4.

335 46 13
                                    

Happy reading.

Rasanya aneh, bagi Khaotung yang berhasil mendapatkan perhatian seseorang atas luka yang tak semua orang mengerti. First bilang dia sudah mengerti, dan bahkan meminta maaf karena menjadi salah satu orang yang menyakiti Khaotung secara tidak langsung.
Padahal jika dipikir lagi itu wajar, Fern adalah prioritasnya, dan sang kakak benar-benar menunjukkan bahwa dia kehilangan,  dan First sangat diwajarkan untuk melindungi perasaan Fern lebih dari dia peduli pada Khaotung.
Tapi Khaotung menyukainya, tentang bagaimana First meminta maaf padanya malam tadi.
Itu membuatnya nyaman, itu membuatnya merasa didengar.
Juga, itu membuatnya ingin lebih banyak memberitahu First tentang semua yang ia sembunyikan.

"Tidak~ berhenti menggodaku."

Suara tawa Fern menyambut Khaotung yang baru saja turun dari kamarnya. Pagi yang indah dan santai, Fern mendapatkan cutinya dan First kebetulan sedang libur, hanya Khaotung yang satu-satunya masih harus bersiap-siap untuk pergi ke sekolah.

"Oh, Khaotung. Nanti sarapannya buatanku, kau mau mencobanya?"

Fern bertanya dengan wajah ceria, apron ditubuhnya sedikit kotor pun dengan  yang dikenakan oleh First, mereka pasti bersenang-senang.

"Tentu saja aku harus mencobanya," jawab Khaotung, lalu menoleh pada First yang memberinya senyum manis.

Setelah itu, Khaotung lalu masuk ke dalam kamar mandi dan terdengar kembali canda tawa Fern dan First, suara mereka menjadi backsound mandinya.
Lalu ditengah mandinya, Khaotung baru menyadari bahwa lagi-lagi dia lupa membawa handuknya.

"First?"

"Apa?"

First lalu mendekati pintu kamar mandi, untuk mendengar lebih jelas suara Khaotung memanggilnya.
Fern sedang pergi ke toko sayuran didekat rumah, ada hal yang harus ia beli untuk acara makan malam nanti. Keluarga dari mendiang ibunya akan datang untuk ikut merayakan ulangtahun Khaotung.

"Aku melupakan handukku."

First menghela napas. "Lalu kau ingin aku melakukan apa?"

"Ambilkan handukku."

"Mana kata tolongmu?"

Khaotung ikut menghela napas didalam kamar mandi.

"Phi, aku minta tolong," ujar Khaotung.

"Phi minta maaf, tapi phi tidak bisa pergi ke kamarmu dan meninggalkan masakan kakakmu," jawaban First membuat Khaotung kesal. Bukan karena First lebih peduli pada Fern, tapi masalahnya baju yang dia kenakan tadi basah, dan Khaotung tidak berpikir untuk memakainya kembali karena tidak ada handuk.

"Kau ingin aku telanjang ke kamarku?" Tanya Khaotung lagi dengan nada sedikit naik.

"Kau mau menggunakan handukku? Aku membawanya karena berpikir akan lebih mudah langsung mandi setelah membuat sarapan."

Cukup lama Khaotung memberi jawaban pada First, lalu kemudian terdengar suar pintu kamar mandi yang terbuka dan menunjukkan setengah tubuh basah Khaotung pada First yang sudah berdiri dengan handuk berwarna hitam pekatnya.

"Terimakasih," ucap Khaotung dengan tangan meraih handuk tersebut.

"Haruskah aku ingatkan setiap pagi bahwa kau harus membawa handukmu ke kamar mandi?" Tanya First, tidak langsung melepaskan handuk ditangannya untuk diambil alih oleh Khaotung.

"Apa perhatian seperti ini kau butuhkan juga?" Sebenarnya itu terdengar seperti sarkasme daripada tawaran.

"Setuju," jawab Khaotung lalu kembali menutup pintu kamar mandi setelah menarik dengan paksa handuk ditangan First.

Love Is Blind [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang