3.

364 40 8
                                    

Happy reading.

Hari pertama Khaotung tidak pergi bermain dengan Neo, berada di rumah sepanjang hari bersama First yang kali ini membawa pekerjaan perdosenannya ke rumah.
Khaotung terlihat tidak keberatan dengan hukuman ringan tersebut, karena pada kenyataannya dia sering bermain dengan Neo itu ya karena dia tak punya tujuan, bukan semata-mata karena dia suka bermain. Di rumah Neo pun Khaotung hanya seperti ini, berdiam diri sembari menonton Neo bermain video game.

"Sudah sore, kau sudah makan?"

First terlihat keluar dari kamarnya, ia berada dikamar lumayan lama, mungkin sekitar dua jam. Lalu hal pertama yang ia lihat adalah Khaotung yang sedang berleha-leha di sofa sembari menonton televisi.

"Sudah, kau belum kan?"

First menganggukkan kepalanya dia keluar kamar memang untuk makan.

"Kau mau makan lagi tidak?"

Khaotung menggelengkan kepalanya dengan malas. "Tidak, aku sudah menghabiskan satu toples keripik."

First hanya tertawa kecil, ada bagusnya Khaotung di rumah seperti ini.
Selain First merasa tidak bosan, makanan yang menumpuk disini juga perlahan bisa langsung habis, Khaotung suka makan.

"Ulang tahunmu tinggal satu hari lagi, ada sesuatu yang kau inginkan?"

Khaotung mendudukkan dirinya saat melihat First tidak langsung pergi ke dapur untuk makan, keduanya lalu sama sama menonton televisi sembari Khaotung berpikir tentang apa yang dia inginkan di hari ulangtahunnya.

"Kau akan mewujudkannya?" Tanya Khaotung tanpa menolehkan kepalanya dari televisi.

"Apa?"

"Aku ingin merokok denganmu."

First lalu menoleh pada Khaotung. "Aku seorang Dosen, Guru. Bagaimana bisa seorang Guru merokok dengan murid sekolah?"

Khaotung tertawa kecil lalu ikut menoleh menghadap First. "Kalau begitu belikan aku rokok dan koreknya."

"Khaotung."

"Aku bercanda~"

Khaotung lalu kembali menatap layar televisi dengan helaan napas.
Kemudian dengan wajah datar dia memberitahu First bahwa dia hanya ingin cheese cake untuk ulangtahunnya.

"Kue ulangtahun itu akan ada tanpa kau minta, ada hal lain yang kau inginkan? Barang? Atau apa?"

Khaotung tetap menatap layar televisi dengan wajah datar, kemudian menoleh pada First membuat yang ditatap terlihat gugup, keduanya duduk terlalu dekat dan First bisa mencium bau parfum dari seragam sekolah Khaotung yang belum diganti.

"Apa?" Tanya First.

"Rokok."

First menghela napas mendengarnya.

----

Fern dan First berada di kamar setelah makan malam usai.
Terlihat sebuah tas berisi gitar yang akhirnya Fern beli untuk hadiah ulangtahun Khaotung.
Fern sudah berkhayal tentang bagaimana Khaotung akan berterimakasih karena gitar tersebut, sudah lama rasanya Fern tidak mendengar Khaotung berbicara soal Gitar, jadi dia berharap setelah gitar itu diserahkan maka Khaotung memiliki sesuatu yang akan ia kerjakan dengan hati.

"Apa kau tidak penasaran kenapa Khaotung tiba-tiba berhenti bermain gitar?" Tanya First.

Awalnya First tidak terlalu memperhatikan, ia selalu mengganggap Khaotung hanyalah anak malas, seperti bagaimana Fern berpikir tentang Khaotung saat ini.
Namun setelah mendengar bahwa Khaotung merokok untuk mendapatkan ketenangan, First yang memiliki jiwa Guru berpikir lebih jauh, tentang Khaotung yang kemungkinan terluka oleh sesuatu, atau mungkin ada yang membuatnya memberontak untuk tidak perduli pada diri sendiri karena kesalahan orang disekitar.

Love Is Blind [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang