✧
✧
✧
Seharian itu Giyo benar-benar mengikuti Wiliam kemanapun lelaki itu pergi, jika kalian berfikir kenapa Wiliam tidak mengusirnya? heol! itu sudah dia lakukan berulang kali, memang pada dasarnya pemuda manis itu sangat bebal.
Semilir angin menerpa kulit putih mulus milik Giyo mana kala Wiliam mengajaknya untuk naik keatas rooftop entah dengan alasan apa ia kesana.
Giyo hanya mengikut karena dia juga tidak tau ingin berbuat apa ketika kedua algojonya tidak bersamanya, Wiliam sendiri seperti menutup telinganya ketika mulut cerewet Giyo bersuara di sepanjang jalan, sepertinya baterai yang di pasang di mulut nya tidak pernah habis.
"Kakak suka kesini ya?" tanya Giyo yang kembali memecah keheningan diantara keduanya.
Wiliam hanya berdehem singkat, seakan tak puas atas jawaban si gunung es itu akhirnya Giyo menanyakan hal tidak berbobot bertubi-tubi pada Wiliam.
Ingatkan Wiliam untuk menjawab satu saja pertanyaan Giyo agar ia tidak kembali di serang oleh mulut cerewet itu.
"Mulutmu tidak bisa diam?" tanya Wiliam dengan tatapan tajamnya.
Giyo menggeleng singkat tanpa rasa takut sedikitpun akan tatapan setajam elang yang seperti melayangkan tanda permusuhan tersirat didalamnya.
Menit demi menit telah berlalu.
Sepanjang itu hanya suara hembusan angin dan keheningan yang menemani mereka berdua, Giyo yang pada dasarnya mudah mengantuk mencoba menahan matanya yang sudah teramat berat untuk terbuka.
Wiliam meliriknya sekilas namun ia seolah tak perduli dengan pemuda manis itu, kalaupun dia jatuh silahkan saja, mungkin itu pikirnya.
Beberapa detik kemudian tubuh kecil Giyo benar-benar terhuyung kedepan bersiap akan jatuh kebawah mengingat mereka berada di atas gedung tinggi dan duduk di tepiannya, namun hal itu lagi-lagi di cegah oleh gerakan cepat milik pemuda di sebelahnya.
Siapa lagi kalau bukan Wiliam?
Dia yang awalnya menolak akan simpati pada Giyo akhirnya bergerak dengan sendirinya menolong anak manis itu.
"Merepotkan" ucap Wiliam di barengi dengan decakan kesal yang keluar dari mulut nya.
Ia beranjak menggendong tubuh Giyo ke sofa yang sudah terlihat rusak di dekat pintu masuk, sejenak ia melupakan niat buruknya yang sempat terlintas, tadinya dia ingin membiarkan pemuda cerewet ini terjun bebas dari atas gedung sekolah.
Wiliam meletakkan tubuh mungil Giyo secara perlahan di sofa itu, perasaan aneh lagi lagi muncul ketika netra gelapnya memandangi wajah tenang milik pemuda yang sedang tertidur di hadapannya.
"Ini kau?" Ia bertanya dengan pelan.
"Ah! sial, kenapa aku terus memikirkan hal itu" Timpalnya lagi ketika ia menyadari apa yang baru saja dia katakan tadi.
Wiliam kemudian memutar tubuhnya berniat kembali ke tempat yang ia duduki tadi sebelum sebuah tangan mencekal pergelangan nya.
"Hiks pulang..."
Wiliam berbalik kembali menatap kearah Giyo yang masih berbaring di atas sofa, jangan lupakan tangannya yang masih di pegang erat oleh pemuda itu. Lirihan kecil terdengar dari mulut mungilnya namun matanya masih tertutup rapat, apa dia sedang mengigau?
"Tolong.. aku mau pulang..." lagi lagi dia memohon untuk di pulangkan.
Wiliam bingung, dia berfikir keras apakah anak ini sedang bermimpi buruk atau memang benar-benar minta di pulangkan dalam keadaan sadar?
Ia kemudian berjongkok di depan Giyo, kembali memandangi wajah yang tadinya tenang berubah menjadi gelisah, keningnya berkerut tipis dan mulutnya sedikit terbuka akibat gumaman nya tadi.
"Hey, bangunlah" ucap Wiliam sembari menepuk pelan pipi berisi milik Giyo.
"Aku mau pulang..." Giyo sadar, dia sepenuhnya sadar tapi matanya enggan terbuka.
Rasa kantuk masih menyelimuti nya, tapi perasaan tak nyaman terus saja datang seolah menyuruhnya untuk segera pulang kerumah.
"Kalau begitu segera bangun dan pulang" timpal Wiliam saat menyadari mata anak itu mulai terbuka walaupun sedikit.
Giyo diam, dia seolah tidur kembali.
"Hng pulang.."
Wiliam kali ini mengalah dari rasa gengsi nya, ia menghela nafas pelan lalu mengusap puncak kepala Giyo dengan lembut seolah sedang menidurkan bayi yang sedang terusik tidur lelapnya.
Ajaib nya anak itu kembali mengeluarkan dengkuran halus, tanpa disadari Wiliam menarik segaris senyuman tipis di bibirnya, setelah itu dia beranjak dan membuat jarak yang cukup jauh dari Giyo.
Wiliam mengambil bungkusan yang berisi belasan nikotin yang sudah tersusun apik di dalam tempat berselimut kertas itu, ia bakar ujung dari benda itu hingga mengeluarkan asap yang baunya lumayan tak sedap, tapi bagi nya itu adalah hal yang dapat mengurangi tingkat stres dalam pikirannya.
Beberapa jam berlalu, dia sudah menghabiskan empat batang sembari memandangi Giyo yang masih tertidur pulas, bel pulang telah berbunyi sejak 2 jam yang lalu. Wiliam ingin membangunkan pemuda manis itu namun sepertinya dia terlihat sangat nyenyak dengan tidurnya.
Matanya kembali memandangi wajah cantik nan lucu yang terpahat sempurna disana, pikirannya kembali memutar memori beberapa tahun silam, hal yang tak akan pernah Wiliam lupakan seumur hidupnya. Tapi bukan, ini bukan tentang Giyo.
Suara dering telepon membuyarkan lamunannya, ia kemudian berjalan mendekati asal suara itu, ternyata itu ponsel milik Giyo. Wiliam tanpa permisi mengambilnya lalu membaca nama si pemilik panggilan itu.
'Cakra cerewet'
Wiliam berfikir sejenak lalu menggeser ikon hijau untuk mengangkat panggilan dari salah satu teman anak itu, sepertinya dia sedang mengkhawatirkan ratu nya.
"YAK! KAU INI KEMANA SAJA?! KENAPA BELUM PULANG?!"
Sial, teriakan itu membuat gendang telinganya berdenyut. Apa dia tidak bisa mengecilkan suara jeleknya itu?
"JAWAB AKU!"
"AKU MENCARIMU! BEL PULANG SUDAH BERBUNYI DUA JAM YANG LALU TAPI KENAPA KAU BELUM PULANG?!"
"ANAK KECIL!?! KAU BISU?!"
"GIYO! AKAN KU ADUKAN KAU PADA DIVAN!"
"PULANG LAH--"
Pemuda itu tak henti hentinya berteriak menyebalkan, Wiliam yang jengah segera memotong perkataannya dengan cepat.
"Dia di rooftop sekolah bersama ku."
"HAH?! KAU?! TUNGGU AKU DISANA."
tuttt..
Sudah di pastikan si penelpon di seberang sana sedang berlari secepat mungkin untuk menuju gedung sekolah, hal itu bisa di tebak dari nada kaget miliknya yang terdengar jelas di telepon tadi.
__________________
Halo sayang, aku kembalii
Tolong Vote dan Komen ya.
Terimakasih ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARTIKA [Hamlem/Wonjun/Pingpongz] (Wonjin x Hyeongjun)
RomanceAntartika yang kita tau adalah tempat paling dingin tak berpenghuni dengan lautan es yang membentang luas menyelimutinya, Satu-satunya benua yang tidak memiliki tempat tinggal permanen bagi manusia. Siapa juga yang betah berada disana? Namun bagaim...