08: Musa VS Hendra

32 12 0
                                    

"Lin?" Hendra menatap tajam Musa dan Alina secara bergantian, sedangkan Musa hanya tersenyum bangga tanpa melepas rangkulannya terhadap Alina.

"Lo ngapain rangkul-rangkul cewek gue, hah?" Hendra langsung menghantam wajah Musa membuat Musa berpaling dengan cepat.

"Musa!" teriak Alina dan Nita karena terkejut.

Farhan yang melihat itu sontak ingin membalas pukulan Hendra, namun ditahan oleh Musa. Musa kembali menatap Hendra seraya menyeka darah di ujung bibirnya. "Keras juga," ujar Musa kemudian tersenyum remeh.

Alina yang tidak terima karena Musa diperlakukan seperti itu pun langsung mendorong Hendra. "Lo apa-apaan sih? Ngapain main pukul segala?" Alina menatap Hendra dengan tajam.

Hendra mengernyitkan dahinya. "Lin, Musa mau ngerebut lo dari gue. Gue gak terima! Lo gak inget, gue ini suka sama lo dari lama?"

Alina menggeleng-gelengkan kepalanya. "Lo gak usah sandiwara lagi sekarang. Gue tahu lo cuma manfaatin gue, 'kan?"

Musa dan Farhan terkejut dengan apa yang Alina katakan. Mereka berdua saling menatap. Tidak mungkin Alina tahu tentang identitas Musa, 'kan?

"Maksud lo apa, Lin? Gue gak manfaatin lo!" Hendra mencoba memeluk Alina, tapi Alina langsung mendorongnya supaya menjauh.

"Gue tahu lo nyamar jadi cowok yang naksir gue, yang ngirimin gue titipan tiap hari. Gue tahu lo bohong soal semuanya. Sebenernya tujuan lo apa sih, hah?" Suara Alina serak di akhir kalimat. Matanya mulai berkaca-kaca.

Nita langsung memeluk Alina saat menyadari bahwa temannya itu menangis. "Lin, udah ...." Nita mengelus punggung Alina untuk menenangkannya.

Sekarang Musa merasa bersalah. Karena dirinya yang tidak jujur dengan perasaannya, semua ini terjadi. "Nita, bawa Alina pergi," pinta Musa kemudian diangguki oleh Nita.

"Lin, ayo ke kelas aja." Nita membawa Alina pergi.

Musa beralih menatap Hendra. "Gue tahu apa rencana lo, gue saranin lo jauhin Alina atau lo bakal tahu akibatnya," ancam Musa kemudian pergi dengan Farhan.

Hendra mengepalkan tangannya. Ia tidak terima dirinya dipermalukan oleh Alina dan Musa. "Berani-beraninya mereka ...." Hendra melihat kepergian Musa. "Gue bakal bales semua ini. Tunggu aja, lo bakal hancur, Musa!"

***

"Lin, gue pesenin makan mau?" tanya Nita dengan raut wajah khawatir.

"Gak usah, Nit. Gue udah gak selera makan." Alina meletakkan kepalanya ke bangku dengan tangannya yang ia gunakan sebagai bantal.

"Yang ada lo sakit, Lin." Nita mengelus rambut Alina.

"Biarin." Alina tidak menghiraukan Nita yang saat ini tengah mengkhawatirkannya.

Alina memang seperti itu anaknya. Sekali suasana hatinya memburuk, ia jadi tidak selera untuk melakukan apapun. Bahkan untuk makan saja, ia sudah tidak bersemangat.

"Nita." Musa datang menghampiri Nita dan Alina dengan membawa makanan. "Dimak--"

"Gue gak mau makan," tolak Alina dengan cepat, namun tidak dihiraukan oleh Musa.

"Nita, dimakan ya, sama Alina. Kalo dia gak mau, paksa aja," tegas Musa.

"Iya, Mus."

Alina menatap Musa dengan kesal. "Kenapa dia malah ngatur gue sekarang?" batin Alina kemudian berpaling tidak ingin melihat Musa.

Musa hanya menghela napas melihat Alina yang seperti itu. Mau marah, tapi semua ini salah dirinya. "Oh iya, nanti gue pulangnya sama Alina. Lo pulang sama pacar lo, 'kan?"

KETOS SCANDALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang