BAB 5 : FIX : JATUH CINTA

79 16 40
                                    

"BAPAK nggak lagi jatuh cinta sama saya, kan?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"BAPAK nggak lagi jatuh cinta sama saya, kan?"

Alaric mendelik kaget. Ia kembali berbalik. "Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja ...."

Aneh. Ia tidak sanggup untuk melanjutkan kalimatnya ketika pandangannya berserobok dengan Arabella. Padahal, seharusnya ia dapat dengan mudah untuk mengatakan 'tidak'. Akan tetapi, ia merasa seolah suaranya tercekat di kerongkongan.

Kali ini, ganti mata Arabella yang membola. Bahkan, wanita itu juga membekapkan tangan pada mulutnya sendiri, syok.

Tunggu. Ia tidak sedang menganggap jawaban Alaric tadi sebagai 'iya', kan?

"Serius, Pak?" racau wanita berwajah manis itu. Astaga. Kenapa raut terkejutnya tampak sangat menggemaskan? "Bapak beneran-"

Tuh, kan.

"Bic-bicara apa kamu?" sela Alaric salah tingkah. "Kenapa kamu sampai berpikir begitu? Memangnya apa yang membuat kamu menyimpulkan seperti itu? Apa?"

Arabella menunjuk kaleng minuman yang masih Alaric genggam. Kemudian, ia melepaskan bekapan tangannya.

"Bahkan-maaf, harus saya katakan. Bapak juga bertingkah sangat aneh seharian ini," ujarnya dengan suara yang mulai stabil. "Semuanya baru masuk akal kalau Bapak memang lagi jatuh cinta sama saya. Selama tiga tahun saya kerja di tempat Bapak, mana pernah Bapak kasih saya minuman kaleng begitu? Terus, sekarang, kenapa tiba-tiba ...."

Mendadak, jantung Alaric berdegup sangat cepat hingga ia meraba-raba dadanya dengan bingung. Ia merasa tengah tertangkap basah. Tapi, kenapa? Rasanya, ia tidak pernah melakukan sesuatu yang memalukan hingga harus salah tingkah begini!

Tapi ... jatuh cinta? Sama dia?

Yang benar saja!

"Bapak ingat minuman di kedai teh kemarin?" Wanita beraroma vanila itu kembali bersuara. "Minuman teh seharga sembilan juta, yang katanya mengandung ramuan berusia satu tahun lima bulan. Ingat?"

Alaric melongo. Jadi ... itu bukan halusinasi? Itu ... bukan mimpi?

Pasalnya, ia tidak terlalu ingat kejadian selama seharian kemarin. Ia memang ingat dirinya memasuki kedai teh misterius itu bersama Arabella. Namun, hanya samar-samar, hingga merasa segala yang terjadi di sana hanyalah mimpi belaka. Bahkan, lamat-lamat, ia juga ingat betapa dirinya tiba-tiba merasa sangat haus ketika menuntun motor matic yang ditinggalkan pemiliknya begitu saja karena mogok, lantas membuatnya langsung menyerobot masuk ke kedai, dan berakhir dengan meminum teh aneh itu.

Tentu saja ia menyebutnya aneh. Teh itu berwarna merah muda dengan uap mengepul. Tampaknya masih panas. Namun, ketika airnya menyentuh bibir, terasa begitu dingin dan manis, membuat Alaric tergoda untuk segera menandaskannya. Sesaat setelah menghabiskan teh itu, ia sempat merasa sesuatu sedang mengalir di bawah permukaan kulitnya ke sekujur tubuh. Kemudian, ia merasa hangat, sebelum pria tua tambun pemilik kedai itu muncul.

AMORVENCY (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang