BAB 15

611 113 5
                                    

Langit terlihat bersahabat pagi ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langit terlihat bersahabat pagi ini. Awan menepi sejenak dan membiarkan manusia di bumi melihat birunya langit walaupun itu bukan warna sebenarnya yang langit miliki. Manusia di bumi menatap langit dengan banyak warna, begitu juga dengan melihat manusia lainnya. Terkadang, warna tak sama dengan yang sebenarnya begitu juga dengan persona yang diperlihatkan. Ada yang terlihat hangat, nyatanya menghanyutkan, ada yang terlihat dingin ternyata menghangatkan, ada yang terlihat diam, ternyata menciptakan kawanan.

Tak ada yang mengetahui karena persona menutupinya dengan baik, semacam topeng untuk menyembunyikan sikap asli yang dimiliki. Begitulah makhluk bumi, rela melakukan apapun demi menutup keburukan ataupun menciptakan kawanan agar manusia lain menyukainya. Tidak terduga dan manusia lain diharapkan tidak terkejut jika mengetahui sesuatu yang tidak sesuai dengan perkiraannya.

Tampaknya, pemikiran itu terlalu berat untuk dijalani pagi ini, tetapi berhenti pun tak ingin. Rasanya, otaknya masih kuat untuk bekerja dan memikirkan sesuatu tanpa ujung, bahkan muara nya pun tak terlihat di mana. Iris berwarna hitam nya sibuk menatap langit yang terlihat biru untuk pertama kalinya setelah berbulan- bulan dikuasai oleh awan.

Sudut matanya berkerut ketika angin menerpa nya begitu tiba- tiba, cukup kencang, tetapi tak mampu menghentikan pandangannya untuk berhenti menatap langit. Pikirannya kini kembali berlabuh, pada pria yang mengatakan mengenai rembulan tadi pagi. Jeon Jungkook bertanya- tanya, apa yang pria itu inginkan karena memberikan kebaikan untuknya begitu banyak, terlalu banyak setelah sekian lama tak pernah ada yang membantunya untuk sekedar memberikan sapu tangan.

Rasanya, Jungkook masih meraba dan mencoba untuk memahami apa yang pria itu inginkan. Menjadikannya sebagai kacung, tempat meluapkan emosi atau hanya sebagai bahan gurauan anak- anak lain. Hanya, pria itu belum melakukan apapun sejak pertemuan keduanya. Mungkinkah Kim Taehyung menunggu waktu yang tepat dan membuatnya merasa berhutang budi. Benar, Jungkook mulai merasa berhutang budi untuk banyak hal.

Jika dirinya berhutang budi, maka kabur ke kota lain pun bukan pilihan yang tepat kecuali Jungkook mampu melupakannya dengan baik atau pergi lebih cepat sebelum pria itu kembali memberikan bantuan untuknya. Perlahan, Jungkook menghela napas membiarkan lamunannya mengabur hingga suara lapangan yang begitu bising kini kembali terdengar. Jam olahraga cukup menyenangkan jika guru memperhatikan, tetapi jika guru pergi jam olahraga adalah petaka untuknya.

Pandangannya pun kini terarah di lapangan yang begitu luas, menemukan pria bermarga Kim yang tengah bertanding basket di sana. Sudut matanya sedikit berkerut, memastikan lawan yang tengah dihadapi oleh Taehyung. Pandangannya kini terfokus pada orang yang tengah membawa bola, Jooyul berada di lapangan dan memilih Taehyung menjadi lawannya kali ini. Beberapa orang tampak bersorak dan bahkan ada beberapa yang berjudi mengenai siapa yang akan menang.

Jungkook mengunci tatapannya pada Taehyung yang kini tengah membawa bola, pria itu sesekali menyeringan kecil sambil meledek Jooyul karena tak mampu menggiring bola dengan baik. Jungkook tidak mengerti, Kim Taehyung sangat berani untuk menghadapi Jooyul atau mungkin pria itu tidak mengetahui siapa Jooyul. Mungkin, jika ada waktu Jungkook akan memberitahu Taehyung dan memintanya untuk berhati- hati.

Glimpse Of The PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang