BAB 6 : NIGHT WALK

66 13 23
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


ARABELLA baru saja masuk kamar sembari menggosok-gosok rambut basahnya dengan handuk ketika ponselnya berdering. Wanita yang sudah memakai piama bermotif Pororo—karakter favoritnya—itu menghampiri gawainya dan langsung mengangkat alis tatkala kontak bernama 'Pak Alaric Sumbu Pendek' terpampang jelas di layar.

Mau apa lagi, sih, nih orang? batinnya gamang.

Ia menimbang-nimbang harus mengangkat telepon itu atau tidak. Pasalnya, ia sudah tidak yakin lagi bosnya akan membicarakan masalah pekerjaan, apalagi malam-malam begini. Dulu, sebelum kena efek ramuan Amorvency—pria itu menyebutnya dengan istilah 'kena pelet'—ketika dirinya masih normal, jangankan telepon. Kirim pesan chat saja formal dan singkat banget. Ia baru mau telepon kalau sudah sangat urgent.

Kalau dipikir-pikir lagi, hari ini ia sudah terlalu banyak bicara. Dengan Alaric, selama ini, tidak pernah ia ngomong secerewet dan seintens itu. Biasanya, lagi-lagi, mereka hanya bicara seputar pekerjaan; desain, print, fotokopi, dan buku. Namun, seandainya ada word counter otomatis atas kata-kata apa saja yang keluar dari mulut Arabella seharian ini, pasti angkanya sudah menyentuh angka 10.000. Oh, atau, 50.000?

Dering ponsel berhenti. Hampir saja Arabella bernapas lega, deringnya terdengar lagi.

Setelah menghela napas panjang, akhirnya ia menggeser tombol hijau pada layar, lantas menempelkan ponsel ke telinga kanannya.

"Halo?" sambut Arabella berusaha terdengar normal meski sebenarnya enggan.

"Kenapa angkatnya lama?" protes suara di seberang.

Arabella mengernyit seraya menggigit bibirnya gemas.

"Saya habis mandi," jawabnya kemudian. "Ada perlu apa, Pak? Sampai menelepon malam-malam begini."

"Mandi jam segini? Awas masuk angin, loh!" seru suara bariton itu panik.

"Pak," sahut Arabella datar.

"Oke, oke, oke." Alaric terkekeh. "Saya cuma ingin dengar suara kamu. Tiba-tiba saya kangen banget soalnya."

Arabella membeku. Matanya mengerjap-ngerjap, berusaha mencerna ucapan Alaric barusan.

Oke. Arabella tahu. Ini semua hanya efek samping dari ramuan itu. Tapi, tetap saja, ia merasa aneh dan tidak bisa terbiasa dengan tabiat baru bosnya ini.

"Kamu sudah mau istirahat?" sambung pria itu lagi saat tidak mendapat respons dari Arabella.

"Iya," jawab Arabella singkat.

"Eng .... Saya minta maaf untuk seharian tadi." Arabella mengangkat alis ketika mendengar kalimat langka yang keluar dari mulut bos pemarahnya ini. "Kayaknya saya terlalu banyak mengejutkan kamu hari ini. Sebenarnya, saya sendiri juga terkejut. Sangat."

AMORVENCY (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang