Part 6

6 0 0
                                    

"Kamu gapapa?" tanya Stefano memeriksa setiap seluk tubuh Arina yang terlihat ketika dirinya sampai di kantor usai mendapatkan telepon dari Arina mengenai perampokan yang terjadi di kantor mereka. Jelas terlihat raut wajah khawatir pria itu.

Malik yang ikut ke lokasi dan Pak Agus sampai bingung melihat kepanikan Stefano yang baru pertama kali dia lihat. Mereka tahu jika Aaron itu adalah adik Stefano tapi melihat perhatian Stefano yang agak berlebihan membuat mereka bingung juga.

"Aku gapapa Kak" jawab Arina membuat Stefano merasa lega.

"Kita bisa periksa lewat CCTV gak sih?" Tanya Arina pada Pak Agus.

"Bisa saja sih Pak. Tapi hanya yang ada di pintu masuk dan keluar saja. Kondisi ruangan kan lampunya padam semua Pak" jawab Pak Agus.

"Gapapa. Kali aja nemu petunjuk" balas Arina.

"Ya udah ayo!" Perintah Stefano.

"Baik Pak"

Pak Agus memandu mereka untuk menuju ke ruang cctv untuk mencari barangkali ada yang mencurigakan.

***
"Hah~ wajahnya gak keliatan" keluh Arina setelah melihat CCTV dan tak menemukan hal besar selain gambar seseorang yang masuk dan keluar dengan tergesa.

"Jangan putus asa. Siapa tahu nanti bisa berguna" ucap Stefano menenangkan.

"Pak Agus. Besok kumpulkan semua security. Kita akan memperketat penjagaan di kantor ini. Jangan khawatir tentang gaji. Kami akan memberikan bonus lebih untuk kalian apalagi jika sampai bisa menangkap pencuri atau orang- orang yang berpotensi mencelakakan perusahaan ini" perintah Stefano pada Pak Agus yang dengan sigap menjawab.

"Siap. Laksanakan Pak"

Stefano kembali melihat ke arah CCTV. Merenungi kejadian akhir- akhir ini. Dia jadi curiga karena kejadiannya terjadi pada Morgan saja. Apa ada seseorang yang punya masalah dengan adiknya itu pikirnya.

***
"Gimana Gan? Apa yang hilang?" tanya Arina ketika dirinya, Morgan, dan Malik memeriksa ruangan Morgan yang kemarin kecolongan.

Morgan yang masih menggunakan kursi roda menggeleng pelan.

"Bukan hal penting. Yang hilang cuma file lama yang isinya juga cuma copyan" jawab Morgan berhasil membuat hati Arina dan Malik lega.

"Heran deh. Kamu punya musuh atau gimana sih Gan? Kok kayaknya mereka nyerang kamu aja?" tanya Arina yang duduk di kursi tempat biasanya para tamu Morgan duduk.

"Namanya juga dunia bisnis. Pasti ada aja gininya" jawab Morgan cuek.

"Tapi aku curiga sesuatu" ucap Arina.

"Curigaan mulu" ejek Morgan membuat Arina berdecak.

"Terakhir kali kecurigaan aku soal kecurangan di perusahaan juga terbukti" ucap Arina membuat Morgan berpikir ulang.

"Bener juga sih" balasnya.

"Tuh kan. Tapi eh, apa mungkin ya. Ini perbuatan dari orang- orang yang Papa pecat kemaren? Mereka mungkin dendam sama kamu dan Papa" ucap Arina mulai menghubungkan kecurigaan- kecurigaannya.

Morgan jadi ikut berpikir. Bisa saja kan memang apa yang Arina pikirkan itu benar.

"Ya meskipun aku duluan yang nemuin faktanya tapi secara teknik kan kamu yang melapor dan mengurus semuanya sama Papa dan Kak Stefano dan disana semua disebut berawal dari laporan kamu duluan" ucap Arina menambahkan.

"Bisa jadi sih. Tapi apa iya orang- orang itu bisa masuk. Semua akses perusahaan termasuk security udah diminta buat menghadang mereka jika sampai berani masuk kembali ke sini" sanggah Morgan.

My PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang