Bfunch (Breakfast Lunch)

865 59 2
                                    

Seseorang datang dengan menggunakan topi berwarna hitam, masker duckbill hitam, rambut belakang diikat meski rambutnya hanya pendek seleher. Hanya menggunakan kaos dengan jaket hitam keren dan celana hitam panjang oversize. Yang terlihat putih hanya lehernya, telinganya, dan matanya yang sedikit tertutupi dengan topi.

"Zee anjir, ngapain pake topi di dalem ruangan, kocak?" Shani mengambil topi Zee dengan agresif. Zee berusaha agar Shani tidak mengambil topinya, tapi sayang, nasi telah menjadi bubur. Shani jauh lebih tinggi dari Zee.

Gracia hanya memandang Zee dan Shani. Merasa familiar dengan nama 'Zee'.

Yang tadi di jalan nelpon Shani? Batin Gracia. Mereka lumayan deket ya... Adek-kakak?

"Ci, mana? Antrean berapa?" Awalnya Zee terlihat cemberut bercanda karena topi kesayangannya diambil oleh Shani, tapi mengetahui bahwa Shani pergi ke klinik untuk berobat membuatnya berpikir mungkin Shani tidak jadi bunuh diri, sebenarnya dia berharap begitu. Bahkan cara bicaranya sudah sedikit berbeda dibanding terakhir mereka berbincang.

"48" Jawab Shani singkat.

"Apa coba 48, ini kebetulan apa gimana sih? Sampai nomor antrean aja 48. Segala 48."

"Lah mana gua tahu? Sekarang masih 46. Bentar lagi sih, tapi ni cewek laper."

Wajah Shani seolah menunjuk Gracia di belakangnya.

"Eh? Siapa tuh? Sodara lu?" Tanya Zee.

"Shania Gracia, nggak ada hubungan darah sama sekali sama Shani."

Tangan Gracia mengajak Zee untuk jabat tangan. Sebenarnya Gracia sedikit was-was dengan Zee, tapi ia mencoba membuang jauh pikiran itu.

Zee tanpa ragu menerima jabat tangan tersebut.

"Azizi Asadel, bisa dibilang sohibnya Shani. Salam kenal ya. Tapi, kalo lo bukan sodaranya, terus siapa?"

"Kepo amat lu, makin laper. Gua juga belum makan. Ada rekomendasi tempat gak?" Ujar Shani mengalihkan topik.

"Bubur Pantjoro aja tuh, baru buka." Jawab Zee.

"Pantjoro? Kayak kenal..."

Zee tertawa.

"Dateng aja sana, awas nangis."

Loh? Zee gak bener ini, curiga. Pantjoro siapa sih? Gua yakin gua pernah denger dan gak asing. Batin Shani.

***

Sesampainya di tempat tujuan, betul saja tempatnya sangat ramai tapi begitu luas hingga masih tersisa beberapa tempat duduk. Ini bukan hanya sekedar tempat buat makan bubur, udah mirip kafe. Di tengah restoran itu terdapat panggung dan hiasan seperti air mancur dan lain sebagainya. Restorannya juga dua lantai dan kursi serta mejanya sangat memanjakan mata. Seolah-olah bukan di Indonesia.

Gua ga expect restoran bubur serame dan semewah ini?? Batin Gracia.

Saat itu, mereka duduk di meja untuk empat orang karena meja untuk dua orang sudah semua terisi. Mereka memesan, dan sembari munggu pesanannya Shani berpikir keras, lalu mengambil kesimpulan.

Restoran bubur, baru buka, wajar rame. Seluas ini, jadi kayaknya yang ngediriin sekelas gua atau lebih. Eh... Bentar, bentar... Pantjoro, Pantjoro...

Lalu kebetulan seorang wanita dengan masker duck bill hitam dan jaketnya yang diikat di pinggang celana jeans abunya melewati pandangan Shani.

"ADEL?" Sebenarnya Shani tidak terlalu berteriak, tapi Reva Fidela Adel Pantjoro menoleh ke sumber suara karena sejak lulus SMA dia tidak biasa dipanggil 'Adel', melainkan 'nona Reva'.

Lalu Adel melihat sosok Shani yang menggebrak meja dengan kedua tangannya. Terlihat sangat jelas Shani terkejut dengan sosok Adel, adik kelasnya yang sangat mematuhi Shani dan disiplin. Adel juga terkejut karena dapat bertemu kakak kelas kesayangannya setelah sekian lama.

"CI SHANII" Adel segera menghampiri Shani lalu memeluknya erat. Dari belakang, ada seorang wanita juga yang mengikuti Adel. Sama seperti nama Pantjoro, wanita itu tidak terlihat asing di mata Shani. Tapi, juga Gracia.

"Loh, Zana?" Gracia langsung tahu hanya dengan beberapa meter.

"Lah, kak Cia ngapain di sini?"

"Ashel?? Ini beneran kamu?" Shani sudah lama melepas pelukannya dengan Adel, lalu memegang kedua pipi Ashel karena tidak menyangka.

"AKU BARU NYADAR KALO ADA CI SHANI, CII MISS YOUU~~" Ashel dengan cepat memeluk Shani, kemudian Shani membalasnya.

***

Setelah mengobrol panjang lebar, ternyata ada kesimpulan yang menjadi plot twist yang ada dipikiran Shani saat itu. Restoran bubur itu bukan milik Adel, tapi milik salah satu kakaknya, Robby.
Adel sudah memiliki hubungan lebih dari teman dengan Ashel, dan Ashel sendiri ada adik sepupu Gracia.

"Del, Ashel gimana sekarang? Masih nakal nggak?" Tanya Shani basa-basi mengingat masa lalu SMA.

Dulu, Ashel termasuk dari murid yang cukup membuat guru dan osis hampir menyerah menghadapinya. Tapi, Adel mengubah semuanya. Entah bagaimana caranya. Ashel juga teman Azizi sedari SD, sekaligus mantannya.

"Kadang ga nurut sih, kadang juga pundung sendiri anaknya. Posesif abis."
Jawab Adel sembari tertawa. Ashel yang mendengar hal itu keluar dari mulut pasangannya, segera mencubit perut Adel, dan Adel merintih kesakitan.

GreShan: Your favorite girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang