Suara langkah kaki menghiasi sunyinya perbatasan hutan kayangan. Daun dan bunga-bunga mulai berjatuhan diterpa angin senja. Suasana yang benar-benar sangat disukai oleh seorang Bang Chan.
"Tolong berikan aku ketenangan sebentar" katanya sambil terkekeh. Baru dua hari yang lalu dia berkelahi dengan beberapa iblis dan mahkluk lainnya yang berusaha memberontak dan masuk ke dalam kayangan.
Kadang Chan bingung, padahal sudah dibuatkan surat dan catatan perdamaian tapi mahkluk-mahluk jahat itu masih saja ingin menganggu ketenangan mereka. Memang sih, jika orang sudah jahat maka mereka akan tidak suka melihat orang lain bahagia.
Tiba-tiba mata Chan terbelakak saat melihat kerumunan bidadari yang ada di depannya. Sepertinya dia salah jalan sekarang. Ketika melihat Chan mereka langsung bangun dari tempatnya dan berjalan mendekat.
"Tuan Chan kami membawakan anda beberapa makanan" kata mereka. Chan hanya bisa tersenyum canggung saja. Tolong biarkan dia tegang sejenak. Jika tahu seperti ini, lebih baik tadi Chan terbang saja daripada jalan kaki.
Beberapa menit Chan habiskan di sana, namun tiba-tiba seseorang mendekat dengan wajah panik.
"Tuan Chan ada penyusup di dekat tebing kematian, aku melihat beberapa iblis dan manusia golem di sana" kata pria itu. Chan terbelakak, dia lalu mengangguk.
"Mereka seperti akan pergi ke air terjun Tuan" katanya. Chan semakin panik, di sama adalah tempat paling berharga di negeri itu. Jangan sampai diusik oleh mereka. Tanpa berpikir panjang, sang kesatria pun kini terbang menuju ke air terjun.
"Sial aku lupa pedang ku" kata Chan yang tiba-tiba lupa. Saat pergi, dia tak penyangka hal ini akan terjadi tapi mencegah mereka adalah hal penting sekarang. Mungkin nanti akan ada pasukan dari kayangan yang datang membantu.
Dan benar saja, Chan berkelahi lagi dengan mereka. Semua tenaganya dikerahkan untuk mengalahkan mereka. Karena sendirian dan tanpa senjata membuat semua kekuatannya terkuras.
"Ayolah kenapa tidak ada yang datang, ke mana tadi perginya orang itu?" Gumam Chan sambil menangkis serangan dari mahkluk itu. Namun, sepertinya kali ini bukan hari keberuntungannya.
Mereka berhasil mengenai dada Chan hingga tubuh pria itu terpental jauh masuk ke dalam jurang.
"Uhukk" Chan berusaha menatap ke sekeliling, tapi semuanya gelap. Gelap sekali, sampai pada akhirnya dia pun terpejam dan melupakan semuanya.
****
"Dia di sini?" Gumam seorang iblis sembari menatap wajah pria yang masih terpejam itu. Kuku panjang nya kini meraba wajah rupawan sang pria pujaan hati.
"Dia kenapa?" Pria itu lalu menoleh ke arah, dia pun mengangguk ketika mendengar suara peperangan dari atas sana.
"Kau memang ditakdirkan bertemu dengan ku. Tapi apa yang harus aku lakukan?" Tanyanya. Minho, nama iblis tersebut tengah menatap pria itu lekat sambil berpikir.
"Jika aku kembalikan dia, tidak. Aku akan membawanya. Ini sebuah kesempatan emas" katanya kemudian. Sesuka itu dia dengan pria ini. Apapun akan dia lakukan untuk mendapatkannya.
"Jika kau melihat wujud ku yang menyeramkan ini maka aku yakin kau tidak akan suka" katanya tiba-tiba sembari menatap dirinya.
"Aku yakin, jika kau tidak akan bisa menolak seorang pria manis dan cantik" katanya. Minho tiba-tiba mengeluarkan sesuatu dari dadanya. Sebuah berlian putih bercahaya keluar dalam dirinya.
"Aku sangat menyukai mu, ini adalah hal yang paling berharga dalam hidup ku. Aku akan memberikannya pada mu" kata Minho lalu mengarahkannya ke dada Chan.
"Mulai sekarang juga kau adalah milik ku, Bang Chan" bisiknya di telinga pria itu.
****
"Hmmmm"
"Ini di mana?" Gumam Chan sembari berusaha menatap ke sekeliling. Jujur seperti dia lupa semuanya sekarang. Namun, sesosok pria kini nampak di pengelihatanya.
Mata besar dan indah itu menatapnya dengan ceria seperti dirinya tengah menunggu Chan membuka mata. Senyuman manis itu dapat Chan lihat juga dari wajah manisnya.
"Suami ku sudah bangun rupanya" kata pria itu. Chan meneguk salivanya, dia kini refleks menggaruk kepalanya yang tidak gatal karena kebingungan."Suami? Kapan aku menikah?" Tanya pria itu. Minho kini naik ke arah ranjang dan menatap pria itu dengan wajah sedih.
"Kau bercanda ya? Kenapa kau jahat sekali tidak mau mengakui aku, padahal kita sudah menikah sejak lama" katanya sambil menunduk sedih. Chan memejamkan matanya berusaha mengingat, tapi sialnya tak ada yang bisa diingat.
"Aku di mana?" Tanya Chan lagi. Minho menatapnya dengan merujuk.
"Di rumah, rumah kita. Aku baru saja merapikannya lihat" kata Minho. Chan hanya mengangguk, jika semakin di pikir rasanya kepalanya jadi sakit. Chan pun mengangguk percaya. Pria itu kembali tersenyum dan duduk di samping Chan dengan memeluk lengan pria itu.
"Ternyata kau sangat wangi ya" katanya sembari menghirup aroma Chan. Pria itu jujur masih syok, tapi dia hanya diam saja.
"Apa kau bisa mengusap rambut ku?" Tanya si manis. Chan perlahan mengangguk lalu dia melakukannya. Saat tangan Chan menyentuh kepalanya membuat Minho menjadi bergejolak. Tapi jujur dia sangat senang.
"Aku menyukai mu, kau benar-benar baik" kata Minho lagi memeluk tubuh Chan. Pria itu kembali syok, apalagi kini dadanya masih nyeri. Chan hanya menghela napas, tak ingin membuat pria ini tidak nyaman.
"Maaf tapi aku lupa nama mu" kata Chan. Minho langsung melepaskan pelukannya dan menatap pria itu.
"Nama ku Lee Minho, ayo panggil" katanya dengan manja.
"Minho ya" ucap Chan. Tiba-tiba Minho mendekatkan wajahnya dan mencium bibir Chan sekilas.
"Aku sangat senang kau menyebut nama ku" katanya tertawa. Chan langsung memalingkan wajahnya setelah mendapatkan kecupan yang begitu mendadak baginya.
"Chan kau sudah bangun kan? Ayo pergi keluar jalan-jalan. Aku sangat merindukan mu" katanya. Chan seperti tidak bisa menolak, dia pun menurut dan berjalan bergandengan dengan pria yang mengaku sebagai istrinya itu.
Chan yang masih syok kini berusaha mencerna sebenarnya apa yang terjadi. Kenapa tiba-tiba dia di sini, dan ini rumah siapa?
Pria itu kini sibuk menghirup aroma dari bunga yang tertanam luas di sana. Wajahnya sangat ceria dan bahagia.
"Chan ini, ayo pasangkan ke telinga ku" katanya sembari berdiri di depan Chan. Pria itu meneguk saliva lalu perlahan mengambil sepucuk bunga mawar merah yang diberikan olehnya.
Chan memasang benda itu di telinganya, dan saat itu pun senyuman sumbringah dia dapatkan. Pria itu seperti menatapnya penuh cinta, Chan bisa melihat itu dari matanya.
"Apa benar kau istri ku?" Tanya Chan lagi sembari berusaha menyentuh wajah Minho.
TBC
Jangan lupa vote dan komen ya
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVIL'S WHISPER [BANGINHO] ✔️
FanficSebelum baca wajib follow akun author !!! Sebuah perbedaan besar antara surga dan neraka. Kedua hal ini disangkutpautkan dengan hal baik dan buruk. Orang mengatakan di dalam neraka hidupkan para iblis lalu sebaliknya di surga merupakan rumah dari se...