Saat makan malam, semua orang yang ada di meja makan tersebut dibuat terdiam dan berfokus pada kedua tangan Gempa yang kini sedang diperban, dan pipi kiri Blaze yang kini di plaster secara bergantian.
"Kenapa tangan Kak Gemgem diperban? Apa tangan Kakak terluka?" Tanya Thorn yang menatap khawatir kearah Gempa, begitupula dengan yang lainnya.
"Sebenarnya apa yang kalian berdua lakukan sih?" Tanya Taufan yang menatap penuh tanda tanya kearah Blaze di sebelahnya yang sedang memakan ayam goreng kesukaannya.
Sedangkan Solar hanya diam dengan tatapan rumit, dan Ice kini terlihat menatap tajam kearah perban yang melilit tangan hangat Kakak-nya yang sangat ia sukai itu.
"Bisa kalian berdua jelaskan sesuatu?" Tanya Halilintar yang menatap intens kearah Gempa dan Blaze secara bergantian.
Gempa dan Blaze yang awalnya mengabaikan pertanyaan yang ditanyakan oleh para saudaranya seketika dibuat tersentak diam saat sang Kakak sulung buka suara untuk bertanya dengan suara berat.
"Ah...itu..."
Blaze yang awalnya sedang menikmati ayam kesukaannya kini terlihat gelagapan dan menatap kearah Gempa yang sedang memakan makan malamnya dengan tenang.
Sadar dengan tatapan Blaze yang mengarah padanya sekarang, Gempa kemudian menghela nafas pelan dan meletakkan alat makannya, sebelum akhirnya dia buka suara.
"Hm? Maksud Kakak ini?" Tanya Gempa sambil menunjukkan kedua tangannya yang kini di perban.
Sementara Halilintar hanya mengangguk kapalanya dan menatap penuh selidik kearah Adik Kesayangan-nya ini.
"Ini hanya luka kecil akibat latihan tanding dengan Laze tadi, jadi tidak perlu khawatir seperti itu." Ujar Gempa dengan santai yang mana membuat mereka semua kini terdiam.
Halilintar dan yang lainnya sontak menatap kearah Blaze dengan tatapan tajam, dan aura hitam yang menguar dari tubuh mereka yang mana membuat Blaze seketika berkeringat dingin.
"Blaze..." Panggil Thorn yang kini menatap kearah Blaze dengan senyuman di wajahnya.
"Kenapa kau malah menyetujuinya dan tidak menghentikannya hah?!" Seru Taufan yang kini mengguncang kuat tubuh Blaze yang kebetulan duduk di sebelahnya.
"Kau benar-benar bodoh." Ucap Solar yang membetulkan kacamata visor-nya.
Blaze yang diguncang tentu saja merasa pusing, sontak saja dia langsung menahan kedua tangan Taufan yang kini berada di bahunya untuk menghentikan Kakak-nya itu agar tidak mengguncang tubuhnya lagi.
"Jangan salahkan aku! Aku sudah menolaknya tapi...arrgggghhhh! Kalau kalian di posisiku tadi kalian pasti tidak bisa menolaknya!!" Seru Blaze yang mana membuat mereka semua kembali terdiam.
Halilintar dan Taufan yang sepertinya paham maksud perkataan Blaze barusan tentu saja dibuat mematung.
Sementara Gempa yang mendengarnya hanya bisa menghela nafas pelan, dan jujur...ia merasa agak kasihan pada Blaze saat ini.
"Sudahlah, jangan menyalahkan Laze. Ini salahku karena aku yang memaksanya untuk melakukan latihan tanding denganku." Ujar Gempa yang melerai pertengkaran mereka.
Sontak saja mereka kembali menetap kearah Gempa saat ini yang memasang wajah bersalah.
Taufan yang awalnya mengenggam kedua bahu Blaze kini bergantian merangkul bahu pemuda api itu.
"Apa dia menggunakan cara itu?" Tanya Taufan dengan nada setengah berbisik namun masih bisa didengar oleh semua orang yang ada disana.
Sementara Blaze yang mendengarnya awalnya sempat bingung sebelum akhirnya dia sedikit tersentak saat sadar apa maksud perkataan Kakak keduanya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Omega?!
RandomShaka Saputra Wijawa, seorang mahasiswa di sebuah sekolah terkenal di kotanya. Orang yang pintar, ramah, pekerja keras dan agak licik... Dia hidup sendirian di sebuah rumah peninggalan orang tua-nya yang sudah lama pergi meninggalkan-nya seorang dir...