07. Topik Hangat

15 10 6
                                    

Selamat membaca!

Pagi ini Jema berangkat sekolah bersama Albi lagi. Ia tak punya pilihan lain selain menerima tawaran Albi, sebab laki-laki itu dengan sengaja datang ke rumah Jema hanya untuk menjemput dirinya.

Ya, walaupun awalnya Jema yang meminta Albi untuk selalu berangkat bersamanya, tetapi kalau dipikir-pikir ia menjadi lebih tak enak. Albi sudah banyak membantunya. Gadis itu tak ingin merepotkan Albi lagi dan lagi.

"Thanks, ya, tumpangannya. Besok-besok lo gak perlu jemput gue ke rumah. Gue masih bisa naik gojek kok ke sini. Jadi, lo bisa langsung ke sekolah aja," ujar Jema tak pernah melunturkan senyuman kakunya.

Albi masih memakai helm full-nya itu hanya tersenyum tanpa sepengetahuan Jema. Ia menjentik kening Jema menggunakan ibu jari dan telunjuknya yang terbalut sapu tangan.

"Awh!" ringis sang empu.

"Bawel!" decak Albi.

Jema seketika menampilkan raut wajah kesalnya. Kepalanya masih belum sembuh karena kemarin Aurora terlalu kuat menarik rambutnya. Tapi, kini Albi malah menambahnya dengan cara menjentik kening gadis itu.

"Sakit tahu, Bi!" adu Jema seraya mengusap keningnya.

Albi hanya terkekeh dibalik helm full face andalannya, lalu turun dari motor. "Duluan aja sana. Gue masih ada hal yang harus diselesaiin." Laki-laki itu mendorong tubuh Jema agar segera pergi.

"Lo mau kemana?" Jema terlihat bingung, sebab Albi masih enggan melepas helm full face-nya.

"Gak kemana-mana. Gausah kepo!" ketus Albi.

Jema hanya mengerucutkan bibirnya kesal. Iapun segera beranjak dari tempatnya meninggalkan Albi yang hanya menatap kepergiannya itu semakin menjauh.

Setelah dirasa Jema sudah tak terlihat lagi, Albi akhirnya melepas helm full face-nya. Sebenarnya ia berbohong ingin menyelesaikan sesuatu itu bukan di luar sekolah. Melainkan di dalam sekolah dan sekarang ia juga harus pergi menuju kantor.

Laki-laki itu berjalan tergesa memasuki gedung dan mengambil arah koridor yang akan membawanya ke ruang guru. Ia harus mendapatkan keadilan dari kasus Jema dengan Aurora.

Mendengar pengakuan Jema kemarin lalu, Albi tidak ingin Aurora hanya menang sendiri. Gadis itu harus merasakan batunya juga sama seperti apa yang dirasakan oleh Jema. 

Entahlah mengapa Albi memiliki niat sebaik ini. Tapi, jujur saja sekarang hatinya benar-benar merasa didorong untuk selalu membantu Jema. Baginya sosok Jema itu sudah ia anggap seperti keluarga sendiri. Karena selama Albi hidup ia tidak pernah memiliki teman sedekat Jema apalagi temannya itu perempuan. 

Mulai sekarang Albi rela berbuat apapun demi Jema. Asalkan Jema baik-baik saja, ia akan berusaha melakukannya.

...

"JEMAAA!" Teriakan Puput menggema ke sepanjang koridor depan kelas mereka. Ia berlari kecil dan berhambur memeluk Jema sangat erat.

Gadis itu tidak sadar kalau pelukan di leher Jema terlalu kuat. Sampai-sampai membuat Jema kesulitan berbicara apalagi bernafas.

"Ohok! Ohok! Ohok! Lo gila, Put?! Lo mau gue mati?! Astagfirullahaladzim!" kesal Jema ketika Puput melepas pelukannya.

Puput hanya nyengir tanpa dosa. Lagian ia sangat khawatir apalagi ketika mendengar kabar kalau kemarin sepulang sekolah temannya ini bertengkar dengan primadona Garuda.

Is Love Unrequited?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang