SPLM. Chapter 10

46 0 0
                                    

Di sebuah ruang rapat yang kedap suara Kania Vallien sedang berdiskusi dengan tim nya untuk pengembangan butik kedepannya.

Kania memiliki rencana untuk memperbesar butiknya itu, ia ingin butiknya seperti perusahaan dan merekrut desainer lain dan dapat membuat produk lain yang lebih berinovasi dan meluncurkan nya menggunakan merek Kv' sama seperti nama butik miliknya.

Mereka menyiapkan beberapa proposal sesuai dengan rancangan yang diinginkan. Selesai rapat Kania kembali ke ruangannya.

Tokk, tok tok..

Seorang pria yang berusia 5 tahun diatasnys masuk dan duduk di kursi yang ada didepannya.

"Kirim proposalnya ke bapak aja mba" ucap pria itu,

"Jangan panggil saya mba, panggil nama aja kamu lebih tua dari saya"

"Tidak sopan"

"Justru saya yang tidak sopan, disini kita mau berkerjasama dan ini bukan perusahaan ayah." ujar Kania.

"Um, baiklah"
"Bapak bilang dia mau investasi tapi proposalnya harus perfect"

"Sama anak sendiri pelit banget"

"Bukan pelit, tapi bapak mau Kania membuat keputusan yang tepat dan harus bisa mempertanggung jawab kan semua keputusan Kania."
"Ini udah dunia kerja, gak selamanya bapak bisa bantu Kania, jadi dia berpesan buat Kania agar dapat berusaha lebih ekstra untuk mendapatkan investasi dari bapak. Bapak punya syarat, Kania harus bisa dapetin kontrak kerjasama ataupun investasi dulu dari perusahaan lain baru bapak akan menutupi sisanya." jelas rinci Julian, tangan kanan dari Kelvin alias sang ayah.

Julian meninggalkan ruangan Kania, ia juga meletakkan 3 buah name-card perusahaan berbeda yang sekiranya dapat membantu Kania dalam mencari kerjasama maupun investor.

Kania mengambil kartu itu dan berfikir sejenak.
"Bachtera Company?" gumam Kania merasa familiar dengan marga Bachtera.

Kania mengambil ponsel miliknya dan mencoba menghubungi bang Leon.

Berdering...

"Apa?" tanya Leon saat telpon itu diangkat,

"Buset tau aja"

"Kalo gak penting lo gak bakal nelpon va.."

"Cie elah tau aja"
"Tau Bachtera Company gak?"

...

"Tanya Ara deh dia tau"

"Lo tau tapikan?"

"Tanya Ara gue saranin"

"T*I LAH LO"

"Sama sama"

"Ya makasih deh“ Kania mematikan telepon sepihak.

"Kakak adek gak jauh beda, yang nelpon siapa yang matiin tiba-tiba siapa" gerutu

Kania pun menelpon Ara namun nomor Ara sedang sibuk (dnd mode), "Pls kenapa sisa 2 namecard ini asing banget" gerutu Kania dalam dirinya.

"Ara gak aktif lagi, masa kudu disamperin ke LA sihh??.."

Hingga malam nomor Ara masih belum bisa di hubungi, Kania frustasi baru aja mau mulai bisnis syarat dan ketentuan dari sang ayah untuk investasi harus ada yang deluan invest mau gimana lagi?

Pagi nya Kania bangun dengan mata yang sepertinya kurang tidur, haha benar saja dia baru tertidur jam 3 pagi dan jam 8 dia harus rapat lagi.

"Pagi kak" sapa Gibran dari arah dapur.

"Morning beb" sapa Nana yang baru saja keluar dari kamar dengan pakaian rapih.

"Morning"
"Tumben na?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 31 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sister, Please Love Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang