[FOLLOW SEBELUM MEMBACA]
Pacar kontrak? Bagaimana jadinya jika sosok Everest yang notabenya sebagai ketua Mavericks Gang dan juga ketua Club Basket SMA Bimantara mengajak gadis peraih rangking pararel 1 untuk menjadi pacar kontraknya.
Hanya satu bul...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
02. Takut
Geisha dan Melia berjalan menyusuri parkiran dengan langkah gontai. Hari yang melelahkan bagi mereka, menghadapi Everest untuk pertama kalinya di tambah tugas praktek kimia yang semakin mengada-ngada, namun Geisha akan tetap menyukainya.
"Gue gak habis pikir sama si Everest, Mel. Ah, gue selama dua tahun ini udah tentram, aman dan damai malah sekarang harus berurusan sama Everest?"
Geisha mendesis, dia memijat pelipisnya sendiri, pusing itulah yang ia rasakan.
"Tapi untung aja lo gak di terkam sama tuh gunung tau, gak? Lo udah termasuk aman, Ge," ujar Melia, seraya menekan remot kunci mobilnya.
"Aman? Lo gak tau dia ngajakin gue ngapain?" Geisha sempat memejamkan matanya, mencoba menahan emosinya ketika pikirannya teringat hal tadi siang di kelas.
"Kebetulan gue butuh cewek buat jadi pacar kontrak gue. Lo mau daftar, Ge?"
Ah sial, kalimat itu masih saja terngiang-ngiang di kepala Geisha.
Selama lima belas menit mereka menempuh perjalanan untuk sampai di rumah Geisha.
"Thanks, ya, Mel. Sorry, gue masih harus nebeng lo terus," ucap Geisha.
"Sama gue lo aman. Oke, gue pergi dulu, jaga diri lo. Jangan pikirin Everest mulu, jodoh tau rasa. Hahaha!"
Setelah mengatakan itu, Melia melajukan mobilnya pergi menjauhi rumah Geisha.
"Amit-amit," batinnya.
Geisha memasuki pekarangan rumahnya. Sudah ada Pak Toto yang tengah membersihkan kebun dan Pak Mandrik yang tengah mencuci mobil.
"Tumben cuci mobil sore-sore, Pak?" tanya Geisha pada Pak Mandrik.
"Itu Non, nanti Papa Non harus keluar kota dan jadwalnya mendadak tadi pagi, jadi Pak Mandrik buru-buru cuci mobil biar nanti bersih pas di bawa ke luar kota," balas Pak Mandrik dengan ramah dan dengan logat jawanya.
Geisha mengangguk-anggukkan kepalanya tanda mengerti. "Sekarang Papa udah pulang dong?"
"Belum, Non! Bapak masih ada meeting di kantor. Katanya nanti pulangnya di antar sama kolega Bapak yang di sana," balas Pak Mandrik lagi.
Geisha menghela nafas kemudian pamit kepada Pak Mandrik untuk memasuki rumah. Papa Geisha yang selalu sibuk dengan pekerjaannya membuat Geisha sering kali kesepian berada di rumah. Ibu Geisha telah tiada 2 tahun lalu karena penyakit kronis, sehingga kini Geisha hanya tinggal bersama Papanya saja.