Minho menatap lekat air mancur yang ada di depan rumah Chan. Hari ini setelah selesai memanen beberapa sayur sang ibu menyuruhnya untuk pergi ke sana mengantar beberapa sayur. Karena pernah dekat, Minho sudah hafal benar makanan yang disukai oleh pria itu. Jadi dia membawakannya sekeranjang penuh.
Pria manis itu duduk di salah satu tangga sembari memeluk kedua kakinya. Menunggu pria itu keluar dari rumah atau masuk ke dalam rumah.
"Apa benar dia suka ini ya?" Gumam Minho menatap bawaannya. Tapi dia agak pesimis melihat semuanya. Apa dia akan menerima pemberian Minho atau malah mengusirnya.
Minho sebenarnya cukup tahu diri, di keadaannya saat ini sebenarnya dia malu menemui Chan lagi. Takut jika Chan mengira Minho kini berusaha mengejar dirinya.
Di tengah lamunannya suara jejak kaki mengalihkan pandangannya. Pria itu kini berdiri sekitar dua meter dari tempatnya duduk.
"Tuan Chan" panggilnya. Pria itu semakin mendekat. Minho mengambil keranjangnya lalu membawanya pada Chan.
"Ibu ku memberikan ini sebagai tanda terima kasih" kata Minho sembari menaruh gagang keranjang itu padanya. Chan melihat semua sayur dan buah itu, semuanya yang memang disukainya.
"Kenapa kau tahu aku suka ini?" Tanyanya. Minho menelan ludah dan menunduk.
"Kita pernah tinggal selama beberapa bulan bersama dulu" kata si manis. Chan mendehem kemudian menatap sekilas tubuh Minho.
"Ayo ikut dengan ku sebentar" kata Chan sembari mencengkram tangan Minho membawanya masuk ke dalam rumah.
"Coba naiknya pakaian mu, aku ingin melihat lukanya" kata Chan saat mereka sampai. Minho terdiam dan menggeleng. Tapi Chan menarik pakaian belakang Minho dan melihatnya.
"Pegang" kata Chan. Minho berusaha menuruti apa yang pria itu mau.
"Masih bekasnya saja" kata pria itu."Sekarang berbalik" kata Chan. Minho awalnya ragu tapi Chan dengan cepat membalik tubuhnya. Mata Chan agak tercengang melihat perut Minho yang masih terluka dan agak membuncit sama seperti di mimpi.
"Ayo duduk sebentar" kata Chan. Minho menurut apapun Chan arahkan. Kini pria itu sibuk membalut luka di tubuh Minho.
"Ibu mu mengatakan kau hamil apa benar?" Tanya Chan. Minho meremas kedua tangannya perlahan.
"Aku sama sekali tidak tahu, tapi benar walaupun aku menyukai mu tapi aku tidak bermaksud untuk menghancurkan pertunangan kalian. Jika benar aku hamil, aku janji akan mengembalikan anak mu nanti" kata Minho.
"Jangan terlalu berbasa-basi, cukup katakan ya atau tidak" kata Chan. Minho agak terkejut mendengarnya.
"Ya" jawab Minho singkat. Setelah itu Minho takut membuka obrolan lagi dia hanya diam sampai Chan menyelesaikannya.
"Terima kasih Tuan, saya akan pulang" kata Minho menunduk. Ketika akan pergi Chan menahan tubuh mungil itu.
"Tunggu, aku juga punya sesuatu lagi" katanya. Pria itu pun dibawa ke sebuah ruangan makan di sana. Minho melihat seiring besar daging panggang yang sudah disajikan.
"Kau suka daging kan, habiskan dulu baru aku memperbolehkan mu pulang" kata Chan. Minho menelan ludah, sudah hampir lima hari ini dia tidak makan daging.
Minho makan dengan lahap sambil tersenyum ria. Sedangkan pria itu duduk di hadapan Minho memandang wajah iblis kecil itu lekat-lekat.
"Ini enak sekali, terima kasih Tuan" katanya. Chan tiba-tiba menunduk, kenapa bisa-bisa dia canggung dan merona?
****
"Ibu kepala ku sakit" kata Minho yang kini terbaring lemah di kasur sambil memegang perutnya yang terus mual sejak beberapa hari yang lalu. Sang ibu sudah berusaha memasak makanan kesukaan Minho tapi semuanya dia muntahkan.
"Minho kau mau makan apa? Katakan saja" kata wanita itu. Minho tiba-tiba ingat dengan daging panggang yang terakhir kali dia makan di rumah Chan. Saat ini itu yang paling dia inginkan.
"Tidak ibu, aku tidur saja. Tapi kepala ku sakit sekali" katanya. Wanita itu mengangguk kemudian berlari keluar dari sana.
Karena sangat takut dan panik wanita itu berlari menyurusi hutan untuk mengambil beberapa obat. Saking panik ya tak sengaja dia menabrak seseorang.
"Maaf Tuan, saya tidak sengaja" katanya. Pria itu tak lain adalah Chan. Saat sadar keduanya terkejut.
"Bibi kenapa?" Tanyanya.
"Aku ingin mencari tabib, Minho tidak mau makan sejak dua hari ini dia terus muntah dan mual lalu kepalanya juga sakit" katanya. Chan terdiam sejenak, tapi jika tabib datang kemungkinan dia akan sadar jika Minho adalah iblis.
"Sepertinya berbahaya, aku yang akan ke sana" kata Chan.
Pertama kalinya Chan masuk ke dalam rumah itu. Sempit dan reot. Hanya ada satu kamar di sana di mana saat ini Minho terbaring lemah.
"Lihatlah Tuan, dia terus tidur" kata wanita itu. Chan menjongkok dan mendekati Minho, dirabanya kening Minho tapi tidak ada menunjukan dirinya tengah demam.
"Bibi aku akan mengobatinya, Bibi bisa aku beli beberapa sayuran?" Tanya Chan. Wanita itu mengangguk lalu pergi dari sana.
"Bangun kau! Ibu mu panik karena mu" kata Chan duduk di samping pria itu. Minho perlahan membuka mata sambil menelan ludah.
"Tuan Chan kepala ku sakit dan perut ku terus mual" kata Minho menatapnya lemah.
"Itu tandanya kau kelaparan bodoh" kata Chan.
"Aku hanya ingin makan daging panggang yang kau berikan waktu itu" kata Minho. Chan langsung terdiam, jadi jadi tahu apa yang terjadi. Rupanya Minho tengah mengindam.
"Baiklah tunggu di sini" katanya keluar.
Minho nampak begitu lahap makan semua yang Chan bawakan. Setelah selesai pria manis itu kembali berbaring."Hai! Bangun, setelah makan tidak boleh tidur nanti perut mu sakit" omel Chan. Minho yang sudah mengantuk tak peduli tapi Chan kemudian menarik tangan Minho hingga di teruduk.
"Tapi aku mengantuk" kata Minho. Chan pun membawa Minho bersandar ke pelukannya untuk menghindari dirinya berbaring. Tanpa dosa Minho memejamkan mata dan langsung tidur.
"Tidak tahu malu ya" kata Chan. Tapi sepersekian detik dia cukup senang. Jadi begini rasanya menghadapi seseorang yang sedang mengidam.
TBC
Jangan lupa vote dan komen ya
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVIL'S WHISPER [BANGINHO] ✔️
FanfictionSebelum baca wajib follow akun author !!! Sebuah perbedaan besar antara surga dan neraka. Kedua hal ini disangkutpautkan dengan hal baik dan buruk. Orang mengatakan di dalam neraka hidupkan para iblis lalu sebaliknya di surga merupakan rumah dari se...