Minta votenya dong temen temen :( ga sampe 5 detik kok, hehe, biar aku makin semangat nulisnya, terimakasihhh, enjoy♡♡♡♡
Sinar matahari mulai menyebar. Jam menunjukkan pukul 06.19. Namun, Haris dan enji sudah berlari-lari kecil masuk ke dalam teras rumah kos. Peluh membasahi wajah mereka berdua. Tiga kali putaran mengelilingi kampung sekitar kosan sudah membuat mereka ingin segera kembali bergelung dalam selimut.
"Mau sarapan apa?" tanya haris sembari mengelap keringat yang menetes dari dagu dan lehernya.
"Pengen burjo," jawab enji yang sedang meregangkan badan. Melakukan sedikit pendinginan.
"Yaudah ayo mandi, sarapan, terus ke gereja." Haris kemudian berjalan masuk sembari masih mengelap keringat sedang enji pilih duduk di teras untuk menghirup udara segar.
Gak setiap hari ia bisa bangun sepagi ini dan menikmati suasana segar pagi hari. Jadwal kuliah yang padat dan segudang pekerjaan membuat ia seringkali baru tidur di pagi buta atau bahkan nggak tidur sama sekali. Memang, semua itu bukan kebiasaan yang baik, tapi enji gak punya pilihan selain menjalankan kehidupannya. Biaya kuliah dan hidup nggak murah. Apalagi dengan orang tua yang sudah tidak mau bertanggung jawab atas kehidupannya dan haris.
Mengingatnya membuat enji kembali merasa sedih. Meski kejadian itu sudah lewat lebih dari dua tahun yang lalu. Tapi semuanya masih membekas di kepala. Teriakan, tamparan, dan amarah papanya, bagaimana enji bisa melupakan itu semua?
"Enji."
Enji hampir terlonjak kecil. Terkejut saat namanya dipanggil ketika sedang melamun. Ia lantas menoleh ke sumber suara dan menemukan satria yang memakai celana training dan sebuah handuk kecil terkalung di lehernya.
"Mau lari pagi?" tanya satria yang langsung dijawab cepat oleh enji,
"Iya."
Gadis itu langsung merutuk dalam hati. Pegal di kakinya saja belum hilang, bisa-bisanya dia menjawab jika baru ingin lari pagi.
"Yuk bareng."
Tanpa berpikir dua kali, enji langsung bangkit berdiri dan mengikuti langkah satria keluar dari teras rumah indekos.
Satria yang sudah ada di luar halaman berhenti berjalan dan menunggu enji menutup pintu gerbang. Mereka kemudian berlari kecil beriringan. Nggak ada yang ingin lebih cepat, keduanya menyamakan langkah agar seirama.
Walaupun sebetulnya dalam hati enji agak sedikit khawatir.
Tiga putaran lagi gak akan membuatnya pingsan kan?
"Selebgram pagi-pagi emang udah harus cantik, ya?"
"Hah, gimana?"
Satria yang sedang menatapnya hanya menggeleng dan tersenyum, "Gak papa." Lalu kembali memandang lurus ke arah jalanan.
Sekarang, enji yakin nggak akan pingsan meski berlari 5 putaran lagi, karena bersama satria lah yang membuat dirinya lemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indekos | skitzy
Fanfiction"KAK MANGKOK DI DAPUR JATUH SENDIRI." "Kak wc di kamar gue mampet." "KERAN AIR DI DAPUR BOCOR, KAK." "Kak, dia masih suka sama gue ga, ya?" "Kak, gue nemu kondom bekas di atap deket jemuran punya siapa, ya?" Chris jadi merasa agak menyesal kembali m...