Chapter 3

36 8 0
                                    

Ting Tong! Ting Tong!

Sebelum berangkat bekerja Arsa menyempatkan diri untuk menyapa sepupunya. Pintu pun segera terbuka dan Arsa melihat Bara -nama panggilan Batara- yang juga sudah rapi dengan setelan kerjanya. Bara adalah dokter di sebuah rumah sakit besar di Jakarta, jadi sudah menjadi kewajiban bagi Bara untuk mengenakan pakaian yang rapi meskipun tidak bekerja di kantor sama seperti dirinya.

"Oh Arsa, ada apa Sa?" tanya Bara keherananMereka meskipun dekat namun memiliki kesibukan masing-masing sehingga melihat Arsa yang datang ke unit Bara di hari kerja cukup mengherankan baginya. "Eh iya, sorry kita ngobrol di depan pintu gak papa ya? Habis ini aku langsung mau pergi." "Iya gak papa Bar, aku juga cuma mau ngomong sebentar aja" balas Arsa. "Tentang Anta ya? Iya dia berangkat ke sekolah bareng Satria, Putri yang antar tadi." Bara baru ingat kalau satu jam yang lalu Gantari datang ke unitnya meminta berangkat bersama Satria. Sangat jarang sebenarnya Gantari berangkat bersama Satria meskipun mereka satu sekolah, karena Arsa tidak mau merepotkan mereka meskipun mereka tidak sama sekali merasa direpotkan. Gantari biasanya akan berangkat bersama Satria ketika akhir bulan tiba, karena Arsa yang bekerja sebagai seorang akuntan biasanya sangat sibuk di akhir bulan sehingga tidak bisa mengantar Gantari. Tapi anehnya, hari ini masih termasuk awal bulan seharusnya Arsa masih bisa meluangkan waktu untuk mengantar Gantari. Bara sebenarnya ingin bertanya, namun ia memilih menunggu Arsa yang terlebih dahulu bercerita kepadanya.

"Thanks ya sudah antar Anta, semalam aku sulit tidur jadi pagi ini telat bangun. Sebenarnya akhir-akhir ini aku sulit tidur. Kemarin hampir saja telat bangun, tapi untungnya waktu Anta ketuk pintu aku dengar. Masalahnya pagi ini aku tidak dengar suara ketukan, jadi aku tidak bisa antar Anta," cerita Arsa. "Obat yang aku kasih sudah habis?" tanya Bara. Arsa memang sering mengalami insomnia sehingga Bara meresepkan obat tidur dosis rendah untuk Arsa. "Kayaknya obatnya sudah gak mempan Bar, akhir-akhir ini tidak terasa efeknya," bohong Arsa.

Konon katanya, satu kebohongan bisa menghasilkan kebohongan baru. Obat yang diresepkan Bara memang berhasil membuatnya bisa tidur, namun obat itu ternyata juga membuat bayangan dan suara Gayatri tidak sering datang dan karena ia tidak ingin kehilangan bayangan dan suara Gayatri maka ia tidak lagi meminum obat itu. Tapi Arsa tetap butuh obat untuk mengurangi gejala insomnianya. Ia tidak mau telat bangun lagi yang membuat ia tidak bisa memasak untuk Gantari dan mengantar Gantari ke sekolah seperti yang terjadi di pagi ini. Jadi, Arsa berbohong kepada Bara supaya ia bisa mendapatkan obat tidur yang dapat membuatnya tidur tapi tidak menghilangkan bayangan atau suara Gayatri.

"Oke, nanti aku resepkan obat tidur yang baru. Nanti malam aku kasih ke kamu ya," kata Bara. "Thanks Bara, oh ya sebelum ke sini aku sudah transfer uang ke rekening kamu untuk makan malam Anta. Aku tidak mau merepotkan kalian, jadi untuk makanan Anta nanti malam anggap aja aku bayar ke kalian." Bara menaikkan salah satu alisnya, bingung dengan maksud Arsa. Kebingungan Bara juga membuat Arsa terheran, "nanti malam Anta main di unit kalian kan?" tanya Arsa memastikan. Sebelum Bara menjawab tiba-tiba suara dari belakang Arsa yang menjawabnya, "iya betul nanti malam Anta di sini. Mereka baru bilang di mobil tadi. Arsa, sudah aku bilang gak perlu sungkan, kami tidak kerepotan menerima Anta di sini" Itu adalah suara Putri, istri Bara yang baru pulang setelah mengantar anak-anak. "Oke, jaga Anta ya, sekali lagi terima kasih, aku pergi dulu." Arsa lalu tersenyum kemudian pamit undur diri.

Setelah Arsa hilang dari pandangan mereka, Putri kemudian menjelaskan kepada Bara, "Anta sebenarnya mau pergi ke rumah omanya malam ini, jadi dia sengaja berbohong ke Arsa kalau mau main di unit kita." "Untung aku datang di waktu yang tepat, kalau enggak Arsa pasti marah apalagi melihat ekspresi wajahmu yang bingung," kata Putri dengan bangga. "Iya ya, terima kasih istriku," jawab Bara dengan muka mencibir. Bara tidak mau terlalu menanggapi godaan istrinya, karena pasti dia kalah debat dengan istrinya dan akan membuat ia telat untuk berangkat. Putri terkekeh melihat tanggapan suaminya, kemudian ia menepuk pundak Bara, "semangat ya suamiku." Bara kemudian tersenyum dan mengangguk kemudian pamit untuk pergi bekerja.

***

Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Arsa mulai gelisah karena Gantari belum pulang. Dia mencoba menelfon Gantari namun tidak diangkat. Ia berusaha untuk tenang. "Anta belum pulang?" suara Gayatri terdengar di telinganya, dan ia jawab dengan gelengan kepala. "Sudah coba ditelfon?" "sudah," jawabnya.

Arsa kemudian duduk di sofa, dan ketika menolehkan kepalanya ia melihat Gayatri yang juga duduk di sampingnya. "Sa, nanti kalau Bara kasih obat lagi jangan diminum ya," kata Gayatri dan dibalas dengan kebingungan dari Arsa, "kenapa?" tanyanya. "Kamu dibohongi Bara, itu bukan obat tidur yang kamu minta tapi obat supaya kamu bisa melupakan aku" kata Gayatri dengan menunjukkan ekspresi sedih. Arsa kemudian terdiam, sebenarnya ia juga curiga dengan obat itu, ia pernah mencari nama obat itu di internet dan hasilnya mengatakan kalau obat yang ia minum adalah obat anti depresan. Tapi, karena ia menghargai Bara, ia mencoba untuk tidak berasumsi. "Tapi, aku butuh obat tidur," kata Arsa memelas. "Kalau begitu, kenapa harus lewat Bara?" Arsa tertegun. "Arsa, jangan percaya dengan Bara. Dia baik, Putri juga, tapi mereka membohongi kamu untuk kepentingan mereka sendiri," Gayatri kembali memperingatkan Arsa.

Sebenarnya tidak hanya sekali dia mendengar suara Gayatri yang memperingatkannya untuk tidak boleh percaya dengan Bara dan keluarganya. Suara Gayatri juga yang sebenarnya lima tahun yang lalu memintanya untuk berhati-hati dengan mertuanya. Arsa sekali lagi sadar bahwa suara Gayatri ini tidak nyata, karena jika masih hidup, Gayatri tidak mungkin akan melarangnya untuk dekat dengan keluarganya. Namun, peristiwa lima tahun yang lalu membuat Arsa cukup percaya dengan suara yang ia sadar tidak nyata ini. Kali ini, suara Gayatri kembali memperingatkannya untuk berhati-hati dengan Bara. "Kalau kamu gak percaya sama aku, coba sekarang kamu cek ke unit Bara, Anta pasti tidak ada di sana." Arsa masih bimbang untuk mengikuti suara Gayantri. Ingatannya kembali ke peristiwa tadi pagi, memang tadi pagi ia sempat curiga dengan Bara karena Bara terlihat tidak tahu jika Gantari akan bermain di unitnya, tapi rasa curiga itu hilang ketika Putri memastikan Gantari sudah memberitahu mereka. Arsa berniat tidak mengikuti suara Gayatri. Namun, ketika melihat jam sudah menunjukkan pukul sembilan lewat dan Gantari belum pulang, apakah sebaiknya ia memastikan perkataan Gayatri?

GriefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang