Happy reading.
Fern sudah menerima keputusan First, semua jenis permohonan untuk tidak berpisah sudah dia lakukan namun sang suami tetap berdiri pada keinginannya.
Jadi, Fern berakhir menyerah untuk mempertahankan semuanya.
Toh, dia pun merasa ikut andil dalam habisnya cinta First.
Fern tak pernah berpikir bahwa semuanya akan seperti ini, tapi rupanya rumah tangga pun seperti bunga yang perlu disiram setiap saat, jika tidak di siram ya dia mati.Walaupun dia sudah ikhlas, tabah dengan perceraian ini. Satu hal yang ingin dia tahu, pria mana yang berhasil mendapatkan First saat dia pergi ke Pattaya.
Seorang teman yang juga tertarik pada sesama jenis secara kebetulan menemukan First di club tersebut beberapa waktu lalu.
Awalnya, dia tak berpikir untuk memberitahu Fern karena tak mau jadi ribut, tapi dia menyimpan fotonya untuk berjaga-jaga.
Hingga saat dia mengetahui bahwa First dan Fern akan bercerai, ia langsung mengirimkan foto tersebut pada Fern."Aku bersumpah padamu, aku tidak membuat First berselingkuh."
Fern menganggukkan kepalanya. "Aku mengerti, dia memang suka club sebelum menikah denganku."
"Aku hanya ingin dia menjadi lebih baik, dia terlihat sering murung saat kau tidak ada," jelas Earth lagi.
Keduanya telah sampai di sebuah gedung apartement, Earth tak menemukan Ton di club jadi dia pergi ke tempat tinggalnya.
Earth belum tahu soal malam dimana First dan Khaotung bertemu, jadi Earth langsung pergi dari tempat tersebut setelah Fern mengatakan bahwa dia bisa pulang sendiri.Fern diam sebentar di lobi masuk, dia ingin menyiapkan dirinya lebih dulu untuk mendengar tentang kisah cinta Ton dan First.
Setelah memantapkan perasaannya, Fern lalu menaiki setiap anak tangga yang akan membawanya ke kediaman Ton, yang dia percaya sebagai sosok penggantinya di hati First."Ton Tawin?"
Namun keduanya secara tak sengaja bertemu di lorong.
Ton terlihat heran, melihat Fern yang tak pernah dia lihat datang menyapanya."Kau memanggilku?" Tanya Ton, terlihat berbeda dengan pakaian santainya, kita terbiasa melihatnya di club dengan pakaian nyentriknya.
Fern perhatikan Ton yang terlihat manis walaupun tanpa riasan, bahkan terkesan baru saja bangun tidur, dia pun sangat sopan.
"Bisakah kita berbicara ditempatmu?"
"Boleh, apa aku mengenalmu di club?"
Ton lalu mengajak Fern untuk masuk ke dalam apartmentnya, dan wanita itu terlihat sedikit ragu, berpikir jauh bahwa First dan Ton mungkin sering kali menghabiskan waktunya disini.
"Ayo, aku akan siapkan minuman untukmu nona...?"
"Fern, panggil aku Fern."
.
.
.
.
Khaotung saat ini berada di halaman belakang rumahnya, dengan api yang menyala dihadapannya, satu persatu Khaotung merobek buku hariannya dan memasukannya ke dalam tong tersebut.
Membakar semuanya dengan harapan perasaannya pun akan hilang."Bahkan jika kau melakukannya, apa kau berpikir semuanya akan kembali seperti semula?"
Khaotung menolehkan kepalanya pada First, yang baru saja keluar dari kamar karena sedari tadi dia sibuk membereskan barang-barang pribadinya di kamar Fern.
"Tidak juga, tapi setidaknya aku akan memulai hidup baru, kan?"
First kemudian berjalan semakin dekat pada Khaotung, dan untuk beberapa saat keduanya hanya saling tatap.
First yang matanya menunjukkan rasa lelah, pun dengan mata Khaotung.
Semua orang lelah dengan perang batin ini."Jika kau membenciku, jika kau pergi jauh, jika kita tak lagi bertemu, kenapa aku harus tetap mencintaimu?" Tanya Khaotung.
"Mau berbagi rahasia lagi?" Tanya First.