II. Pengantin Lucifer

1.7K 124 251
                                    

🖤🖤🖤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🖤🖤🖤

Di perjalanan pulang, Alfred mengabari Damien, bawahannya untuk segera dicarikan kepala kerbau hitam dengan tanduk besar dan sempurna. Tentunya ia ingin kepala kerbau tersebut yang masih segar dan berdarah, sesuai syarat yang diberikan tadi.

Alfred tidak mau tahu. Saat ia sampai di rumahnya nanti, kepala kerbau itu harus sudah ada. Damien dan bawahannya yang lain harus mencari kepala kerbau sesuai keinginan Alfred dengan waktu satu setengah jam, entah bagaimanapun caranya.

"Ma, apa Mama sungguhan ingin meminta bantuan pada Iblis?" Inara memecah keheningan dalam mobil.

"Hm, memangnya kenapa?" Caroline menjawab mantap.

Inara meneguk ludah susah payah. "Bukankah itu terlalu beresiko, Pa? Meminta bantuan Iblis pasti dia juga menginginkan timbal balik dari kita. Seperti ... Tumbal?" Inara bertanya ragu.

"Ya, memang benar." Alfred yang kali ini menjawab. "Mereka pastinya menginginkan tumbal sebagai bayaran karena mengabulkan semua permintaan kita,"

Inara pucat pasi, pikirannya berkecamuk. Sebenarnya, ia tak menyangka bahwa pemecah masalah keluarganya adalah meminta pada Iblis. Inara takut. Takut jika dirinya yang akan menjadi tumbal di akhir nanti.

"Tenanglah, sayang. Urusan tumbal akan menjadi urusan Mama dan Papa, kau tidak perlu khawatir. Tidak akan ada yang akan menjadi tumbal diantara kita." Caroline menenangkan Inara, seperti tahu apa yang dipikirkan putrinya itu.

Inara akhirnya mengangguk, mengistirahatkan tubuhnya di kursi mobil sambil melamun sesekali.

***

Mobil Alfred kini sudah memasuki perkarangan rumahnya. Rumah dengan jumlah tiga lantai itu adalah tempat Alfred dan keluarganya tinggal sejak tujuh belas tahun terakhir.

Caroline membangunkan Inara yang tertidur pulas di kursi belakang. Tampak putrinya itu masih mengumpulkan kesadaran sepenuhnya ketika mereka keluar dari mobil.

Begitu Alfred akan memasuki rumah, seorang gadis cantik bertubuh mungil berlari menghampirinya.

"Mama, Papa, Inara!" Serunya kemudian berhenti di depan Alfred. Irina tampak berbinar melihat kedua orang tua dan kembarannya itu datang.

"Kalian dari mana saja? Saat aku pulang rumah sudah sepi, dan kalian perginya lama sekali," gadis itu merapikan rambut panjangnya yang menutupi wajahnya beberapa helai.

"Kami tadi ada urusan sebentar, sekarang sudah selesai." Balas Alfred singkat.

"Ah, begitu. Syukurlah, aku takut sekali terjadi sesuatu dengan kalian. Apa kalian lapar? Aku-"

DARK PARADISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang