Akhirnya Alina dan Musa sampai di depan rumah. Alina melepas helm yang ia kenakan lalu memberikannya pada Musa. "Makasih ya, gue ... gue seneng banget."
Musa tersenyum menatap Alina. "Sama-sama, Lin."
Alina mematung melihat pria tampan yang terus saja tersenyum pada dirinya. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan setelah ini. Melihatnya tersenyum atau masuk ke rumah dan pergi tidur? Sejujurnya, Alina sedikit mengantuk, tapi entah kenapa hatinya seolah ingin melihat Musa lebih lama lagi. Ahh, tidak! Alina tak mau melihat Musa lama-lama, itu membuat Alina seolah kehilangan akal!
"Emm ... kalo gitu, gue masuk dulu ya."
Saat Alina mulai berjalan beberapa langkah, Musa langsung menghentikannya. "Alina," panggil Musa membuat Alina menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Musa.
Musa berlari kecil menghampiri Alina kemudian menatap wajah Alina intens. "Ada yang mau gue sampaiin ke lo."
"Nyampein apa?" tanya Alina bingung.
Musa menunduk seraya memilin jarinya. Ia mencoba untuk mengumpulkan keberanian dan mengatakan sesuatu. Ada sebuah kalimat di bibir Musa, tapi mulut Musa seakan terkunci. Ada hal yang membuat Musa takut untuk menyampaikannya. Tapi tidak, Musa sepertinya harus mengatakannya sekarang. Sekarang juga!
Musa akhirnya mengangkat kepalanya yang baru saja tertunduk. "Alina, gue ... gue cinta sama lo."
Pupil mata Alina membesar saat mendengar kalimat istimewa itu keluar dari mulut Musa. Jantung Alina yang dari tadi sudah berdegup kencang, sekarang menjadi dua kali lebih kencang dari sebelumnya. Jantungnya seakan meronta-ronta. Alina tak sanggup untuk berbicara lagi, ia hanya ingin mendengarkan Musa. Ditatapnya pria tinggi nan manis di depannya, ia tampak gelagapan untuk menyatakan perasaannya.
"G-gue udah suka lo dari lama, tapi gue gak bisa ngungkapin. Maaf, gue pengecut. Gue ngulur banyak waktu, ngirim titipan tiap hari tanpa ngasih tau siapa gue sebenarnya. Gue bener-bener pengecut sampai-sampai karena sikap gue, lo hampir aja direbut sama Hendra." Musa mengernyitkan alisnya, menahan air matanya agar tidak keluar.
Musa benar-benar menyesali atas semua yang terjadi beberapa waktu yang lalu. Ia hampir kehilangan Alina, ia hampir mengalami depresi karena Alina. Musa seolah memberikan seluruh jiwa dan raganya pada Alina. Secinta dan sesayang itu Musa padanya.
"Gue sayang sama lo, Lin. Gue cinta sama lo, gue gak mau lo diambil sama Hendra sialan it--"
Musa langsung menghentikan ocehannya kala Alina mengecup bibirnya sekilas. Sedetik kemudian Musa menyentuh bibirnya yang baru saja diberi kecupan manis oleh wanita cantik di depannya. "A-Alina ...," gumam Musa gugup.
"Rupanya lo orang yang gue cari selama ini?" Alina membawa tangannya untuk membelai pipi Musa, sedangkan Musa langsung memegang tangan Alina yang tengah memanjakannya itu.
"Maaf, gue selalu sembunyi," lirih Musa. "Gue udah beresin Hendra. Dia sengaja pura-pura jadi gue biar gue hancur setelah kehilangan lo, Lin."
Dengan mata yang berkaca-kaca Musa menceritakan hal-hal yang ia alami sebelum-sebelumnya. Alina hanya tersenyum dan memahami betul bagaimana posisi Musa saat itu. Pasti selama ini dia sangat kesulitan karena terus saja dihantui oleh rasa ragu, khawatir dan cemas untuk mengungkapkan perasaannya. Ditambah, ada Hendra yang menyamar menjadi dirinya hanya untuk membuatnya menjadi semakin tidak berdaya.
"Gue ngerti. Udah, jangan minta maaf terus." Alina sedikit berjinjit untuk menyingkirkan rambut Musa ke belakang karena menutupi matanya. Alina tersenyum tipis saat melihat mata Musa yang berair. "Udah ya, jangan nangis," lanjut Alina seraya menyeka air mata Musa.
KAMU SEDANG MEMBACA
KETOS SCANDAL
Подростковая литератураMenceritakan tentang Ali Musa Siregar yang merupakan Ketua OSIS mencintai Alina Gazza Novita, Adik dari salah satu Guru BK di sekolah. Memang terlihat mudah bagi Musa untuk mendekati Alina karena dirinya sangat disayangi oleh para Guru. Akan tetapi...