01: Crush?

395 118 26
                                    

"Beneran?"

"Iya, Lin! Sumpah ya, pacaran sama Andre enak banget. Dia beda dari mantan-mantan gue yang lain." Nita menopang kepalanya dengan tangan kanannya seraya memandangi foto sang pujaan hati di layar ponsel.

"Bentar, bukannya pacar lo namanya Dito, ya?"

"Eh?" Nita beralih menatap Alina kemudian tersenyum kikuk.

"Wah, ganti lagi. Hebat sih, gak ada jedanya."

Alina mencoba menggoda Nita karena memang benar, Nita selalu gonta-ganti pacar. Kemarin Dito, sekarang Andre, besok siapa lagi?

Entah sudah berapa kali Alina menasihati Nita, tapi tetap saja tidak didengarkan. Alasannya selalu saja karena dirinya cantik dan disukai banyak orang.

"Wajar dong, Lin. Gue kan--"

"Mulai ... mulai." Alina berkacak pinggang. Ingin sekali ia mengomelinya saat itu juga, tapi berhubung saat ini mereka sedang berada di kantin, Alina mengurungkan niatnya.

"Alina." Leli mendatangi meja Alina dengan membawa kantong plastik berwarna hitam. "Di sini lo ternyata. Dari tadi gue nyariin lo. Nih, titipan dari orang." Leli menyodorkan kantong plastik itu kemudian berlalu pergi.

"Pasti dari cowok yang lagi ngincer lo." Nita tertawa kecil.

"Bukan tuh." Alina mengintip isi plastiknya, ternyata susu coklat dan juga roti seperti biasanya. Eh, ada suratnya juga.

Alina mengeluarkan surat tersebut. Melihat itu, Nita merasa terdorong untuk merampasnya dari genggaman Alina.

"Nita!" Alina menegurnya. Alina mencoba meraih surat itu karena dia pasti malu saat Nita membacanya. Eh, malu? Memang dari siapa semua itu?

"Diem!" perintah Nita dengan jari telunjuk yang ia tempelkan di bibir ranum Alina.

Alina mendesah pasrah.

Nita mulai melihat isi suratnya dan membacanya baik-baik di dalam hati. Belum selesai membaca suratnya, Nita sudah menunjukkan senyum gelinya.

Nita sesekali menatap wajah Alina yang tampak jengkel. "Udah gue duga titipan yang selama ini lo dapet itu dari orang yang suka sama lo." Nita mengembalikan surat itu pada Alina. "Istilah kerennya apa ya? Oh, crush!" imbuhnya.

"Nggak, ini dari ibu gue!" Alina mencoba mengelak.

"Gak usah menyangkalnya, Lin. Ibu mana yang bilang tergila-gila pada anaknya? Apalagi sampai bilang udah suka dari lama. Itu mah, biasanya cowok!" papar Nita.

"Cowok dari mananya? Gak mungkin ada yang suka sama gue." Alina mulai geram.

Nita langsung merangkul Alina. "Jangan merendah kayak gitu, wahai Alina Gazza Novita. Lo itu cantik banget!" Nita terus saja memuji keindahan Alina sesekali merasa heran kenapa tidak ada yang memacarinya sampai sekarang.

Ya, Alina memang tidak pernah berpacaran. Entah kenapa setiap ada orang yang mendekatinya, orang itu pasti akan berpikir bahwa Alina sudah punya pasangan. Sampai akhirnya Alina menjomblo hingga saat ini.

Namun, beberapa minggu yang lalu Alina mendapat titipan susu dan roti dari orang yang sama sekali tidak diketahui identitasnya. Orang yang menjadi perantara adalah orang random. Kadang adek kelas, kadang kakak kelas, penjaga pos, bahkan tukang sampah di sekolah?

Orang itu tak pernah lupa menyelipkan sepucuk surat yang berisi kalimat-kalimat singkat seperti kata penyemangat, terima kasih, dan juga ungkapan rasa.

Selama itu Alina menyembunyikan surat yang ia dapat. Disembunyikan dari siapa? Tentu saja dari Nita. Alina khawatir akan diejek oleh bocil kematian itu. Menyebalkan sekali pikirnya.

KETOS SCANDALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang