"Hai Sa! Apa kabar?" suara Bara langsung menyapa Arsa ketika ia menerima panggilan telfon dari Bara. "Kabar baik, jauh lebih baik dari kemarin," Arsa tersenyum sambil menatap Gantari yang sedang sibuk membuat tugas yang diberikan selama masa orientasi. "Om Bara?" tanya Gantari tanpa suara dan dijawab anggukkan oleh Arsa. Arsa kemudian beranjak dari duduknya dan menuju meja makan yang letaknya agak jauh dengan ruang keluarga tempat Gantari duduk. Ia tidak mau mengganggu Gantari yang sedang fokus membuat prakarya yang Arsa tidak tahu itu apa, hanya Gantari yang tahu apa yang sedang ia buat.
"Wah seneng banget nadanya, ada cerita apa hari ini?" "Hari ini hari pertama Anta jadi murid SMA" kata Arsa dengan nada bangga. "Satria hari ini juga hari pertama masuk SMA kan?" ada jeda sejenak sebelum Bara menjawab, "iya hari ini juga hari pertamanya." Arsa menganggukkan kepala meskipun Bara tidak bisa melihatnya. "Ra, gak nyangka ya anak kita udah masuk SMA. Rasanya kayak baru kemarin aku masih gendong Anta, eh sekarang sudah pakai seragam putih abu-abu aja. Aku sampai terharu lho tadi." Ada jeda lagi, Bara memang tidak merespons tapi Arsa tahu Bara sedang mendengarnya. "Ah! Nanti aku kirim foto Anta pakai seragam putih abu-abu, kamu juga ya kirim foto Satria sudah lama aku enggak ketemu dia." "Sa, maaf aku tadi lupa foto Satria, tapi aku tetap minta fotonya Anta ya!" "Yah, sayang banget. Ra, kalo ada moment spesial tuh foto. HP juga fungsinya untuk foto." Arsa mengomel tentang kebiasaan Bara yang tidak suka foto. Arsa juga sebenarnya bukan tipe orang yang suka foto, tapi setiap ada peristiwa yang berkesan atau berharga baginya, foto adalah hal yang wajib karena belum tentu peristiwa tersebut terulang lagi. Arsa ingin kenangan itu tersimpan dalam sebuah foto. "Gayatri masih sering muncul gak Sa selama kamu di sana?" alih-alih merespons Bara memilih untuk mengganti topik. "Enggak Ra, sudah hampir setahun gak muncul sama sekali," awal-awal pindah memang Gayatri masih beberapa kali muncul dalam pikirannya, entah ketika ia pulang ke kota lama maupun di tempat tinggalnya yang baru saat ini. Tapi sudah hampir setahun ini ia sama sekali tidak melihat bayangan Gayatri. "Terus gimana perasaanmu?" Arsa tahu Bara bukan bertanya tentang perasaannya hari ini. "Yah, kadang masih berharap dia muncul sih Ra. Tapi sudah tidak sesedih dulu." Ya butuh beberapa tahun untuk Arsa bisa tersenyum tulus dan bukan dengan sedih atau terpaksa ketika membahas Gayatri. Setiap kali mereka bertemu atau berbicara di telefon seperti sekaran ini, Bara selalu menanyakan hal yang sama dan Arsa tidak marah atau tersinggung dengan hal itu karena menurutnya apa yang Bara lakukan sudah baik.
"Kalau kabar Anta bagaimana Sa?" "Baik juga. Dia senang sudah jadi anak SMA, tadi pagi aja dia sampai hampir terlambat karena sibuk make up." Arsa tertawa, sepertinya Gantari bisa mendengar suaranya karena sekarang dia menunjukkan ekspresi cemberut kepada Arsa. "Ooo..." "relasinya juga aman kok, aku yang memastikan mereka pacaran dengan sehat." Arsa seakan sudah bisa menebak pertanyaan Bara selanjutnya. Ketika Arsa tahu Gantari diam-diam berpacaran dengan Wicaksana ia sudah menceritakan kepada Bara. "Arsa, maaf sepertinya aku harus tutup lebih awal karena sebentar lagi aku mau pergi membeli bahan makanan untuk Ayu. Biasa, Ayu sengaja minta aku pergi ke supermarket waktu supermarketnya udah mau tutup supaya ada diskon setengah harga katanya." Arsa tertawa. "Sa...jaga kesehatan ya. Sering-sering ketemu orang, jangan bolos ke gereja." Setiap mau menutup telefon Bara selalu memberi nasihat tersebut, dan sebelum Arsa membalas Bara sudah tahu jawabannya jadi Bara langsung menutup telefonnya.
Selesai menelfon, Arsa kembali ke tempatnya, duduk di hadapan Gantari. Setelah menceritakan kepada Gantari apa yang tadi Arsa bicarakan dengan Bara di telefon, mereka kembali melanjutkan aktivitas mereka masing-masing. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, seperti kebiasaan mereka selama ini, mereka memutuskan untuk beranjak dari tempat mereka menuju kamar mandi untuk persiapan tidur sebelum mereka masuk kamar masing-masing. Dari dulu Arsa memang mengajarkan kepada Gantari untuk sebisa mungkin tidak tidur lewat tengah malam karena tidak baik untuk kesehatannya. Jika Gantari belum menyelesaikan tugasnya atau belajarnya maka Arsa meminta Gantari untuk melanjutkannya di pagi hari sebelum mereka sarapan. Sejak kehadiran Gantari, Arsa juga belajar untuk tidur teratur meski selalu gagal setiap kali insomnianya kambuh, dan melanjutkan pekerjaannya di pagi hari. Jadi, ketika Arsa memberikan aturan untuk tidak tidur lewat tengah malam, Gantari taat menuruti aturannya karena Arsa juga melakukannya. Selama ini setiap Arsa memberikan peraturan kepada Gantari, sebisa mungkin ia juga melakukannya supaya Gantari mengerti mengapa ia harus menuruti aturan yang Arsa buat.
Sebelum masuk kamar, biasanya Arsa akan mengucapkan, "main HP jangan sampai lewat tengah malam, jangan lupa berdoa sebelum tidur. Sapa mama juga ya dalam doanya Anta. Alarm HP jangan lupa dinyalain. Selamat malam anak papa." Tapi, setelah dari kamar mandi, belum sempat ia mengucapkan satu patah kata pun, Gantari sepertinya sudah masuk ke kamarnya duluan karena pintu kamarnya yang sudah tertutup. Tidak seperti biasanya. 'Mungkin Anta lelah jadi dia tidur lebih awal, atau mungkin dia lagi kangen dengan pacarnya jadi dia masuk kamar lebih awal' Arsa berusaha memaklumkan sikap Gantari. Setelah memastikan kondisi dapur dan ruang tamu, Arsa lalu masuk ke dalam kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grief
General FictionArsa Bratadikara belajar untuk menerima kenyataan bahwa orang yang ia kasihi pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya. Tapi, dalam prosesnya, menerima kenyataan tidaklah mudah. Banyak hal yang harus Arsa lakukan untuk dapat memahami bagaimana cara...