Pagi hari di rumah Nisa.
Sinar mentari mulai menampakkan senyuman, membuat rumah lebih hangat dan terang. Jam dinding yang menempel di atas dapur menunjukkan pukul 07.00. Nisa menyibukkan diri dengan memasak sarapan. Sambil berusaha melupakan kejadian semalam.
Seorang gadis remaja, keluar dari kamarnya dan melangkah mendekati dapur. Rambut keriting panjang agak basah, terjuntai ke bawah. Dia segera membantu Nisa meletakkan sarapan keatas meja makan. Gadis manis ini bernama Endah, adik Nisa. Dia duduk di bangku SMA kelas 11.
Setelah semua tertata diatas meja makan, mereka berdua segera duduk di kursi. "Endah, kamu sudah minta ijin sekolahmu?" tanya Nisa.
"Sudah, Mbak!" jawab Endah.
"Setelah ini kamu siap-siap ya! Sebentar lagi Fitri datang," kata Nisa melanjutkan.
Endah mengangguk-angguk. Terlihat raut wajahnya kurang setuju ketika nama Fitri disebut.
Nisa menoleh dan mengamati Endah. "Kenapa, Ndah?"
Endah terdiam. Dia tidak ingin menjawab Nisa, namun Nisa terlihat sudah menunggu. "Eeem..., Mbak Nisa? Kita ke villa kan untuk urusan keluarga. Lebih baik kita berdua saja," jawab Endah.
Nisa mendesah agak kesal, dan balik bertanya, "Terus kesana mau naik apa? Disana tidak ada kendaraan umum."
"Tapi Mbak....," eyel Endah.
"Fitri itu, mau membantu Mbak menjual villa," potong Nisa cepat. "Kita masih butuh banyak biaya. Biaya bengkel mobil, biaya sehari-hari kita, biaya sekolah kamu, biaya kuliah Mbak."
Endah menunduk lemah, tidak melawan lagi.
Melihat adiknya diam, Nisa tidak mau melanjutkan perdebatan. "Sudah, sudah! Ayo cepat dihabiskan sarapannya!" seru Nisa dengan menahan kesal.
Mereka lalu melanjutkan makan dengan diam.
***
Satu jam telah berlalu.
Di halaman depan rumah Nisa, beberapa rangkaian bunga yang telah kering terkena cahaya matahari, berdiri berjajar. Bertuliskan belasungkawa atas meninggalnya Sugiono Sosro Sasmito dan Sulastri Darmastuti.
Dekat rangkaian bunga-bunga itu, terdapat sedan hitam, dengan pintu bagasi yang terbuka. Endah dan Fitri sibuk memasukkan dan mengatur posisi koper dan tas ke dalam bagasi. Gadis cantik berjilbab ini, adalah teman masa SMA dan kuliah Nisa. Mereka berdua masih duduk di bangku kuliah tahun pertama.
Nisa keluar dari rumah melalui pintu depan. Dia segera mengunci pintu itu. Kemudian Nisa berjalan mendekati mobil sambil menahan rasa sakit.
Fitri melihat Nisa yang berjalan agak tertatih-tatih. Dia lalu mengamati pergelangan kaki kanan Nisa yang agak memar. "Kamu kenapa, Nis?" tanya Fitri khawatir.
Nisa tersenyum sambil menggeleng. "Hmm...Enggak apa-apa, Fit! Cuma agak linu sedikit," jawab Nisa.
"Mau ke dokter dulu?" tanya Fitri.
"Nggak usah, Fit! Disana ada Bu Tyas. Bisa ngurut," tolak Nisa.
"Ooo gitu. Ya udah, masuk-masuk!" ajak Fitri.
Nisa duduk di bangku depan menemani Fitri. Mobil keluar halaman dan berhenti di jalan depan rumah. Endah menutup dan mengunci gerbang depan dengan gembok. Setelah itu Endah masuk ke dalam mobil melalui pintu samping belakang.
"Ada yang ketinggalan?" tanya Fitri dari balik kemudi.
Nisa dan Endah mengingat-ingat. Lalu bersamaan mereka menggelengkan kepala. "Nggak ada Fit."
KAMU SEDANG MEMBACA
DEMIT ALAS : Pagebluk
Horor"SINOPSIS DEMIT ALAS - Pagebluk" Nisa dan Endah, adalah kakak beradik yang baru saja kehilangan orang tua. Sebagai kakak tertua, Nisa yang masih duduk di semester 2 bangku kuliah, harus memikul tanggung jawab sebagai kepala rumah tangga. Dia tidak a...