Fitri memandang sekeliling kamar untuk memastikan tidak ada angin yang masuk. Dia semakin heran, bagaimana pintu kamarnya bisa terbuka sendiri. Masih menggunakan mukenah, Fitri berdiri dan berjalan mendekati pintu. Fitri dengan penuh waspada mengintip area luar kamar.
Sepi, tidak ada siapa-siapa disana.
Fitri memutuskan untuk keluar dan mengecek kamar lain yang berdekatan dengan kamarnya. Kamar terdekat tertutup rapat. Fitri mengetuk daun pintu pelan. "Nis? Nisa?" panggilnya.
Tidak ada jawaban.
Fitri dengan ragu-ragu, meraih gagang pintu untuk membukanya. Pintu itu ternyata tidak terkunci. Fitri lalu mengintip ke dalam kamar. Kamar Nisa terlihat tidak ada kehidupan –kosong.
Fitri tidak mau berpikir macam-macam. Dia lalu menutup pintu itu dengan rapat lalu berjalan kembali menuju kamarnya sendiri. Namun tiba-tiba terdengar suara pintu lain.
Pintu kamar Endah, terbuka sendiri.
"Astaghfirullahaladzim!" kata Fitri kaget. Bulu kuduknya berdiri. "Astaghfirullahaladzim, Astaghfirullahaladzim..," ucapnya agak bergetar. Fitri menunggu sebentar, bersiap kalau terjadi hal berikutnya. Namun pintu kamar Endah tetap diam –tidak bergerak lagi. "Endah? Ndah?" tanya Fitri.
Tidak ada jawaban.
Terdorong rasa penasaran, Fitri dengan takut-takut, mendekati pintu tersebut. Bagian dalam kamar lebih gelap dari kamarnya dan kamar Nisa. Setelah mencapai pintu, Fitri mengintip ke dalam dengan hati-hati. Endah? Ndah?" tanya Fitri lagi.
Tetap tidak ada jawaban.
Kamar Endah sunyi sekali. Diseberang pintu, Fitri melihat gorden tipis melambai-lambai, menandakan ada aliran angin yang masuk melalui jendela. Fitri bernafas lega. Dia berusaha menghilangkan ketakutan di hatinya. Fitri lalu menutup pintu dengan rapat. Namun tiba-tiba.. ..
"Bluk..." Sebuah tangan menepuk pundaknya dari belakang.
"Astaghfirullahaladzim!" teriak Fitri lantang. Fitri segera menoleh ke belakang. Tangan itu ternyata tangan Endah. Dia ikut terlonjak kaget mendengar teriakan Fitri. Endah dan Nisa ternyata sudah berdiri dibelakang Fitri.
"Kenapa, Fit?" tanya Nisa khawatir.
Fitri mengatur nafas sambil mengamati Nisa dan Endah. Mereka masih basah dengan baju renang tertutup handuk kimono. Fitri merasa lega karena yang menepuk pundaknya adalah manusia. "Enggak apa-apa, Nis!" jawab Fitri dengan nafas masih tersengal. Dia lalu tergesa-gesa melangkah kembali ke kamar.
Endah dan Nisa saling pandang bingung.
***
Udin dan Tyas sudah selesai menyiapkan jajanan diatas meja makan. Mereka melanjutkan memasak untuk makan malam.
Datanglah Nisa ke dapur. Dia sudah berganti pakaian. Rambutnya masih agak basah. Matanya berbinar melihat jajanan yang sudah tersaji di atas meja. Nisa langsung duduk di kursi. Tanpa sungkan, dia mengambil sepotong pisang goreng.
Udin dan Tyas saling pandang sebentar, kemudian menunggu apakah Endah dan Fitri akan datang menyusul Nisa. Ternyata tidak. Setelah saling kode dengan menggerakkan kepala, Udin dan Tyas mendekati Nisa.
"Eh..., mohon maaf, Mbak. Kalau boleh, kami mau tanya," kata Udin sopan.
"Kenapa, Pak?" tanya Nisa sambil terus menikmati pisang goreng.
"Kalau boleh kami tahu, Mbak Nisa rencananya, mau tinggal berapa lama?" tanya Udin ragu-ragu.
Nisa terdiam sebentar. "Memangnya ada yang mau booking villa ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DEMIT ALAS : Pagebluk
Horor"SINOPSIS DEMIT ALAS - Pagebluk" Nisa dan Endah, adalah kakak beradik yang baru saja kehilangan orang tua. Sebagai kakak tertua, Nisa yang masih duduk di semester 2 bangku kuliah, harus memikul tanggung jawab sebagai kepala rumah tangga. Dia tidak a...