BAB 3 : JEALOUS? NO WAY

77 18 30
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


PONSEL di atas nakas berdering berkali-kali, membuat Alaric mengerang kesal karena tidurnya terganggu. Pria yang mengenakan setelan piama model sweter berwarna salem itu meraih salah satu bantal lantas melemparnya ke sembarang arah sambil menghentak-hentakkan kakinya di atas kasur. Kemudian, ia bergeser sedikit dari posisi tidurnya. Tangannya mulai meraba-raba ke arah nakas, masih dengan mata terpejam. Setelah benda pipih ber-casing hitam itu sukses berada dalam genggamannya, pria itu menyipitkan mata sejenak untuk melihat nama kontak yang tertera di layar ponsel.

Izora My Love.

Alaric mengembuskan napas enggan. Setelah menggeser tombol hijau, ia meletakkan ponsel itu di atas telinga sekenanya, lantas kembali memejamkan mata.

"Hm?" sambut Alaric malas.

"Good mooowniiiinnn, Baby ...!" Suara melengking nan manja dari seberang sontak membuat Alaric berjingkat hingga hampir melempar ponselnya. Kendati beberapa nyawanya terasa masih belum terkumpul sempurna, ia merasa sudah cukup sadar sekarang. Buktinya, kini kedua matanya sudah terbuka, sehingga bisa menangkap garis-garis sinar matahari yang mulai menyelusup dari balik gorden jendela kamarnya. "Ayuuk, banguuun! Sudah paaagiii ...!"

"Bisa, nggak, sih, suaranya biasa aja kalau bangunin!?" bentak Alaric marah. "Kaget, tahu! Ngalah-ngalahin toa musala, tahu, nggak!?"

Tiba-tiba hening. Namun, beberapa detik kemudian, suara cempreng itu mulai terdengar kembali dengan oktaf yang lebih rendah.

"K-k-kamu ... kamu marah sama aku?"

Alaric bangkit dari posisi tidurnya dan mulai beranjak duduk. Ia mengembuskan napas panjang sebelum akhirnya menjawab, "Nggak."

"T-tapi ... itu tadi apa?" protes Izora. "Kamu bentakin aku? Biasanya aku bangunin kamu begitu, kamu fine-fine aja. Tapi, kenapa sekarang jadi...?"

"Sudah, ya. Kita bicarakan ini nanti. Aku mandi dulu. Di bawah kayaknya udah mulai rame." Alaric memutus sambungan telepon itu secara sepihak.

Pria itu melempar ponselnya ke sisi kasur yang lain. Ia mengusap wajahnya kasar ketika menyadari betapa aneh responsnya terhadap Izora, baru saja. Biasanya, secapek apa pun dirinya, ia tetap akan dengan senang hati meladeni pacar satu tahunnya itu. Tentu saja, karena Alaric begitu menyukai Izora. Namun, pagi ini, perasaannya begitu berbeda. Ia tidak lagi seantusias itu. Melihat nama Izora saja, Alaric sudah sangat ogah-ogahan. Apalagi, mendengar lengkingannya tadi. Mendadak, tubuhnya bergidik.

Alaric kembali menggapai ponselnya. Niat hati ingin mengecek obrolan grup para karyawannya yang kini sudah mulai sibuk bekerja di lantai satu-siapa tahu ada kabar terbaru mengenai pekerjaan-tiba-tiba ia cukup terkejut dengan catatan log panggilan keluar semalam. Pukul 02.35 WIB. Kedua pupilnya membesar tatkala ia mendapati kontak bernama 'Arabels - My Angel' tertera di sana. Dan, sambungan itu berlangsung sekitar dua menit!

AMORVENCY (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang