05. Permasalahan dengan Rora

27 17 6
                                    

Selamat membaca!

Tringgg!

Bell pulang sekolah SMAN 1 Garuda baru saja terdengar berbunyi. Semua guru yang ada di tiap kelas kini sudah selesai dengan tugasnya. Mereka semua ingin berpamitan, sebelum akhirnya keluar dan menyuruh sekretaris dahulu untuk mengumpulkan buku pelajaran dan dibawa ke kantor. 

Begitupun Jema, dengan sigap ia mengiyakan intruksi gurunya itu. Setelah kepergian ibu guru dari kelas XI IPS 2, seketika keadaan kelas berubah menjadi berisik. Semua siswa berbondong-bondong keluar untuk segera pulang ke rumah masing-masing.

Jema baru saja selesai merapikan buku serta alat tulisnya ke dalam tas. Ia menatap Puput yang masih sibuk dengan bukunya karena belum selesai mengerjakan.

"Lo belum beres, Put?" tanya gadis itu pura-pura tidak tahu.

Puput melirik sekilas Jema. Ia kemudian menunjukkan buku tulisnya di atas meja pada temannya itu. "Belum nih. No yang ini susah banget, Jem. Eum, gue nyontek satu ke lo boleh gak?" Puput mencoba memperlihatkan raut wajah memohonnya kepada Jema.

Ia sudah tak bisa lagi berpikir untuk menjawab soal yang susah itu. Otaknya tak bisa lagi diajak kompromi, ketika melihat semua teman-teman kelasnya berhamburan keluar.

"Eelehhh! Tinggal satu lagi nanggung kerjain sendiri!" Jema menggelengkan kepalanya. 

"Satu doang ih, Jema! Pelit amat lo!" ketus Puput seraya mengerucutkan bibirnya sedih.

"Yaudah-yaudah! Nih." Jema membuka buku pelajaran ekonominya pada Puput agar gadis itu bisa menyontek jawabannya.

Ia juga menjadi merasa iba melihat temannya seperti orang depresi hanya karena mengerjakan satu soal saja. Lebih baik gadis itu contekkan satu daripada membuat satu-satunya temen cewek baiknya itu menjadi gila.

"Terimakasih my baby hani sweetyku!" sahut Puput senang, setelah selesai dengan tugas ekonominya.

Pandangannya pun kemudian menatap sekeliling kelas ternyata benar-benar sudah sepi tanpa penghuni. Tersisa hanyalah dirinya, Jema, dan juga ketua kelas mereka yakni Albiru Devran Alaskar. 

Kening Puput berkerut bingung begitu melihat Albiru masih duduk apik di bangkunya sambil memainkan ponsel. Ia heran jarang sekali Albiru pulang telat, karena biasanya laki-laki itu akan keluar kelas lebih awal dari semua siswa.

"Woi! Jema!" panggil Puput pada Jema yang tengah sibuk membereskan buku tugas siswa di meja guru.

Jema seketika menoleh ke arah Puput. Ia menaikkan sebelah alisnya bertanya mengapa temannya itu memanggilnya.

"Ngapain tuh anak masih di sini?!" tanya Puput dengan nada suara berubah pelan.

"Hah?"

"Hhh! Dasar budeg!"

"Apaan sih? Kan bisa bicara biasa aja gausah bisik-bisik gitu!" ketus Jema seraya melangkahkan kakinya menuju ambang pintu.

Ia berniat mengantarkan dahulu buku di dekapannya ke meja guru di kantor yang tadi mengajar di kelas XI IPS 2. Setelah itu ia akan pergi menunggu Albiru di lapangan sambil menontonnya melatih basket kelas X bersama guru olah raga.

Jema ingin kembali melanjutkan aktivitasnya sempat tertunda meninggalkan Puput dan Albi yang masih di dalam kelas. Namun, begitu kakinya ingin melangkah, suara pergerakkan dari bangku Albi seketika menghentikan kembali aktivitas gadis itu.

Jema menatap ke arah Albi yang berjalan pelan mendekatinya. Bibir Albi tersenyum sekilas, sebelum akhirnya dia melewati tubuh Jema, iapun membisikkan sesuatu tepat di telinga gadis itu.

Is Love Unrequited?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang