18. tragedi malam minggu B

162 14 15
                                    

WARN, bahas topik 18+ secara eksplisit. Kalo gak nyaman boleh di skip.


Enji sudah lama nggak menghabiskan malam minggunya untuk berkencan dengan laki-laki yang dia sukai. Biasanya, dia hanya keluar bersama haris untuk membuat konten atau sekedar menyelesaikan pekerjaan. Karena itu, dia merasa sangat excited untuk pergi bersama satria malam ini. Meski hanya ke tempat kencan standar, mall.

Satria mengajaknya nonton salah satu film action yang baru saja keluar. Kalau boleh  jujur, sebenarnya enji kurang suka genre film action. Tapi, karena satria yang mengajak, dia bahkan nggak perlu berpikir dua kali untuk mengiyakan.

Prinsipnya adalah, apapun, asal bersama satria.

"Nanti mau makan di mana?"

Enji hampir menyebutk salah satu nama resto favoritnya yang menjual makanan non halal, jika saja dia tidak ingat kalau satria adalah seorang muslim. Gadis itu mengurungkan niat, dan membiarkan satria yang memilih tempat makan mereka malam ini. Satria mengedarkan pandangan. Mencari tempat makan yang menarik untuk dicicipi. Belum sempat dia menjatuhkan pilihan, suara adzan isya terdengar dari ponselnya. Pemuda itu pun mengeluarkan benda pipih berlayar itu dan cepat-cepat mematikan suara adzan yang berkumandang. Suasana diantara mereka berdua mendadak terasa .... awkward.

"Kamu mau shalat dulu?"

Satria menoleh. Sedikit kaget dengar pertanyaan enji meski kemudian menganggukkan kepala. "Iya. Kamu mau nunggu di mana? Nanti aku susul."

Enji diam sekian detik. Menimbang sebelum memutuskan. "Aku ikut kamu aja."

Satria hampir tersedak kaget.

"Maksutnya, aku ikut ke mushola. Tapi nunggu di luar aja."

"O-oh.."

Mikirin apa sih, lo, satria, batinnya miris.

Mereka berdua lantas menaiki eskalator untuk turun. Beriringan berjalan menuju ke arah mushola di lantai dasar. Sesampainya di sana, satria pamit pada enji untuk menunaikan shalat.

Mushola kecil itu ramai. Di sampingnya ada tempat wudhu. Enji yang duduk di dekat tempat wudhu perempuan, sedikit mengintip. Mencuri pandang pada perempuan perempuan berjilbab yang keluar masuk tempat wudhu. Cantik-cantik sekali. Dengan jilbab warna warni dan baju yang menutup hingga mata kaki. Sangat berbeda dengan pakaiannya saat ini yang hanya sepotong dress yang panjangnya bahkan hanya sampai di lutut.

"Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillah hirabil alamin arrahmaniraahim....."

Enji refleks memutar wajah saat mendengar suara yang gak asing masuk ke telinganya. Lantunan ayat al-qur'an yang meski enji nggak tahu apa judulnya, itu tetap terdengar merdu karena satria yang melantunkan. Diam-diam gadis itu terbuai. Namun, persis ketika lantunan ayat itu selesai dibaca satria, enji seketika tersadar. Astaga. Dia harus segera mengajak haris untuk pergi ke gereja besok pagi.

"Misi, maaf, kak enji ya?"

Enji refleks menoleh dan menemukan seorang gadis cantik berjilbab biru yang tengah duduk di sampingnya sembari menenteng sepatu.

"Eh, iya, haii," sapanya ramah. Baru ingat jika dia merupakan selebgram meski gak seterkenal kembarannya.

"Anu ... boleh minta foto?" Tanya gadis itu malu-malu.

Enji tersenyum, "boleh.."

"Makasih, kak enji. Aku pakai sepatu dulu, ya."

Yang diajak bicara hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Aku baru tahu kak enji islam? Seingatku kak enji pernah posting foto waktu natal, kan ya?"

Tipikal orang indo. Baru kenal sudah bicara soal agama.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Indekos | skitzyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang