7.

345 39 10
                                    

Happy reading.

First membawa korek apinya, karena dia selalu menyimpan rokok dan korek api di jaketnya, rokoknya tidak ada dan koreknya masih disana, padahal Khaotung berpikir akan tidak terlalu membosankan jika sambil merokok.
Ikan hasil tangkapan Khaotung sore tadi menjadi santapan makan malam mereka, cukup besar untuk dimakan berdua.

First masih penasaran dengan apa yang Khaotung dan Force lakukan malam tadi, tidak melakukan hal aneh bukan?
First berpikir tentang Force yang menyukai Khaotung, jelas dia curiga dan jika Force benar-benar menjadi penyebab Khaotung jatuh, maka First tidak akan mengizinkan mereka untuk lebih dekat lagi.

"Kenapa kau begitu penasaran?" Tanya Khaotung.

"Tengah malam berdua saja dengan kabar mengatakan bahwa Force menyukaimu. Bagaimana bisa aku tidak penasaran?"

Khaotung mengerjapkan matanya lalu memberitahu First bahwa ia dan Force tidak melakukan apapun.

"Khaotung."

"Aku mendorongnya dan karma datang padaku lebih cepat," jawab Khaotung pada akhirnya.

First jelas semakin penasaran, tapi Khaotung menolak dengan keras untuk memberitahu First total keseluruhan ceritanya. Dia tidak mau sekali lagi menjadi seseorang yang begitu membutuhkan telinga First walaupun sebenarnya itu adalah kenyataan.

"Aku harus tahu."

"Kenapa kau harus?"

First menghela napas. "Kau semarah ini karena hari ulangtahun itu."

Khaotung hanya diam, lalu sibuk memisahkan daging dari tulang-tulang ikan.

"Maafkan aku, aku tidak bisa membagi fokusku bila Fern menangis."

Khaotung kembali menatap First.

"Tapi dengan perasaanmu yang aku ketahui, dengan hari spesialmu juga. Menurutmu aku harus fokus padamu juga, kan?"

Cukup lama Khaotung terdiam, kemudian ia kembali bersuara. "Tidak mudah bagi seseorang untuk terbiasa dengan keadaan yang baru."

Khaotung marah pada semua orang termasuk dirinya sendiri malam itu, kenapa dia setuju untuk bermain gitar malam itu dan bernyanyi dengan lagu itu, tapi sebagai seorang anak yang haus perhatian, dia merajuk pada First yang menjanjikan sebuah kepedulian terhadapnya.

"Ketika kau tidak suka sesuatu, kau harus belajar mengatakannya padaku oke?"

"Kenapa?"

"Karena kita berada dihubungan seperti itu. Aku akan menjadi yang paling mengerti perasaanmu, bukankah begitu?"

Khaotung sekali lagi terjatuh pada lubang yang sama, dia memberi First kesempatan satu kali lagi.

"Aku tidak suka hadiah ulangtahunmu," ujar Khaotung, apalagi jika maksud terselubung First adalah membuat dia berhenti merokok.

----

"Itu harusnya rahasia kita."

Sekali lagi First meminta maaf, dia menceritakan rahasia soal malam itu pada Fern tanpa meminta izin pada Khaotung, padahal itu rahasia pertama mereka.
Tapi Khaotung tidak terlihat terlalu marah saat mendengar bahwa Fern kini sudah mengerti kenapa Khaotung bersikap seperti itu selama ini, dan mengerti bagaimana perasaan tersisih Khaotung karenanya.

"Haruskah kita buat rahasia lainnya?" Tanya First, ia merasa bersalah karena gatal sekali bila tak bercerita pada Fern. Karena tujuan utamanya adalah mempersatukan kembali hubungan antara kakak dan adik tersebut, dan rahasia malam itu adalah kunci awal dari masalah ini.

"Aku janji tidak akan mengatakannya pada siapapun."

Khaotung menghela napas lalu teringat kembali tentang malam kemarin bersama Force.
Dengan api unggun yang hampir padam, suasana sepi dengan suara jangkrik dan air sungai, Khaotung terdiam berpikir untuk bercerita pada First.

Love Is Blind [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang