Part 2

1 0 0
                                    

"Kak... Tunggu Kak"

Arina terus mengejar Stefano yang berjalan cepat untuk kembali ke mobilnya. Pria itu tak mendengar dan terus melangkah.

"Kak..."

"Lepas" ucap Stefano seraya menepis tangan Arina yang menggenggam lengannya dari arah belakang ketika mereka sampai di depan mobil pria itu yang di parkir di dekat kedai ayam tadi. Beberapa orang yang lewat menatap mereka sekilas membuat Stefano merasa tak nyaman.

"Kak dengerin aku dulu!" Pinta Arina setengah memelas.

Stefano menghela napas lelah dan memejamkan matanya sekejap untuk menahan emosinya saat ini.

"Masuk lagi kesana. Dan ganti baju kamu! Saya tunggu di mobil kalau memang kamu berniat menjelaskan" ucapnya penuh penekanan.

"O... Ok Kak. Tunggu sebentar" Arina patuh dan berlari kembali ke arah wc umum tadi sambil sesekali kepalanya menoleh ke arah Stefano yang tampak memijat pelipisnya saat ini.

***
Arina duduk dengan gugup disamping Stefano yang mulai mengemudi. Pakaiannya sudah kembali seperti ketika dirinya berada di kantor tadi.

"Jadi apa penjelasan kamu soal ini?" tanya Stefano to the point. Dia memang tidak suka basa- basi apalagi pada orang yang tak begitu dekat dengannya.

Arina meremas jari- jarinya diatas pahanya yang tertutup oleh tas kerja miliknya.

"Aku terpaksa ngelakuin hal ini Kak. Aku butuh pengakuan Papa"

"Hah?" Stefano tampak belum menangkap pernyataan Arina.

"Seperti yang kakak tahu jika di keluarga kita hanya anak laki- laki yang diakui keberadaannya oleh kakek dan aku yang terlahir sebagai perempuan apalagi terlahir dari anak hasil kawin lari merasa tidak cukup percaya diri untuk menghadapi kakek" ujar Arina menjelaskan alasan kenapa dirinya datang pada keluarga mereka dengan penampilan sebagai anak laki- laki.

"Emang kamu pikir dengan kamu menjadi anak laki- laki kamu yakin kakek akan menerima kamu?" tanya Stefano refleks. Dia sendiri cukup kaget karena mulutnya itu. Sedikit khawatir jika Arina tersinggung.

Arina menunduk dalam sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Stefano.

"Setidaknya dengan menjadi Aaron aku bisa masuk ke lingkungan Papa dan tujuan aku pengen ngebuktiin kalo anak perempuan yang lemah dan tidak berguna seperti di pikiran Kakek"

"Cih" Stefano berdecih pelan. Terlalu naif pikirnya.

Tapi Stefano juga memang mengakui kerasnya sang kakek yang memang lebih menghargai kaum laki- laki dalam keluarga mereka. Buktinya Tante mereka sendiri. Edwina tak diperbolehkan bekerja di kantor mereka dengan alasan anak perempuan bisa menjadi titik lemah perusahaan mereka tapi entah apa juga maksudnya. Apa zaman sekarang perbedaan seperti itu masih berlaku? Pikirnya. Kadang ingin mendebat tapi Stefano cukup tahu diri. Dia hanya anak dan cucu angkat yang beruntung bisa memiliki keluarga lagi setelah ditelantarkan orangtua kandungnya sejak bayi dulu.

Alasan ini pula yang membuat Edwina berpisah tinggal dari orangtuanya dan memilih hidup di rumah Edward bersama dirinya dan Morgan sebelumnya ditambah gadis disampingnya ini sekarang.

"Kakak gak akan bocorin ini ke Papa kan?" tanya Arina was- was.

Stefano melirik Arina sinis.

"Aku gak suka kebohongan. Jadi kamu bersiap menjelaskan semuanya ke keluarga" ucap Stefano membuat Arina ketakutan tapi dia juga tak bisa menentang Stefano. Dia sadar disini dia yang salah.

Mungkinkah perjuangannya demi meyakinkan keluarga sang ayah harus berakhir sampai disini? Arina padahal sudah berjanji pada almarhumah ibunya untuk membuatnya bisa diakui oleh keluarga Edward dan membuktikan bahwa dirinya pantas mendapatkan cinta dan kasih sayang yang sama dari keluarga sang Papa. Arina tidak ingin ibunya khawatir padanya diatas sana.

My PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang