Langit memang tidak bisa ditebak, walaupun semalam cerah dan memperlihatkan keindahan bulan, pagi ini langit menurunkan hujan begitu deras. Suaranya gemercik dan membuat sepi beberapa jalanan. Tak ada yang mau keluar dalam keadaan hujan dengan angin kencang, seperti badai, tetapi prakiraan cuaca mengatakan jika itu bukanlah badai. Hanya hujan dengan intensitas tinggi dan angin berkecepatan 10 km/jam. Terlihat beberapa angkutan umum dan juga pengantar makanan yang masih sanggup melawan hujan.
Bahkan, sosok pemuda yang baru saja terbangun dari tidurnya segera bersiap, menggunakan payung berwarna hitam dan melangkahkan kakinya keluar rumah. Ia berdiri di luar pagar menunggu seseorang yang akan menjemput. Ada hati yang bergemuruh menyuarakan bahagia dan ada keringat di tangan yang menandakan rasa gugupnya. Senyum tak mampu ia hilangkan dan berharap pria itu cepat datang. Kim Taehyung mengabari lewat pesan singkat jika ia membawa mobil dan sedikit terlambat beberapa menit karena terjadi kemacetan di tengah kota.
Suara hujan mewarnai hidupnya pagi ini, kakinya sesekali menyentuh genangan dan menghitung berapa detik genangan itu akan memperlihatkan riak. Kali ini, ia menggunakan kaos kaki, bahkan menggunakan jaket yang cukup tebal agar dingin tak menjadi selimutnya lagi. Biasanya, ia akan membiarkan hujan membasahi tubuhnya ketika ia dalam keadaan baik ataupun tidak. Iris hitamnya kini menatap ke arah jalanan di mana mobil mungkin akan datang, ia ingin segera bertemu Taehyung karena ternyata rindu semalam sudah menumpuk.
"Jungkook," Panggilan itu membangunkan lamunannya, berbalik ke arah suara dan menemukan Ibu Jeon yang memanggilnya dari teras. Jungkook pun mengambil langkah mendekat, menaiki beberapa anak tangga hingga tiba di pagar dalam rumah. "Tidakkah sebaiknya kau menunggu di dalam?" tanyanya. Jungkook telah mengabari Ibu Jeon jika Taehyung akan datang dan mengajaknya berkeliling kota. Namun, Jungkook memilih menggelengkan kepala pelan dan tersenyum tipis. "Aku ingin menunggu di sini. Ibu beristirahat saja, akan aku sampaikan salam nya pada Taehyung."
Mendengar ucapan putranya itu membuat Ibu Jeon terdiam sejenak, menatapnya dengan tatapan tenang. Ia tak pernah melihat Jungkook bersemangat seperti ketika putranya masih kecil dan menunggu Ayah Jeon kembali dari kantor. Hari ini, Ibu Jeon melihat Jungkook yang kembali setelah perjalanan begitu jauh. Mengangguk pun cukup dan menghilang di balik pintu, mengizinkan Jungkook untuk menunggu Taehyung di bawah hujan yang cukup deras.
Jungkook pun kembali tersenyum dan membungkuk ketika Ibu nya berlalu masuk. Ia kembali menuruni anak tangga dan menunggu Taehyung. Ada kabar yang ingin disampaikan secara langsung mengenai lukisan Senja Yang Tak Terlupakan. Lukisan anak- anak yang tersimpan di dalam kotak, menunjukkan tahun 2000 ketika ia masih sekolah dasar. Mungkinkah ia adalah bagian dari masa kecil Taehyung? Atau mungkinkah ia adalah teman masa kecil dari pria itu?
Tak ada ingatan yang muncul membuat Jungkook terus bertanya- tanya. Pandangannya pun terangkat ketika ia mendengar suara langkah kaki, ia menangkap seseorang yang lain, bukan Kim Taehyung. Jantungnya berdetak cepat, kaki nya memilih untuk mengambil langkah mundur. Sepertinya ini bukan pertanda baik, Han Jooyul datang ke rumahnya hingga Jungkook pun segera berbalik, berlari ke arah rumah, tetapi baju bagian belakangnya ditarik dan membuatnya tersungkur ke aspal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Glimpse Of The Past
RomanceDia seperti bulan. Memiliki tempat tersendiri walaupun musim berganti, malam menepi, awan beralih. Dia masa lalu yang ku kira tak akan pernah menjadi masa depan. Namun, di balik lukisan Senja Yang Tak Terlupakan, aku menemukannya. Rembulan yang aku...