Organitation

735 56 0
                                    

Pagi yang cerah, ditemani dengan secangkir kopi susu dan antrean file di dalam komputer yang perlu dibaca dari perusahaan lain.

“Ci!” Zee membuatnya terkejut dengan mendorong pintu secara agresif sehingga membuat kopi susu yang sedang diminumnya tidak lancar masuk ke dalam tenggorokan dan membuat Shani tersedak.

“Hehe, maaf ci” Ujar Zee sambil nyengir.

“Kenapa Zee?” Tanya Shani, ia berharap Zee tidak membuatnya tersedak hanya karena hal kecil.

“Ada orang nyariin tuh, namanya... Shania? Yang kemaren pokoknya.”

Shania Gracia?

***

“Kenapa? Bukannya gue nyuruh lo buat nunggu di kamar aja?”

“Ikut gue, sekarang.” Gracia langsung menarik tangan Shani yang sedang duduk di depan komputernya.

“Gak, gak. Kenapa sih? Cerita dulu. Gue juga masih banyak kerjaan.” Shani memberatkan tubuhnya agar Gracia tidak kuat untuk menariknya.

“Gua jelasin nanti!”

“Nggak. Gua ogah kalo lo belum jelasin. Meeting juga sejam lagi, gua mau jelasin apa ke client?”

“Ini lebih penting dari pekerjaan lu, Shan. Nyawa gue.”

Shani meneguk ludahnya dan menarik napas agar dirinya lebih rileks.

“Lo ke sini pake apa?”

“Motor ninja lo.”

Shani berjalan dengan langkah besar lebih dulu ke arah pintu, kemudian disusul Gracia.

Shani bertemu dengan Zee, lalu memegang bahunya sambil berbisik, “Emergency, semua kerjaan hari ini dibatalin.” Zee yang mendengarnya langsung mengangguk dan mengerti.

“Need help?” Tawar Zee.
“Not now, but I'll call you everytime I need.”
“Sure. Be careful, Shani.” Shani tersenyum mendengarnya.
“You know me.”

***

“Jangan kecewakan kami, Shania Gracia... Mana partner yang anda bawa?”

Gracia... Maksud lo apa? Shani memerhatikan percakapan dengan seksama sembari sembunyi di atas.

“Jawab! Anda... Kami berikan waktu satu bulan penuh... Anda justru kabur selama tiga bulan! Jawab, Shania Gracia!” Wanita itu menampar wajah Shani yang sedari tadi hanya terdiam menunduk.

Anjay, udah lama nggak liat pemandangan kayak gini. Batin Shani.
Tapi, kenapa... Gua kayak kesel ya sama tu orang?

“Apa yang hendak anda lakukan apabila saya kembali dengan partner saya?” Gracia mulai bicara.

“Ah, tikus.” Wanita itu menembak pistol ke loteng, dan kaki Shani terkena tembakan tersebut.

ARGH, SAKIT ANJING! Shani geram dan gigi atas dan bawahnya menyatu untuk menahan sakit.

“Stop main-main. Saya tahu partner mu itu yang tadi saya bilang tikus, kan? Apa yakin anda menjadikannya partner? Napasnya saja terdengar oleh saya.”

Yah, ketahuan. Shani turun dari celah yang ada, dan tubuhnya yang langsing berhasil melaluinya.

Shani seolah pahlawan yang turun dari langit.

“Eh... Ci- Ci Shani?” Wanita itu rupanya mengenali Shani. Sedangkan Shani belum mengenali orang itu.

“Sisca? Fransisca Saraswati?” Tanya Shani, memastikan.

“Iya! Ih, Ci! Lama nggak ketemu! Apa kabar? Sekarang kerja di mana? Ihh, udah ada calon belum nih? Atau masih pilih-pilih?”

Gracia sangat terkejut, sangaaatt terkejut.

“Syukur-syukur baik, Sis. Gua sih biasa, kerja di perusahaan papa. Lo apa kabar? Oh ya, calon-”

“Bos, anda... Kenal sama Shani?”

“Woiya dong, Shani kan karib aku. Ya nggak Shan?” Sisca merangkul Shani akrab, dan Shani tidak merasa keberatan.

“Eh, bentar... Jadi partner lu Shani?”

Gracia mengangguk.

“Waduh, Shan... Yang bener lu? Seriusan?” Sisca bertanya kembali pada Shani, tidak percaya.

“Jujur gue aja nggak ngerti apa yang kalian omongin. Gracia aja ga bilang dulu ke gua, langsung bawa aja ke sini terus nyuruh ngumpet. By the way, Sis, kaki gue sakit sebelah ya gara-gara lo tembak!”

“Hehe, sori ya Shan. Lagian mana gue tahu itu elo.”

“Bisa jalan nggak Shan?” Tanya Gracia khawatir.

“Bisalah, dipaksain.”

“Yaudah, kapan?”

“Ge...” Shani menunduk dan menutup mukanya dengan kedua tangannya karena malu telah terperangkap dalam jebakan pasaran Gracia.

***

Fransisca Saraswati, bos yang selama ini memerintah Shania Gracia, sekaligus sahabat dekat Shani Indira saat kuliah.
Ternyata Gracia diminta Sisca untuk membawa partner untuk menghancurkan markas musuh, hanya berdua karena itu adalah hukuman untuk Gracia. Tapi, musuh organisasi Gracia ini adalah...

“Impossible, Ge. Gua nggak mau ikut rencana gila lo.” Shani menggebrak meja dengan satu tangannya.

“Help me, Shan! Kita udah temenan dari dulu, kita juga deket banget malahan. Please, help me...?”

“Di sini lo yang salah! Lo mendukung tersebarnya narkotika! Walaupun gue udah nggak punya kontrak apa-apa lagi sama organisasi lama gue, tapi gue tetep melarang keras narkotika! Jangan bilang... Lo pernah pake?” Shani mulai membawa topik ke pembicaraan yang sangat serius.

“Maksud gue... Gua nggak mendukung narkotika juga, Shan! Gua cuma bandar yang jual penawarnya!”

“Apa bedanya anjir?? Lama nggak ketemu malah jadi tolol gini!”

Hati Gracia hancur sehancur hancurnya saat Shani mengumpat padanya.

“Ge... Percaya gue, lo yang salah. Lo salah pilih jalan, Ge. Gua ngajak lo buat balik ke jalan yang bener.” Saat Shani melihat ekspresi Gracia yang mulai berubah, Shani mulai menenangkan diri dan mengelus bahu Gracia.

“Shan... Thanks.” Gracia spontan memeluk Shani dengan erat.

“Gracia, Gracia... Lo emang ga salah milih partner. Congrats, lo boleh istirahat mulai sekarang.” Sisca datang entah dari mana sambil bertepuk tangan.

Ternyata, semua ini hanyalah naskah yang dibuat Sisca. Semuanya palsu, sungguh, semuanya. Itu semua adalah ujian. Jadi, sebelum Gracia dapat keluar dari organisasi tersebut, Sisca menyuruhnya membawa seorang partner untuk dites nantinya. Dan, Gracia membawa pasangan yang sempurna. Kini hidupnya tidak terikat kontrak lagi.

GreShan: Your favorite girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang