Saat kecil, aku selalu berpikir jika menjadi dewasa itu sangat menyenangkan. Aku dapat melakukan berbagai hal yang kuinginkan dengan mudah. Aku dapat pergi berbelanja tanpa mencemaskan akan kehabisan uang di dompet. Aku dapat pergi menonton film bersama teman tanpa mencemaskan waktu. Aku dapat memakai riasan wajah tanpa takut ditegur orang lain. Aku selalu memimpikan dewasa yang begitu menyenangkan.
Namun, siapa sangka jika menjadi dewasa adalah suatu proses yang begitu sulit dan memakan tenaga. Tidak jarang peluh bercucuran sebagai bukti kita bekerja keras menjalani hidup. Tidak jarang air mata berurai sebagai bukti kita bertahan sekuat tenaga dalam menjalani hidup. Tidak terkira berapa curahan peluh dan air mata yang telah kita torehkan selama melalui proses menuju dewasa ini. Proses yang terasa begitu panjang, berliku dan tiada ujung.
Aku mengalami fase jatuh–bangun ketika menjalani proses menuju dewasa tersebut. Aku merupakan orang yang mudah sekali penasaran dan banyak berpikir. Hanya saja aku kesulitan dalam mengekspresikan rasa penasaranku tersebut. Hingga pada akhirnya yang kulakukan hanyalah mengamati dan mempelajari. Aku bahkan menganggap diriku lemah dan pengecut, di mana hal itu yang memberikan luka pada masa-masa proses menuju dewasa.
Jika menengok kembali ke belakang, aku rasa banyak sekali hal-hal kecil yang terlewatkan karena sibuk mencari pengakuan dari orang lain. Aku mengabaikan hal mendasar dalam hidup yang seharusnya diterapkan agar kita dapat hidup dengan nyaman apa adanya. Tak perlu berlari. Cukup berjalan dengan perlahan dan lihatlah sekeliling.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku (hampir) Menyerah ✔️ | END
Non-Fiction[SELF IMPROVEMENT] Jatuh-bangun dalam kehidupan itu hal yang biasa. Namanya juga hidup. Kita dituntut untuk berproses dan tumbuh dengan tidak baik-baik saja. Setiap orang tumbuh dewasa melalui prosesnya masing-masing. Ada kalanya proses tumbuh dewa...