19: Voting

34 7 1
                                    

Setelah melewati berbagai macam soal matematika, akhirnya aku menyelesaikan semua jawabannya. Yah, meski ada sedikit yang tidak aku pahami dari soal tersebut, tapi aku tetap mengisinya semampuku.

Semua lembar jawaban milik peserta lomba mulai dikumpulkan oleh yang bertugas, kemudian kami dipersilahkan untuk kembali pada sekolah masing-masing.

Aku diantar langsung oleh Kepala sekolah. Beliaulah yang mengantarku kembali ke sekolah. Kepala Sekolah mengatakan bahwa beliau merasa bangga padaku. Aku pun turun senang mendengarnya.

Saat dalam perjalanan, aku mendapatkan pesan dari Musa.

[Musa: "Lo hebat, Dra. Tadi gue juga
ikutan ngerjain soal yang di depan.
Mau gue kirim?"]

[Hendra: "Ya, kirim aja."]

Musa pun mengirim foto kertas miliknya yang penuh dengan angka. Aku melihatnya dengan teliti. Rupanya hampir semua jawaban Musa sama dengan jawaban yang aku tulis tadi. Hanya satu atau dua yang sedikit salah. Tapi tidak apa, aku harap aku bisa memenangkan lomba ini dan membuat Musa dan Kepala sekolah bangga.

Dua hari berlalu, akhirnya pengumuman juara lomba matematika diumumkan. Aku diberitahu oleh Kepala Sekolah bahwa aku telah berhasil memenangkan lomba itu. Aku sangat senang dan langsung memamerkannya pada Musa.

"Udah gue duga, lo pasti bisa. Gue bangga sama lo, Dra."

Entah kenapa aku sangat bahagia jika Musa yang memujiku. Apa karena dia berada satu level lebih tinggi dari pada aku? Entahlah, aku mempunyai kepuasan sendiri karenanya.

Kemenanganku dibarengi dengan berkembangnya bisnis keluargaku. Mama dan Papa mengganti usaha mereka dari kue ke dessert box.

Resep dessert Mama sangatlah enak dan lembut, sampai aku ingin memakannya lagi dan lagi. Aku sudah memakan bermacam dessert, tapi punya Mama seakan berada di level yang berbeda. Aku juga sering meminta Mama untuk membuatkan dessert box khusus untuk Musa.

Saat Musa mencicipi dessert buatan Mama lalu dia menyukainya, aku sangat senang dan menyampaikan pujian Musa pada Mama dan Papa.

***

Suatu ketika, Musa mengajakku untuk mengikuti organisasi yaitu OSIS. Aku bingung, kenapa tiba-tiba? Rupanya Musa diajak oleh salah satu Kakak Kelas yang merupakan Ketua OSIS di organisasi tersebut, namanya Kevin. Karena tak mau sendirian, Musa pun mengajakku. Tentu saja aku tertarik dengan tawarannya. Yang penting ada Musa.

Kami yang awalnya aktif dalam ekstrakulikuler jujitsu, bulu tangkis dan PMR, mulai meninggalkan semua itu karena ingin lebih fokus pada kegiatan OSIS.

Menjelang semester genap akan berakhir, biasanya OSIS akan melantik Ketua dan Wakil Ketua yang baru. Biasanya lewat voting para siswa. Lagi-lagi Musa mengajakku untuk ikut mencalonkan diri.

Aku sedikit ragu karena Musa adalah kandidat Ketua OSIS yang dipilih langsung oleh Kevin--Ketua OSIS itu sendiri, sedangkan aku hanya usulan dari Musa yang kedudukannya hanyalah anggota. Pasti Musa akan mendapatkan suara paling banyak.

Tapi, tidak. Aku harus percaya diri dan yakin pada diriku sendiri. Dengan keyakinan penuh aku menyetujui tawaran Musa.

"Ayo bersaing secara sehat, Bro." Musa menepuk pundakku lalu tertawa renyah.

Pembina OSIS setuju dengan usulan Musa dan Kevin. Beliau pun mulai memutuskan siapa yang akan menjadi kandidat calon Wakil Ketua. Akhirnya terpilihlah Farhan Pratama yang merupakan teman kelas Musa, dan Kamandaka Bima--teman kelasku sendiri.

Sesuai dugaanku, aku dipasangkan dengan Bima, sedangkan Musa dipasangkan dengan Farhan. Musa mendapat nomor urut satu, dan aku mendapatkan nomor urut dua.

KETOS SCANDALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang