendengar sapaan yang lumayan keras memasuki area makan.
"Pagi semuanya..." Sapa Frans yang tak merasa berdosa telah membuat kuping semuanya sakit.
"Tumben kamu bangun pagi, bisanya juga masih molor" sindir Harry
"Ini juga masih lanjut kok, cuman mau minum dulu" jawab Frans dengan sangat-sangat tak tau malunya.
"Tak salah memang yah mama selalu negatif thinking sama mu yah " sindiran kedua kepada Frans terdengar.
"Mama..." Rengek Frans tiba-tiba.
"Mending cuci muka sekarang, baru sarapan bareng"
"Iyah... Papa setuju. Udah lama juga papa gak sarapan sama Rival sendiri " timpal Harry yang membuat Frans langsung melakukan perintah Mira untuk cuci muka untuk segera sarapan."Pah... Kemaren pak hendra titip pesan untuk papa bisa meluangkan waktu untuk bertemu beliau"
"Kenapa tidak langsung menghubungi papa atau kekantor langsung?"
"Kurang tau. Jo hanya di titip pesan"
"Kamu kenapa seperti tidak semangat gitu?" Tanya Harry yang memperhatikan putra keduanya itu yang seperti banyak diam."Apa kalian sedang ada masalah lagi?"
"Kalo ada masalah tidak mungkin dengan ku pah" bantah Frans dengan cepat sebelum Harry mengambil tindakan."Trus??"
"Biasa pah. hanya masalah anak remaja aja. Galau pah" jawab Frans lagi dengan muka-muka nyeselinnya.
"Sok tau Mulu deh. " Sergah Jo
"Engga Pa. Jo hanya lagi fokus untuk persiapan olimpiade yang tinggal 3 Minggu lagi"
"Kalo kira-kira belum bisa jangan dipaksakan yah pah?" Ujar Mira dengan meminta pendapat sang suami.
"Iya. Tapi gak mungkin juga bisa langsung mengundurkan diri gitu mah" ucap Harry
"Ya kalo memang gak bisa tetap gak boleh dipaksakan dong"
"Iya. tap..."
KAMU SEDANG MEMBACA
PADAMU.
Teen Fictionkita hanya butuh waktu untuk menyadari sesuatu yg trekadang kita anggap biasa ,sampai puncak detik kesadaran datang. sama halnya hati! hati bisa mendapatkan kenyamanan dari orang baru dan bisa saja hampir melupakan orang yg selalu ada untuk kita...