09: Pulang Bareng

27 12 0
                                    


Alina dan Nita sedang berada di gerbang sekolah. Tidak biasanya Alina mengantar Nita sampai gerbang. Entah mau niat nganter atau ada maksud lain?

"Nit, lo dijemput Andre lagi ya?" tanya Alina dengan wajah yang memelas.

"Iya, Lin. Kenapa emang? Bukannya lo pulang sama Musa ya?" Nita melihat layar ponselnya saat mendengar notifikasi. "Ini bentar lagi Andre nyampe, Lin."

"Yahh, Nita ...." Alina merengek seraya menarik-narik lengan Nita.

Nita tertawa kecil. "Emang kenapa kalo pulang sama Musa?" Nita mencoba memancing Alina dengan pertanyaan itu, padahal dirinya tahu kalau Alina malu. "Bukannya hoki banget ya, pulang sama panutan anak-anak sekolah?"

Alina menggeleng cepat.

Di waktu yang bersamaan, Andre datang dengan motor yang ia kendarai membuat Nita semakin semangat untuk menggoda Alina. "Nahh, ini dateng jemputan gue. Gih, lo samperin Musa di parkiran atau lo berdiri aja terus di sini sampai besok, sekalian jadi penunggu sekolah. Ahahahaha."

Alina hanya memilin jarinya seraya menunduk pasrah. Alina tidak mau boncengan lagi sama Musa. Ia malu karena Musa mendekati dirinya secara terang-terangan. Alina juga kesal kenapa hatinya malah merespon Musa dengan baik? Itu membuat dirinya semakin frustasi.

"Bye bye, sweetie ...." Nita menaiki motor Andre membuat Alina semakin merengek tantrum.

"Nita? Nita ... please, gue gak mau pulang sama Musaaa." Alina menghentak-hentakkan kakinya dengan raut wajah yang menyedihkan.

Nita dan Andre tertawa cekikikan merasa puas karena sudah menggoda Alina. Setelah itu, mereka pergi meninggalkan Alina sendirian. "Bye, Alina!" seru Nita dan Andre.

"Nitaa!" Alina berdecak kesal. Alina tidak menyangka, Nita sahabatnya dari kecil itu meninggalkannya sendirian. Meski sudah diberi jurus memelas Alina yang sangat menggoda simpati, ia tetap saja pergi. "Awas lo, Nit." Alina merapatkan giginya kuat merasa kesal dengan temannya itu.

Alina terdiam sejenak memikirkan apa yang akan dirinya lakukan setelah ini. Pulang sama Musa atau jadi penunggu sekolah?

"Apa gue pulang sama Kakak aja ya? Ya, mending gue pulang sama Kakak!" Alina memantapkan hatinya. Namun, saat Alina hendak berbalik, Musa datang dengan motornya kemudian menyalakan klakson membuat Alina terkejut dan hampir saja mengeluarkan kata-kata mutiara.

"Mau kemana?" tanya Musa seraya menyilangkan kedua tangannya di dada.

Alina mengalihkan pandangannya mencoba menghindari kontak mata. "G-gue ... gue mau pulang sama Kakak."

"Pak Riko udah nitipin lo ke gue. Ayo naik," pinta Musa namun tidak dihiraukan oleh Alina.

"Tapi barusan Kakak manggil gue tuh." Alina mencoba mencari-cari alasan membuat Musa menghela napas berat.

Musa mematikan mesin motornya yang tadinya ia biarkan menyala. Musa turun dari motor tanpa melepas helmnya kemudian berjalan mendekati Alina. Alina yang menyadari hal itu pun sontak menatap Musa dengan angkuh.

"Mau apa?" ketus Alina dengan tatapan tajam.

Musa tersenyum kemudian memasangkan helm pada kepala Alina. "Ayo, pulang sama gue. Jangan marah-marah terus." Tak lupa Musa memasangkan tali pengaman helm milik Alina.

Alina hanya menatap Musa yang tengah fokus memasangkan tali helmnya. Musa terlihat semakin tampan kalau dilihat dari dekat. Jantung keduanya berdetak begitu cepat.

Musa sedikit membungkuk untuk melihat wajah Alina, kemudian dengan berani Alina membalas tatapannya. Lagi-lagi Musa tersenyum seraya mengelus pipi Alina perlahan. "Cantik," gumamnya yang tentu saja hal itu didengar oleh Alina meski tidak begitu jelas.

KETOS SCANDALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang