Lima tahun yang lalu
Sore hari itu, Arsa menjemput Gantari di daycare. Umur Gantari masih lima tahun, dan Arsa tidak mungkin meninggalkan Gantari sendirian di unit. Jadi, dari pagi sampai sore ia menitipkan Gantari di sebuah daycare. Arsa tidak mau merepotkan mertuanya jadi alih-alih menitipkan Gantari kepada mertuanya, ia menitipkan Gantari di sebuah daycare. Biasanya sepulang dari daycare, di mobil Gantari dengan semangatnya menceritakan aktivitasnya sepanjang hari bahkan ketika tiba di unit dia masih melanjutkan ceritanya. Namun berbeda dengan hari itu, Gantari nampak murung dan diam.
Diamnya Gantari berlanjut hingga mereka makan malam. Sambil menyuapi Gantari, Arsa bertanya kepada Gantari apa yang membuat putrinya nampak murung. "Biasanya Satria dijemput papanya, tapi hari ini mamanya yang jemput," kata Gantari dengan suara yang pelan. "Terus?" tanya Arsa sambil menghentikan sejenak kegiatannya menyuapi Gantari dan memberinya minum, ia meminta kelanjutan cerita Gantari. "Aku juga pengen dijemput mama. Mama di mana pa? Aku mau lihat mama." Arsa sudah menduga suatu saat Gantari pasti akan menanyakan kehadiran mamanya. Ia kemudian meletakkan piring di sampingnya dan dengan perlahan ia menjelaskan kepada Gantari mengapa Gantari tidak bisa bertemu dengan mamanya. Tapi, meskipun Arsa sudah menjelaskan dengan sederhana Gantari masih sulit untuk mengerti maksud Arsa. Dia hanya menangkap kalau dia tidak bisa bertemu mamanya, karena mamanya pergi jauh. Hal itu membuat Gantari menangis sedih. Arsa berusaha menenangkan Gantari, namun Gantari tidak berhenti menangis. Arsa kemudian menggendong Gantari dan masih berusaha menenangkan Gantari, hingga akhirnya Gantari tertidur karena kelelahan menangis.
Arsa kemudian menidurkan Gantari di kamar. Ketika itu Gantari masih tidur bersamanya. Setelah menidurkan Gantari, Arsa keluar kamar dan membereskan makan malam mereka. Melihat Gantari sedih membuat ia tidak berselera makan. Selesai membereskan makan malam, Arsa menuju ruang kerjanya dan berusaha untuk menghilangkan rasa sedihnya dengan menyibukkan diri dengan pekerjaannya. Sebelum digunakan untuk kamar Gantari, ruang itu menjadi ruang kerjanya. Di dalam ruang tersebut, tidak hanya berkas-berkas pekerjaannya tetapi juga tersimpan banyak kenangan Gayatri. Arsa duduk namun bukannya melanjutkan pekerjaannya, ia hanya duduk dan melamun. Suara maupun bayangan Gayatri tidak muncul sepanjang hari ini, mungkin karena dia akhir-akhir ini dia berusaha untuk merelakan Gayatri. Sebenarnya itu hal yang baik, tapi karena Gantari tadi menanyakan kehadiran mamanya, membuat Arsa semakin gelisah dan sulit untuk merelakan Gayatri. Ia kemudian memutuskan untuk membuka sebuah kotak yang tersimpan rapi di lemari. Terkadang di saat seperti ini, Arsa membuka kembali kotak yang berisi kenangannya dengan Gayatri. Ia terkadang membuka kotak tersebut untuk mengurangi rasa rindunya kepada Gayatri. Begitulah caranya untuk berusaha merelakan kepergian separuh jiwanya.
Setelah memuaskan rasa rindunya, Arsa kemudian segera menutup kotak kenangannya, mengembalikan kotak tersebut, dan berusaha untuk menyelesaikan pekerjannya. Tenggat waktu laporan sudah semakin dekat, sehingga mau tidak mau Arsa harus membawa pulang pekerjaannya. Jika sebagian besar orang mengeluh karena pekerjaannya yang menumpuk, Arsa justru senang. Semakin dia sibuk maka semakin berkurang waktunya untuk bersedih, dia bisa semakin mudah untuk merelakan Gayatri.
Di tengah kesibukannya, suara tangisan Gantari terdengar. Arsa segera menuju kamarnya dan menenangkan Gantari. Rupanya Gantari menangis karena terbangun dan tidak menemukan papanya di sebelahnya. Arsa mengetahui hal tersebut karena dalam tangisannya Gantari memanggil dia. "Papa di sini, papa di sini." Ia terus menerus mengulang perkataannya hingga Gantari kembali tenang dan tertidur. Arsa kemudian kembali membaringkan Gantari. Ia berniat melanjutkan kembali pekerjaannya, namun ketika ia kembali ke ruang kerjanya, ia merasa gelisah. Ia takut Gantari kembali mencarinya, akhirnya dia memutuskan untuk menunda pekerjaannya dan tidur bersama Gantari. Sudah lewat dari tengah malam sebenarnya ketika ia memutuskan hal tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grief
General FictionArsa Bratadikara belajar untuk menerima kenyataan bahwa orang yang ia kasihi pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya. Tapi, dalam prosesnya, menerima kenyataan tidaklah mudah. Banyak hal yang harus Arsa lakukan untuk dapat memahami bagaimana cara...