BAB 26

728 135 14
                                    

Pagi ini, hujan tak turun, bahkan langit terlihat cerah daripada biasanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini, hujan tak turun, bahkan langit terlihat cerah daripada biasanya. Tak ada awan dan hanya ada langit berwarna biru yang menjadi pemandangan. Belum ada berita mengenai prakiraan cuaca, mungkin karena masih terlalu pagi. Waktu menunjukkan pukul 07.00 di mana transportasi umum mulai ramai oleh para pekerja yang bersemangat karena ini adalah akhir pekan. Esok dan lusa libur, itu adalah berita yang mampu membuat gembira bahkan siswa sekolah.

Namun, tidak bagi sosok pemuda pemilik iris sehitam jelaga. Berbeda dari warna asia lainnya, biasanya mereka akan berwarna cokelat ataupun cokelat gelap, tetapi iris itu berwarna sehitam jelaga. Terlihat cantik dan mirip dengan langit malam. Orang mengatakan tatapannya redup, lelah ataupun sayu. Setiap ia menginjak di sekolah baru, beberapa orang akan bertanya apakah dirinya sakit atau tidak sampai akhirnya mereka menjauh entah apa alasannya.

Tubuhnya bersandar pada dinding di samping gerbang, kakinya bergerak seolah ia tengah menghitung berapa detik yang telah lewat. Pandangannya menunduk seperti biasa dan berharap tak ada seseorang yang mengganggunya pagi ini. Helaan napas pun terlihat hingga udara yang tampak beku memenuhi pandangannya. Ternyata, udara masih cukup dingin dan seharusnya ia menggunakan jaket. Kim Taehyung bilang, jika hangat nyaman, mengapa ia harus melalui dingin?

Mengingat ucapan itu mampu membuat Jungkook tersenyum malu. Tak ada kata manis, selain kata- kata yang Taehyung berikan untuknya, Bahkan, kemarin entah berapa kali Taehyung mengatakan rindu, padahal hanya satu malam tak bertemu. Jungkook bertanya- tanya, benarkan pria itu merindukannya? Atau benarkah semua ucapannya? Sesekali, Jungkook bertanya ragu, tetapi berakhir percaya juga.

Jungkook merasa jika Kim Taehyung terasa begitu dekat walaupun pertemuannya terkesan singkat. Namun, pertemuan itu begitu istimewa dan Jungkook ingin mengingatnya lebih banyak lagi. Neneknya pernah mengatakan jika ia pelupa, bahkan kenangan masa kecil pun memang tak ada yang ia ingat. Entah karena hal buruk yang terus diingat atau memang ia tak punya kenangan yang baik. Jika saja Jungkook memiliki kenangan yang baik, Jungkook ingin mengingatnya bahkan jika itu mengenai orang tua nya.

Yang Jungkook ingat hanya, perceraian, perpisahan dan amarah sampai akhirnya Jungkook merasa ditinggalkan. Ingatan itu mampu membuatnya sendu seketika, padahal tidak seberapa. Jungkook ingin melupakan kenangan yang tidak perlu dan mengingat hal- hal baik yang ada di dunia. Jika memang dunia memiliki cara, Jungkook ingin mengetahui cara itu. Jungkook hanya mampu menghela napas ketika ia tak kunjung mendapatkan jawaban.

Pandangannya pun beralih pada sebuah mobil yang berhenti di hadapannya. Mobil mewah seperti biasa yang ia lihat. Seseorang pun turun dari dalam mobil, seseorang yang tak asing membuat Jungkook mencoba membuka laci memori nya berkali- kali. Jungkook tak ingat, tetapi pria itu tersenyum ke arahnya, bahkan keningnya sedikit berkerut membuat Jungkook memilih untuk membungkuk lebih dulu. Seragam yang pria itu gunakan sama, sepertinya mereka di sekolah yang sama juga.

"Kemarin aku menemukan Taehyung menunggumu di gerbang," ucapnya yang cukup membuat Jungkook mengangkat pandangan dan memperlihatkan tatapan terkejut. Jungkook tidak mengetahui hal itu hingga Jungkook tak mengatakan apapun. Namun, pria yang memiliki tanda nama Park JImin itu terus menatapnya dengan senyuman yang hangat, bukan senyum meremehkan yang biasa diperlihatkan orang- orang untuknya. "Dia menunggumu dengan gelisah, di sini." ucap Jimin lagi yang mengingat bagaimana Taehyung kemarin di bawah hujan yang turun begitu deras.

Glimpse Of The PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang