08. Panggilan BK

11 8 2
                                    

Selamat membaca!

"Assalamualaikum ..."

Seorang siswi dari kelas lain datang memasuki kelas XI IPS 2 dengan sopan. Ia segera menyalimi tangan sang guru yang tengah mengajar di sana sembari pandangannya sedikit melihat ke arah semua siswa-siswi di kelas itu.

"Ada apa, Sa?" tanya ibu guru yang tengah mengajar itu pada Alysa.

Ya, siswi itu bernama lengkap Alysa Halwa Meira terlihat tertara dari name tag jas almamater yang ia kenakan. Alysa menatap ibu gurunya sekilas, kemudian pandangannya beredar mencari seorang siswa-siswi di kelas itu yang dicarinya.

"Saya ke sini disuruh pak Dani buat manggil kak Jema, bu," balas gadis itu sembari menatap Jema dari kejauhan.

Jema di tempatnya hanya menampilkan ekspresi wajah bingung. Sebab mereka semua tahu kalau bapak guru yang bernama pak Dani adalah seorang guru BK di sekolah ini.

"Kamu manggil saya, Sa?" Jema menunjuk dirinya sendiri.

"Iya, kak. Kebetulan tadi saya berpas-pasan sama pak Dani di koridor. Dia nyuruh saya buat manggil kak Jema ke kantor," jelas Alysa.

Semua siswa seketika menatap Jema heran. Jarang sekali pak Dani memanggil siswa-siswi di sekolah ini, jika mereka tidak melakukan kesalahan fatal. Karena kalau sudah berhadapan langsung dengan pak Dani, itu artinya seseorang yang dipanggilnya tengah memiliki kesalahan.

Contohnya para circle berandal Sebastian yang selalu menjadi sasaran empuk pak Dani, karena mereka selalu membuat banyak kesalahan dan tak pernah menuruti aturan.

"Yasudah, Jema, kamu temui dulu pak Dani di kantor." Ibu guru itu menyuruh Jema agar segera bangkit dari bangkunya menggunakan dagu.

"Ba-baik, bu."

Jema segera beranjak dari bangkunya menghampiri Alysa. Mereka berdua berpamitan, sebelum akhirnya pergi meninggalkan kelas.

Kini Jema berjalan beriringan bersama Alysa di bawah koridor. Tak ada percakapan dari keduanya, mereka sama-sama diam dalam keheningan. Hingga sejurus kemudian mereka berdua sampai di depan kantor.

"Kalau begitu Ica duluan ke kelas, ya, kak. Soalnya Ica daritadi udah lewatin waktu pelajaran," pamit Alysa.

"Iya, silahkan, Ca. Makasih ya dan maaf udah ngerepotin kamu buat manggil kakak ke kelas." Jema menjadi merasa tak enak karena sudah menyia-nyiakan waktu berharga Alysa hanya karena dirinya.

"Gapapa, kak. Lagian Ica disuruh pak Dani bukan disuruh kak Jema," tolak Alysa halus.

Jema hanya tersenyum menanggapi ucapan Alysa. Ia juga harus segera masuk dan menemui pak Dani di sana. Hati gadis itu sudah dibuat bertanya-tanya. Karena jarang sekali pak Dani memanggil siswa-siswi kalau bukan mereka melakukan kesalahan.

Sekelas dirinya saja yang menjabat sebagai sekertaris umum OSIS jarang berinteraksi langsung dengan pak Dani. Alasannya, karena orang yang akan berurusan dengan pak guru killer itu hanya seorang siswa pilihan. Seperti circle Bastian contohnya.

Mereka berduapun berpisah, Alysa yang segera kembali ke kelasnya, dan Jema memasuki kantor.

Jema tak sengaja berpas-pasan dengan beberapa guru yang masih berada di kantor. Ia juga dengan sopan menyalimi tangan semua guru itu, sebelum masuk ke ruang BK.

Di sekolah ini ruang BK berada tepat di ujung dalam kantor. Itu sebabnya Jema harus melewati meja-meja para guru sebelum akhirnya sampai di ruangan BK itu.

Kini Jema sudah berdiri di ambang pintu ruangan itu. Ia terkejut begitu melihat wali kelasnya yakni bu Nury bersama Aurora duduk berdampingan. Sementara pak Dani duduk di kursi satu lagi dan menyuruhnya untuk segera ikut duduk juga.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Is Love Unrequited?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang