***
DISCLAIMER
Cerita dalam novel ini hanya fiktif belaka.
Apabila ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita,
itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
Adegan aksi, kekerasan dan sebagainya hanyalah bagian dari dramatisasi cerita.
Tidak ada maksud agar dicontoh dan dipraktekkan dalam dunia nyata.
Oleh sebab itu, kebijakan pembaca dibutuhkan dalam membaca Novel ini.
Terima Kasih dan Selamat Menikmati!
***
Di tengah malam yang sunyi, dengan bulan purnama bersembunyi di balik awan tipis. Menciptakan sinar berbayang misterius dalam hutan yang gelap. Kabut masih mengambang di atas pegunungan, menuruni lembah menyelimuti pepohonan. Gemersik dedaunan di kala angin berhembus perlahan, juga membuat ranting-ranting pohon bersentuhan.
Pepohonan liar mengelilingi jalan setapak di antara semak belukar, terbaringlah seorang perempuan cantik nan muda. Dia tertidur sangat lelap, seolah tidak memperdulikan sekelilingnya. Piyama putih tipis yang dikenakan, tidak mampu menahan dinginnya udara malam. Sambil menggigil kedinginan, gadis itu terbangun. Perlahan dia duduk, lalu mengusap-usap tubuhnya yang dingin.
Setelah matanya menyesuaikan dengan kegelapan, dia merasa heran, kenapa dia bisa berada di tempat tersebut. Tanpa pilihan lain, gadis ini berdiri. Tanpa alas kaki, dia mulai berjalan dengan hati-hati.
Gadis berambut lurus panjang ini, bernama Nisa.
***
Nisa yang kedinginan, terus melangkah ke dalam hutan. Telapak dan jari-jari kakinya sudah mulai kaku, namun dia harus terus berjalan. Terus melangkah dengan panduan sinar rembulan yang masuk melalui sela-sela daun-daun di pohon tinggi.
Tidak lama, Nisa melihat cahaya dari kejauhan. Melihat secerca harapan untuk mendapat pertolongan, dia langsung memutuskan untuk berjalan ke arah cahaya kerlap-kerlip tersebut.
***
Semakin dekat, Nisa melihat bahwa cahaya itu berasal dari obor-obor dan lentera-lentera. Banyak orang sedang berkumpul di depan pohon beringin besar. Nisa bergegas kesana untuk meminta pertolongan. Mendekati kerumunan yang membelakanginya.
Sampailah Nisa di kerumunan. "Pak? Bu? Permisi, Pak?" sapa Nisa. Namun tidak ada seorangpun yang menanggapi. Mereka semua sedang fokus kepada sesuatu yang terjadi di depan pohon beringin besar.
Nisa menjadi penasaran dan bergegas ke samping kerumunan. Sesampainya, dia terkejut. Di bawah pohon, terlihat seorang laki-laki dan seorang perempuan, duduk bersimpuh dengan tangan terikat tali di belakang. Mulut mereka juga disumpal kain.
"Hukum mereka! Dukun santet! Kalian pantas mati!" teriak orang-orang.
Nisa menjadi ketakutan mendengarnya. Dia menoleh ke kanan dan kiri. Semua orang yang berada disana, tampak marah kepada kedua orang malang tersebut. Entah dosa apa yang mereka lakukan, sampai mendapatkan perlakuan seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEMIT ALAS : Pagebluk
Terror"SINOPSIS DEMIT ALAS - Pagebluk" Nisa dan Endah, adalah kakak beradik yang baru saja kehilangan orang tua. Sebagai kakak tertua, Nisa yang masih duduk di semester 2 bangku kuliah, harus memikul tanggung jawab sebagai kepala rumah tangga. Dia tidak a...