15. Semut Rangrang

20 2 0
                                    

Sebuah kereta panjang yang berisi dua puluh orang saat ini sedang ditarik oleh enam ekor kuda. Itu berjalan melintasi tanah lapang.

Seluruh badan kereta terbuat dari kayu tanpa celah. Agar saat turun hujan, semua penumpang tidak perlu kebasahan. Roda kereta sangat besar dan dibuat tinggi agar saat terjadi banjir, air tidak akan masuk ke dalam kereta.

Total ada sepuluh buah jendela dibuat untuk dinding kereta. Itu bisa ditutup rapat apabila turun hujan. Dan dihiasi gorden yang mudah dibuka-tutup.

Jarak antar orang sangat dekat, siku bertemu siku dan lutut bertemu lutut, baik dengan orang di sebelah kiri maupun kanan. Tao Mo duduk paling ujung di dekat dinding, sehingga siku dan lutut yang dia sentuh hanya milik Xiao Du. Xiao Du memberikan sedikit jarak antara mereka agar Tao Mo tidak merasa terlalu gerah. Orang-orang menatap mereka berdua dengan iri.

Beberapa menit lalu lelaki di samping Xiao Du mengeluh karena Xiao Du memberi ruang bernapas untuk Tao Mo. Orang lain membawa barang dan itu memakan tempat. Xiao Du dan Tao Mo tidak meletakkan barang di kursi karena perbekalan mereka sangat sedikit. Sehingga menempati sejengkal tambahan lagi tentu saja bukan masalah sama sekali.

Namun lelaki itu memelototinya, ingin memaksa Xiao Du bergeser. Akibatnya Xiao Du mengeluarkan pisau pendek hendak menggorok leher lelaki itu. Semua orang di kereta ketakutan dan berpura-pura tidak pernah ada masalah sebelumnya. Namun mata iri pada Tao Mo karena membawa ahli bela diri bersamanya tidak bisa disembunyikan. Dan Tao Mo benar-benar tidak peduli.

Cuaca di luar sangat terik. Sehingga gorden kereta perlu ditutup. Namun itu membuat suasana dalam kereta semakin pengap. Tao Mo memiliki keinginan untuk membuka kerah pakaiannya. Dia hendak melonggarkan kerah agar mengurangi rasa gerah. Tentu saja Xiao Du tidak membiarkan itu.

Melihat gerakan tangannya ditahan, Tao Mo langsung mengerutkan kening. Xiao Du hanya menghela napas dan merobek ujung lengan pakaian sendiri. Kemudian menoleh ke penjual pangsit dalam kereta untuk membeli empat porsi.

Pangsit itu sepaket dengan sumpitnya. Xiao Du menggunakan kedelapan batang sumpit untuk dibariskan dengan jarak tertentu dan disatukan ujungnya dengan tali yang mengikat kain pangsit tadi. Ternyata dia membuat kipas lipat darurat. Dengan sepenuh hati Tao Mo bersedia dikipasi.

Tao Mo mengeluarkan bola kaca matahari dari saku dadanya. Dia membuka sedikit gorden untuk membiarkan benda itu menyerap cahaya terik dari luar. Sebuah retakan di garis keenam diisi oleh sinar yang merambat lurus.

"Ini waktu ke-6 (pukul 12 siang)"

Tao Mo mengangguk. Mencatat pelajaran yang Xiao Du berikan. Lalu dia mengambil kantung pangsit dan menggigit setegah bagian. Sisa setengah lagi diarahkan ke depan mulut Xiao Du.

Xiao Du melihat masih ada tujuh buah pangsit utuh di dalam kantung kain tapi Tao Mo bersikeras memberi yang ini. Xiao Du membuka mulut dan mengunyah pangsit itu. Tao Mo puas dan menoleh ke pemandangan biasa saja di celah kecil jendela, seolah itu adalah pemandangan paling indah yang pernah dilihatnya.

Kemudian Tao Mo mengambil pangsit kedua dan menyodorkannya ke depan mulut Xiao Du. Dia sengaja meletakkan jarinya di sisi tengah pangsit. Sehingga hanya bisa digigit sebagian. Tentu saja sisanya untuk Tao Mo makan. Orang itu menguyah sambil mengangguk beberapa kali. Seolah setengah pangsit yang baru dimakan adalah pangsit terenak yang pernah dicobanya.

Xiao Du masih mengipasi orang itu sambil mengamati bibirnya yang sedikit mengkilat karena minyak. Xiao Du melihat sisa pangsit yang masih berjumlah enam. Berharap Tao Mo akan meneruskan perilaku sebelumnya sampai pangsit terakhir. Beruntung harapan kecilnya terpenuhi. Diam-diam Xiao Du mencatat ini di dalam hati.

Saat ini semua gorden jendela telah dibuka. Xiao Du tidak lagi mengipasi Tao Mo. Rambut panjang orang lain bahkan telah tertiup angin alami.

Di luar Tao Mo melihat segerombolan sapi dan domba sedang digiring seorang pengembala untuk memakan rumput. Anak-anak berlarian mengejar domba kecil yang tidak sengaja terpisah dari rombongannya. Tao Mo sedikit kasihan dengan domba kecil itu.

Transmigrasi Misteri BL (Dinasti Cheng Du)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang