Happy reading.
Cinta itu tidak selamanya.
Mungkin hanya beberapa? Dan First tidak dalam bagian tersebut.
Entah apa yang salah, apa yang kurang hingga Khaotung yang hanya menunjukkan luka mampu membuat First jatuh cinta.Mungkin mereka jahat karena saling mencintai.
Khaotung yang terus diam, menumpahkan semua perasaannya pada buku harian dan First yang berjuang untuk menyangkal.
Mereka tidak mau Fern tahu.Dua hari berlalu, Fern sudah kembali ke rumah dengan suasana yang berbeda.
Khaotung menjadi pendiam pun dengan First.
Keduanya sama sama kesulitan untuk memulai kembali apa yang sudah dijalankan, membicarakan atau bahkan menyelesaikannya.
First sudah terlalu tersesat, dari mencoba menyangkal perasaan anehnya pada Khaotung, menyangkal bahwa dia tak mencintai Fern lagi, dan menyangkal bahwa dia kembali pada dunianya di masa lalu.Mabuk malam itu membuat First sekali lagi melampiaskan semuanya pada Khaotung.
Kini, ia seperti pecundang yang tak mau bertatap muka dengan Khaotung barang sejenakpun.
.
.
.
.
.Ceklek.
Khaotung baru saja keluar dari kamar, dan menemukan sang kakak sedang berdiri di depan kamarnya.
"Kenapa?"
"Tidak ada. Aku dan First akan pergi makan malam diluar sekarang. Kau tahu? Mengenang masa pacaran. Kau ingin aku belikan sesuatu?"
Fern bertanya dengan begitu bersemangat. Cintanya tak pernah habis, mungkin dia bagian dari orang-orang yang bisa mencintai orang yang sama selamanya.
Dilain sisi, Khaotung berpikir bahwa benarkah ini berakhir seperti ini?
Tanpa penjelasan, dengan rahasia besar itu, bisakah mereka hidup seperti sedia kala?
Dengan Fern yang mereka bohongi?"Tidak ada, aku masih kenyang."
"Baiklah, aku akan bawakan cemilan saja. Oke?"
Khaotung juga menderita disini, ketahuan mencintai kakak ipar disaat kakaknya yang sudah memperlakukan dia lebih baik.
Bagaimana bisa dia terus mencintai First? Dan menyakiti Fern yang begitu bekerja keras untuk kehidupannya?
Mungkin semuanya akan baik-baik saja bila seperti ini."Terimakasih, phi."
"Hei, aku senang sekali saat kau memanggilku dengan sebutan itu. Kenapa kau selalu menggunakannya disaat saat tertentu?"
"Aku harus bersikap baik saat kau memberiku sesuatu."
Fern tertawa kemudian mengusap kepala Khaotung dengan lembut.
Tawa itu lalu berubah jadi senyum manis, dan helaan napas berhembus menerpa wajah Khaotung."Aku pergi ya? Baik-baik di rumah."
Fern menuruni anak tangga, kemudian menghampiri First yang menunggunya dibawah.
Tatapan First dan Khaotung sempat bertemu, hanya sesaat karena Fern dengan segera menarik tangannya untuk keluar rumah.Fern dan First sudah menyelesaikan permasalahan terakhir mereka.
Keduanya tampak kembali baik-baik saja Setelah dua hari itu, entah itu berakhir baik atau tidak.
Tapi, melihat bagaimana mereka kencan malam ini menunjukkan bahwa semuanya telah baik-baik saja, First mungkin memilih kembali mencoba memcintai Fern daripada melepaskannya.
.
.
.
.Ngomong-ngomong, besok hari lagi adalah ulang tahun Fern.
Seperti biasa, dia akan mengundang keluarga untuk merayakannya. Seperti bagaimana saat Khaotung ulang tahun, mereka akan datang untuk itu.
Jadi setiap Khaotung pulang sekolah, dia akan membantu kakaknya merapikan rumah dan First akan membantu juga saat dia kembali dari kampusnya.
Untuk informasi lainnya, Fern mulai mengatur jadwal pulang kerjanya. Fern selalu pulang lebih awal, dan First bisa disambut sang istri saat kembali dari kampus.