06: First Time Boncengan

77 39 1
                                    

"Alina, ada Musa di depan!"

Sontak Alina langsung menyemburkan susu yang baru saja ia minum. "Apa?!" teriak Alina tidak percaya.

Mata Alina membulat sempurna dengan bibir yang sedikit menganga, mengeluarkan sisa-sisa susu yang tadinya sudah ia muntahkan. Alina membatu di tempat seraya memandangi Riko yang berwajah riang itu. Kenapa dia senang sekali? Apa tidak terganggu dengan kedatangan Musa yang tiba-tiba?

"Ayo, buruan keluar!" seru Riko kemudian berjalan cepat menuju depan rumah.

Bagaimana dengan Alina? Tidak perlu ditanyakan lagi, ia sama sekali tidak bergeming, memikirkan bagaimana bisa Musa tahu alamat rumahnya. "K-kok dia tahu rumah gue?" gumam Alina dengan tatapan kosong.

"Lin!" panggil Riko dari luar dengan suara keras, menyadarkan Alina dari lamunannya.

"I-iya, Kak!" Cepat-cepat Alina menarik dua lembar tisu kemudian membersihkan mulut dan juga tangannya. Setelah selesai, Alina pun segera keluar untuk menyusul Riko.

Di luar, tampak Musa dan Riko yang tengah berbincang-bincang dengan akrab. Alina melongo melihat pemandangan tersebut. Rupanya Kakak kesayangannya ini termasuk dalam jejeran para Guru yang menyayangi Musa. Pantas saja dia sangat bersemangat saat mengetahui bahwa Musa datang kemari.

"Ohh, bagus. Sekalian jagain Alina, dia agak nakal anaknya." Riko tersenyum dengan sangat ramah pada Musa.

"Baik, Pak. Saya pasti jagain Alina." Musa melirik pada Alina kemudian menaikturunkan alisnya seraya tersenyum manis.

Melihat senyumannya itu membuat Alina mual. Mungkin kalau gadis lain yang ia rayu, mereka akan langsung terpesona, tapi tidak dengan Alina! Musa bagaikan ulat bulu di mata Alina. Ulat bulu yang lucu dan indah dengan motif yang ada di tubuhnya. Namun, di balik keindahannya, ulat bulu itu malah membuat siapapun yang menyentuhnya akan mengalami gatal-gatal. Ya! Seperti itulah Musa! Menyebalkan!

"Kebetulan saya mau berangkat ke sekolah, tapi Alina belum selesai sarapan. Kamu tunggu di dalem juga gak papa," ucap Riko dengan entengnya membuat Alina semakin melongo.

"Kakak!" pekik Alina seraya memukul lengan Riko.

"Akh, sakit, Alina!" Riko meringis kesakitan dan mengelus lengannya sendiri.

Alina mendelik kesal kemudian beralih menatap Musa. "Gue udah selesai sarapannya. Ayo berangkat."

"Yaudah, ayo." Musa meraih helmnya lalu mengenakannya.

"Ambil tas dulu," ketus Alina kemudian masuk kembali untuk mengambil tasnya di ruang tamu.

Saat Alina masuk ke rumah, Riko dan Musa malah saling melempar senyum. Riko merasa tidak nyaman pada Musa karena sikap Alina yang kasar. Padahal, Musa sendiri sudah sangat berbunga-bunga meski diperlakukan demikian.

"Maklum, lagi PMS dia."

"Iya, Pak. Gak papa."

Tak berselang lama, Alina keluar lagi dari rumah seraya menggendong tasnya, sedangkan Musa sudah menaiki motornya dengan helmnya yang sudah terpasang, sangat siap untuk berangkat sekolah.

Alina menatap Riko tajam. Ia tidak percaya bagaimana bisa Kakak kesayangannya ini membuat dirinya mengalami kesulitan. Tidak biasanya dia mengizinkan Alina berangkat dengan laki-laki. Apakah ini karena laki-laki tersebut adalah Musa, makanya dia membiarkannya begitu saja? Dasar tidak konsisten!

"Astaga, lihatlah wajah yang bahagia ini!" Riko tertawa kecil kemudian membelai rambut Alina. "Gih, berangkat."

"Ayo naik. Nih, helmnya." Musa menyodorkan helm kecil pada Alina.

KETOS SCANDALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang