Antartika ✧ 01

87 10 4
                                    

✧

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Ruangan bercat putih polos dengan beberapa tempelan poster yang memang sudah umum tertempel disana, banyak nya meja di sekitarnya berisi siswa siswi pintar yang memang ruangan itu sudah di khususkan untuk mereka.

Suara ricuh dan kegaduhan dalam kelas tak ia hiraukan, bahkan jika seseorang mati mengenaskan di dalam situ ia tetap tak peduli, itu bukan urusannya.

Berselang beberapa menit kemudian bel masuk berbunyi, tanda jam pelajaran akan kembali di mulai setelah istirahat usai.

Ia tak pernah beranjak meninggalkan tempat duduknya, kecuali dia akan pulang atau sedang ada sesuatu yang ingin dia datangi dan yang menurutnya penting saja.

Tak perduli dengan bisikan siswa siswi yang menggosipi dirinya setiap hari, sikap dinginnya tak pernah mengurangi kadar ketampanan pada wajahnya, heran. Namun itulah faktanya.

Dia terlalu populer dengan julukan 'Antartika' dikarenakan sifat nya yang hampir menyamai dinginnya benua itu.

Namun sifatnya itulah yang membuat orang orang di sekitarnya menjauh dan merasa tak nyaman, tetapi sekali lagi ia tak pernah peduli dengan itu semua.

"Wiliam" panggil seorang guru yang berdiri di depan sana.

Wiliam tak menjawab panggilan itu, dia hanya memandangi guru di depannya dengan sorot mata penuh tanya.

"Kerjakan soal di atas" titah nya.

Tanpa basa basi Wiliam segera berdiri dari duduknya dan berjalan kedepan mengerjakan soal yang berada di papan tulis besar itu, semua orang tentu saja menatapnya penuh kagum, beribu pujian ia dapatkan.

Tampan.

Pintar.

Mines nya hanya pada sifatnya saja.

Setelah selesai mengerjakan soal itu, ia pun kembali meletakkan spidol pada meja guru dan kembali pada bangku nyamannya.

"Selalu sempurna, kerja bagus Wiliam" puji guru itu pada Wiliam.

Tentu saja ia mendapatkan tepuk tangan ramai dari seisi kelas, tidak ada raut wajah senang atau apapun itu yang tercetak pada wajahnya, selalu saja datar dan tak berekspresi.

Setelah berjam-jam bergelut dengan berbagai mata pelajaran membosankan akhirnya jam pulang telah tiba, para siswa siswi bersorak gembira, mereka mulai berlarian keluar kelas lalu setelahnya entah kemana tujuan mereka.

Wiliam sendiri sudah menenteng tas nya di satu sisi, berjalan sendirian menyusuri koridor yang lumayan ramai karena gerombolan siswa siswi yang menuju gerbang sekolah untuk meninggalkan sekolah itu.

"YAK! BERHENTI MENGEJAR KU BODOH!"

"KEMBALIKAN DOMPET KU!"

"TIDAK MAU!"

Suara teriakan bersahutan dengan tiga orang yang terlihat saling mengejar di sepanjang koridor, Wiliam tak peduli, dia terus saja berjalan tanpa memperdulikan apapun di sekitarnya.

Tiba tiba tubuhnya di peluk oleh salah satu dari mereka yang berlari tadi, pemuda pendek yang terlihat menggemaskan dengan cardigan biru menutupi seragam nya.

Dia memeluk Wiliam tanpa permisi dan menjadikan Wiliam sebagai tameng agar dua orang yang mengejarnya tadi tidak mendekati nya.

"AAAAA, AYO SINI TANGKAP AKU"

"GI--"

Dua orang tadi terdiam kaku saat mengetahui siapa yang baru saja di jadikan tameng oleh teman lucunya, pandangan keduanya bertemu dengan tatapan dingin dan tajam milik pria itu.

Ia melirik sekilas kearah pemuda manis yang masih bersembunyi di belakangnya lalu setelahnya ia menatap dua orang di hadapannya, sontak hawa di sepanjang koridor terasa hening dan mencekam, banyak orang yang membola kaget atas perlakuan pemuda manis itu.

Dia tidak tau siapa yang di peluk olehnya?!

"HEY KEMARI! KAU TAKUT KAN?! WLEE" pemuda manis itu terus saja mengejek kedua temannya.

Wiliam yang awalnya diam akhirnya menepis kasar tangan yang bergelayutan pada kedua lengannya, tanpa mengatakan apapun ia kembali melangkah pergi.

Pemuda manis itu mengerutkan keningnya heran, ia tak merasa tersinggung atas perlakuan pria tampan itu, mungkin dia hanya kaget karna di peluk tiba tiba, itu pikirnya.

"SIAPAPUN NAMA MU TERIMAKASIH YA!" ucapnya lalu kembali berlari meninggalkan kedua temannya dan orang orang di koridor yang menatapnya nanar.

"Ya Tuhan!, Giyo baru saja memeluk gunung es!" pekik salah satu temannya dengan wajah yang masih terlihat syok.

"Sialan! Dompet ku di bawa kabur lagi! GIYO!"















































______________
TBC.

ANTARTIKA [Hamlem/Wonjun/Pingpongz] (Wonjin x Hyeongjun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang